Runtuhnya Khilafah Terakhir Turki Utsmani
Sarwo Edi Budiono
Mahasiswa Sejarah kebudayaan Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


                Khilafah Turki Ustmani  adalah Kesultanan Islam terakhir yang memegang tampuk kekhalifahan dengan sultan pertama yaitu Sultan  Utsman bin Sauji bin Urthogol  dan menjadi Khekalifahan Islam sejak Sultan Salim bin Bayazid bin Muhammad Al-Fatih atau Sultan Salim I merebut tampuk kekhalifahan dari keturunan Bani Abbas yang berlindung kepada Sultan Mamluk Mesir yaitu Al-Mutawakkil. Kekhalifahan Turki Utsmani sangat terkenal akan kebesarannya dimata umat islam maupun dimata dunia karna Turki Utsmani pernah menjadi kerajaan adidaya pada zaman Sultan Sulaiman Al-Qanuni dan menjadi penakluk kota dengan benteng terkokoh di dunia pada waku itu yaitu Konstantinopel pada Zaman Sultan Muhammad Al-Fatih. Turki Utsmani pada masa kejayaannya memiliki banyak wilayah yang terbentang dari Aljazair sampai Irak dan Honggaria sampai Yaman, dan juga menjadi penguasa Laut Mediterania, Laut Merah, dan Laut Hitam. Turki Utsmani adalah musuh terbesar dan paling ditakuti oleh kerajaan-kerajaan di Eropa terutama Kerajaan Austria-Honggaria  dan Kekaisaran Rusia sampai-sampai hampir setiap kerajaan di Eropa memiliki prinsip “usir orang turki dari Eropa”.
                Kekhalifahan Turki Utsmani yang besar dan megah itu juga mengalami kemunduran bahkan keruntuhan. Kemunduran Turki Ustmani dimulai pada saat dipimpin oleh sultan-sultan setelah Sulaiman Al-Qanuni karna sultan-sultan itu adalah sultan-sultan yang tidak ahli dalam hal politik dan sering terjadinya perebutan kekuasan antara putra mahkota sehingga melemahkan Turki Utsmani. Pada saat dipimpin oleh sultan-sultan yang lemah itu tentara andalan Turki Utsmani yaitu Inkisyariyah atau Janissary sering memberontak yang menyebabkan Turki Utsmani makin lemah.  Baru pada masa Sultan Mahmud II tentara Inkhisariyah dibubarkan karna sudah terlalu banyak membuat masalah dan tidak sesuai dengan tujuan awal pembentukannya meskipun Sultan Mahmud II adalah sultan yang kuat dan bisa membuat perubahan dalam tubuh Turki Utsmani tetapi Turki Utsmani sudah terlanjur bobrok dalam hal ekonomi, militer, dan wilayah. Dalam masa kemundurannya juga Turki Utsmani memiliki rival yang sangat kuat yaitu Kekaisaran Rusia.
                Keruntuhan Turki Ustmani dimulai dengan dilengserkannya Sultan Obsolute terakhir yaitu Sultan Abdul Hamid II yang merupakan Sultan kuat terakhir cucu dari Sultan Mahmud II. Sultan Abdul Hamid II adalah sultan yang ingin menegakkan sistem pan-islamisme yaitu gerakan melawan penjajah barat untuk wilayah-wilayah umat islam yang sedang dijajah bangsa barat. Bangsa barat sangat tidak senang dengan gagasan dari Sultan Abdul Hamid II ini. Pada zaman Sultan Abdul Hamid  dibangunlah sebuah jalur rel kereta api yang menghubungkan dari Istanbul  sampai ke Mekkah untuk memudahkan umat islam dalam melaksanakan ibadah haji, tetapi pada zaman Sultan Abdul Hamid II muncullah sebuah gerakan yang ingin membuat parlemen dan undang-undang yang mengatur pemerintahan tetapi Sultan tidak mengindahkan gerakan itu karna Sultan tahu gerakan itu akan semakin membuat Turki Utsmani memburuk.
                Bangsa barat menghembuskan ideologi-ideologi nasionalisme kepada wilayah-wilayah di Balkan sehingga terjadilah perang yang meletus di Balkan yang di prakarsai oleh Kekaisaran Rusia. Perang itu membawa kekalahan kepada pihak Turki Utsmani sehingga diadakannya perjanjian damai yaitu Perjanjian Berlin dan Perjanjian London yang dihadiri kerajaan-kerajaan Eropa lainnya. Perjanjian itu sangat merugikan bagi Turki Utsmani karena harus kehilangan wilayah-wilayahnya yang ada di Balkan yang merupakan dua perlima dari wilayah Turki Utsmani sebelum perjanjian. Setelah terjadinya perjanjian yang tidak menguntungkan itu, Turki Utsmani mendapat masalah lagi yaitu berasal orang-orang Armenia yang menginginkan wilayah dan kemerdekaan dari Turki Ustmani. Pada akhirnya gerakan Turki Ustmani menyuruh para ulama untuk mengeluarkan fatwa untuk melengserkan Sultan Abdul Hamid II.
                Setelah lengsernya Sultan Abdul Hamid II, naiklah Sultan Muhammad V tetapi Sultan hanya sebagai lambang dari pemerintahan saja dan menjadi pemegang kekuasaan adalah tiga orang dari gerakan Turki Muda yang disebut tiga serangkai yaitu Anwar Pasya, Thalaat Pasya, dan Jamal Pasya. Dalam menjalankan pemerintahan ketiga serangkai ini lebih condong ke Kekaisaran Jerman yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Wilheim II. Pada awal pemerintahan Tiga Serangkai muncul pemberontakan di  Yaman yang dipimpin oleh Imam Yahya Hamiduddin dan berhasil memperoleh kemerdekaan pada tahun 1911 tetapi berhasil dipadamkan oleh pasukan Turki Ustmani dipimpin oleh Jendral Izzat Pasya. Setahun kemudian yaitu tahun 1912 datanglah pasukan Italia untuk menaklukkan Tripoli. Pasukan itu masuk dengan mudah tanpa ada perlawanan tetapi setelah kabar itu sampai kepada pemerintah Turki Utsmani maka dikirimnya pasukan yang dipimpin oleh Anwar Pasya dan Kemal Pasya dan terjadilah pertempuran hebat di sana. Belum sampai merebut kembali Tripoli telah terjadi pemberontakan di Balkan sehingga pasukan yang ada di Tripoli di tarik mundur untuk dikirim ke Balkan dan Tripoli menjadi wilayah jajahan Italia. Sehingga Turki Utsmani pada saat itu hanya memiliki wilayah yang meliputi Irak, Syuriah, Yaman, Hijaz, Yerussalem, dan wilayah Turki Modern sekarang.
                Tahun 1914 terjadilah mala petaka besar bagi Turki Utsmani yaitu terjadinya perang dunia I yang terjadi antara dua blok yaitu blok poros yang terdiri dari : Kekaisaran Jerman, Kerajaan Austria-honggaria dan kesultanan Turki Utsmani melawan blok sekutu yang terdiri dari : Kerajaan Inggris, Prancis, Kekaisaran Rusia, Kekaisaran Jepang, Amerika Serikat dan kerajaan-kerajaan lainnya.Terjadilah perang besar Turki Utsmani melawan blok sekutu khusunya di wilayah Arab.Pada awal-awal perang Turki mampu bertahan di berbagai wilayah khususnya di daerah Gallipoli dan pihak sekutu menganggap Turki Utsmani adalah musuh yang tangguh. Tetapi karna kesalahan Turki Muda yaitu terlalu mementingkan orang-orang Turki dalam hal pemerintahan akhirnya muncullah Nasionalisme pada orang-orang Arab yang dipimpin oleh Syarif Husain yang terhasut oleh intel Inggris yaitu Lawrence. Akhirnya terjadilah penyerangan orang-orang Arab yang dipimpin oleh Syarif Husain untuk menyerang wilayah Turki Utsmani di Hijaz. Terjadilah pertempuran yang dimulai dari kota Mekkah, pertempuran itu sangat dahsyat antara dua kubu yang diadu tetapi melihat gencarnya serangan musuh dan ditakutkanya menghancurkan Ka’bah akhirnya menyerahlah pasukan Turki Utsmani. Selanjutnya adalah penyerangan terhadap Madinah di sinilah pertempuran yang sangat sengit terjadi karna kuatnya pertahanan Turki Utsmani yang dipimpin oleh Jendral Fakhri Pasya. Sampai akhir perang, Madinah masih dipertahankan oleh Jendral Fakhri Pasya. Setelah sukses menghasut orang Arab di daerah Hijaz, barulah pasukan Inggris memulai penyerangan ke wilayah Yerussalem dan Suriah. Tahuh 1917, di Yerussalem pasukan Turki Utsmani mampu bertahan dari tank-tank Inggris tetapi Inggris kembali meminta pasukan Arab untuk memutus pasokan perang ke pasukan Turki Utsmani di wilayah Arab akhirnya pada tahun yang sama Yerussalem jatuh ke tangan Inggris. Pada saat kejatuhan Yerussalem, pemimpin pasukan Inggris yaitu Lord Ellenbey sampai-sampai mengatakan kata-kata yang sangat ingin diucapkan oleh orang Eropa yaitu “  Sekarang barulah selesai Perang Salib!”. Sebelum Inggris menguasai Yerussalem, Inggris telah berjanji untuk menyerahkan wilayah itu ke Bangsa Yahudi yang sampai sekarang telah menjadi penjara terbesar bagi penduduk asli Yerusalem. Setelah jatuhnya Yerussalem maka jatuh pula wilayah Syuriah dan Irak yang akan dibagi-bagi antara Inggris dan Prancis.
                Menuju Akhir dari perang Sultan Muhammad V meninggal dan digantikan oleh Muhammad VI. Akhirnya Istanbul jatuh juga ke tangan sekutu dan Sultan hanya menjadi boneka oleh sekutu dan nasib Tiga Serangkai yaitu melarikan diri. Setelah mengalami kekalahan besar itu di daerah Anatolia masih ada Jendral yang tidak terima akan kekalahan itu yaitu Fauzi Pasya dan Kazim Pasya. Maka dikirimlah Kemal Pasya untuk memadamkan dua Jendral itu tetapi tidak dipadamkan Jendral-jendral itu malah dipimpinnya untuk memberontak dari pemerintah yang ada di Istanbul karna pada saat setelah kekalahan itu Turki Utsmani harus menandatangani perjanjian San Remo yang mencabut semua wilayah Turki Utsmani kecuali Istanbul. Akhirnya terjadilah perang besar antara bangsa Turki yang dipimpin Kemal Pasya yang berpusat di Ankara melawan pasukan sekutu melalui pasukan Yunani tetapi berhasil dikalahkan oleh Kemal Pasya. Setelah mendapat kemenangan gemilang itu Kemal Pasya memplokamirkan bahwa Turki Utsmani telah berubah menjadi Republik Turki dan Sultan sudah tidak diakui lagi, peristiwa ini terjadi pada tahun 1922 tetapi kedudukan khalifah masih tetap ada. Kedudukan Khalifah hanya sebagai pemimpin agama bukan pemerintahn lagi dan jabatan ini di pegang oleh pengganti Sultan Muhammad VI yaitu Khlifah Abdul Majid II. Tetapi belum genap setahun Kemal Pasya mencopot Khalifah ini dengan alasan ditakutkan akan mengkudeta pemerintahan yang baru saja terbentuk, peristiwa ini terjadi pada tanggal 29 November 1923.
                Setelah Turki Utsmani benar-benar runtuh maka berubahlah wajah dari dunia Islam khususnya wilayah Timur Tengah, tidak ada lagi yang melindungi tanah Yerussalem. Sekarang setiap wilayah Islam yang ada harus merebut dan mempertahankan wilayahnya sendiri karna pada saat Turki Utsmani masih berjaya banyak wilayah-wilayah Islam yang dibantu oleh Turki Utsmani untuk melawan penjajah barat. Sekarang banyak negara Timur-Tenangh dan di Afrika yang di adu domba karna kehilangan siapa yang dahulu melindungi dan mempersatukannya. Untuk wilayah di Balkan setelah ditinggal Turki Utsmani bukan menjadi tambah damai malah terjadi perebutan-perebutan antara negara-negara itu sampai-sampai wilayah itu disebut “Gentong Mesiu”. Di Indonesia banyak wali-wali yang dikirim ke Indonesia oleh Khilafah Turki Utsmani dan Turki juga menjalin hubungan dengan raja-raja Islam yang di Jawa. Bahkan di Kesultanan Aceh Darussalam banyak bantuan yang diberikan dari Turki Ustmani, mulai dari pelatihan militer, pasukan, dan juga senjata. Tetapi dengan runtuhnya Turki Utsmani kita bisa belajar bahwa perpecahan itu bisa membuat bangsa yang besar bisa dikecilkan bahkan dihancurkan.



Daftar Pustaka :
Hamka, Buya. 2016. Sejarah Umat Islam. Jakarta : Gema Insani.
Rogan, Eugene. 2018. The Fall Of The Khilafah. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta.

0 Komentar