Sejarah Rasulullah Muhammad SAW (Part 3)
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 141
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Pembagian Harta Rampasan
Rasulullah ﷺ mendahulukan mereka yang baru masuk islam dalam pembagian harta rampasan perang. Hati mereka masih lemah dan perlu diikat lebih erat ke dalam Islam dengan cara yang cerdik dan bijaksana.
Seratus ekor unta diberikan kepada Abu Sufyan yang masih juga bertanya,
"Bagaimana dengan anakku Yazid? Bagaimana pula dengan anakku Muawiyah?"
Maka, Rasulullah ﷺ memberikan kepada Yazid dan Muawiyah masing-masing 100 ekor unta.
Demikianlah, begitu murah hatinya beliau, sampai orang-orang yang baru memeluk Islam itu mengerumuni beliau untuk meminta harta hingga Rasulullah ﷺ terdesak ke sebuah pohon dan mantelnya yang terlepas pun diambil orang.
"Wahai saudara-saudara, kembalikan mantelku!" Sabda Rasulullah ﷺ.
"Demi diriku yang ada di tangan-Nya. Andaikan aku memiliki semua tanaman di Tihamah, tentu aku akan memberikannya kepada kalian hingga kalian tidak menyebut aku sebagai orang yang kikir, takut, dan dusta."
Kemudian beliau berdiri disamping unta milik beliau dengan sebelah tangan memegang punuk unta. Beliau mengangkat sebiji gandum dan bersabda,
"Wahai semua orang, demi Allah aku tidak lagi menyisakan harta rampasan kalian, termasuk pula sebiji gandum ini kecuali seperlimanya, dan seperlimanya itu pun sudah ku serahkan kepada kalian."
Keputusan Rasulullah ﷺ untuk memberikan sejumlah besar harta kepada yang baru memeluk Islam sangatlah tepat. Karena tidak semua orang memeluk Islam dengan akalnya. Banyak orang di dunia ini perlu ditarik kepada kebenaran dengan perut dan nafsunya.
Setelah itu barulah beliau memanggil Zaid bin Tsabit yang bertugas membagi-bagikan sisa harta rampasan kepada para sahabat Muhajirin dan Anshor. Masing-masing mendapat 4 ekor unta dan 40 domba. Sedangkan para penunggang kuda masing-masing mendapat 12 ekor unta dan 120 domba.
Jumlahnya tentu tidak seberapa dibanding dengan yang lain. Kebijakan Rasulullah ﷺ ini pun, mulanya tidak dipahami, sehingga ada segolongan sahabat yang kecewa.
Kemenangan Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin bersumber dari ketakwaan. Inilah janji Allah untuk orang bertaqwa
1. Hidup berkah
2. Furqonan atau mampu memisahkan baik dan buruk 3. Albusyro yaitu kegembiraan
4. Bersama Allah 5. Dicintai Allah
6. Yusra atau diberi kemudahan
7. Merajan atau diberikan jalan keluar dari kesulitan 8. Tidak sulit rezeki
9. Mendapat ampunan Allah
10. Hasanah Khoiron yang mendapat kebaikan.
Orang-orang Anshar
Rasulullah ﷺ mendengar para sahabat Anshar berbisik-bisik tentang kebijakannya. Bukankah Ansharlah yang bertempur gigih sehingga mereka membalikkan keadaan menjadi kemenangan pada perang Hunain? Kemudian, mengapa orang lain yang justru melarikan diri dalam pertempuran yang menikmati hasilnya?
"Rasulullah ﷺ telah bertemu dengan masyarakatnya sendiri," demikian kata mereka.
Maka Rasulullah ﷺ Alaihi Wasallam datang ke tempat Anshor berkumpul dan bertanya,
"Saudara-saudara Anshor aku mendengar bahwa ada perasaan kalian yang mengganjal terhadap aku. Bukankah dulu aku datang, sementara kalian dalam keadaan sesat, atau Allah memberi petunjuk kepada kalian? Bukankah kalian dulu miskin, lalu Allah membuat kalian kaya, lalu juga menyatukan hati kalian?"
Anshar menjawab, "Memang Allah dan Rasulullah juga yang lebih bermurah hati."
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Saudara-saudara Anshar mengapa kalian tidak menjawab kata-kataku"?
"Dengan apa harus kami Jawab ya Rasulullah? Segala kemurahan hati dan kebaikan itu ada pada Allah dan Rasul-Nya juga."
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Ya sungguh, demi Allah, kalau kamu mau tentu kamu masih dapat mengatakan: engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan orang, kamilah mempercayaimu, engkau ditinggalkan orang, kamilah yang menolongmu, engkau diusir kamilah yang memberimu tempat, engkau dalam kesengsaraan, kamilah yang menghiburmu.
Saudara-saudara Anshar masih adakah sekelumit juga rasa keduniaan itu dalam hatimu terhadap harta itu? Aku telah mengambil hati satu golongan kaum supaya mereka sudi menerima Islam, sedang terhadap keislamanmu aku sudah percaya. Tidakkah kamu rela saudara-saudara Anshar apabila orang-orang itu pergi membawa kambing membawa unta, dan kamu pulang membawa Rasulullah ke tempat kamu?
Demi Dia yang memegang hidup Muhammad! Kalau tidak karena hijrah, tentu aku termasuk orang Anshar. Jika orang menempuh suatu jalan di celah gunung dan Anshar menempuh jalan yang lain, niscaya aku akan menempuh jalan Anshar. Allahumma Ya Allah rahmatilah, orang-orang Anshar, anak-anak dan cucu-cucu Anshar."
Dari hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda,
"Sebenarnya perumpamaan sahabat yang baik dan buruk itu bagaikan pembawa parfum dan peniup api. Maka pembawa parfum adakalanya memberi engkau atau engkau memberinya atau engkau mendapat bau harum darinya. Adapun yang membawa api jika tidak membakar pakaianmu maka engkau akan mendapat bau busuknya."
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Rasulullah ﷺ mendahulukan mereka yang baru masuk islam dalam pembagian harta rampasan perang. Hati mereka masih lemah dan perlu diikat lebih erat ke dalam Islam dengan cara yang cerdik dan bijaksana.
Seratus ekor unta diberikan kepada Abu Sufyan yang masih juga bertanya,
"Bagaimana dengan anakku Yazid? Bagaimana pula dengan anakku Muawiyah?"
Maka, Rasulullah ﷺ memberikan kepada Yazid dan Muawiyah masing-masing 100 ekor unta.
Demikianlah, begitu murah hatinya beliau, sampai orang-orang yang baru memeluk Islam itu mengerumuni beliau untuk meminta harta hingga Rasulullah ﷺ terdesak ke sebuah pohon dan mantelnya yang terlepas pun diambil orang.
"Wahai saudara-saudara, kembalikan mantelku!" Sabda Rasulullah ﷺ.
"Demi diriku yang ada di tangan-Nya. Andaikan aku memiliki semua tanaman di Tihamah, tentu aku akan memberikannya kepada kalian hingga kalian tidak menyebut aku sebagai orang yang kikir, takut, dan dusta."
Kemudian beliau berdiri disamping unta milik beliau dengan sebelah tangan memegang punuk unta. Beliau mengangkat sebiji gandum dan bersabda,
"Wahai semua orang, demi Allah aku tidak lagi menyisakan harta rampasan kalian, termasuk pula sebiji gandum ini kecuali seperlimanya, dan seperlimanya itu pun sudah ku serahkan kepada kalian."
Keputusan Rasulullah ﷺ untuk memberikan sejumlah besar harta kepada yang baru memeluk Islam sangatlah tepat. Karena tidak semua orang memeluk Islam dengan akalnya. Banyak orang di dunia ini perlu ditarik kepada kebenaran dengan perut dan nafsunya.
Setelah itu barulah beliau memanggil Zaid bin Tsabit yang bertugas membagi-bagikan sisa harta rampasan kepada para sahabat Muhajirin dan Anshor. Masing-masing mendapat 4 ekor unta dan 40 domba. Sedangkan para penunggang kuda masing-masing mendapat 12 ekor unta dan 120 domba.
Jumlahnya tentu tidak seberapa dibanding dengan yang lain. Kebijakan Rasulullah ﷺ ini pun, mulanya tidak dipahami, sehingga ada segolongan sahabat yang kecewa.
Kemenangan Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin bersumber dari ketakwaan. Inilah janji Allah untuk orang bertaqwa
1. Hidup berkah
2. Furqonan atau mampu memisahkan baik dan buruk 3. Albusyro yaitu kegembiraan
4. Bersama Allah 5. Dicintai Allah
6. Yusra atau diberi kemudahan
7. Merajan atau diberikan jalan keluar dari kesulitan 8. Tidak sulit rezeki
9. Mendapat ampunan Allah
10. Hasanah Khoiron yang mendapat kebaikan.
Orang-orang Anshar
Rasulullah ﷺ mendengar para sahabat Anshar berbisik-bisik tentang kebijakannya. Bukankah Ansharlah yang bertempur gigih sehingga mereka membalikkan keadaan menjadi kemenangan pada perang Hunain? Kemudian, mengapa orang lain yang justru melarikan diri dalam pertempuran yang menikmati hasilnya?
"Rasulullah ﷺ telah bertemu dengan masyarakatnya sendiri," demikian kata mereka.
Maka Rasulullah ﷺ Alaihi Wasallam datang ke tempat Anshor berkumpul dan bertanya,
"Saudara-saudara Anshor aku mendengar bahwa ada perasaan kalian yang mengganjal terhadap aku. Bukankah dulu aku datang, sementara kalian dalam keadaan sesat, atau Allah memberi petunjuk kepada kalian? Bukankah kalian dulu miskin, lalu Allah membuat kalian kaya, lalu juga menyatukan hati kalian?"
Anshar menjawab, "Memang Allah dan Rasulullah juga yang lebih bermurah hati."
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Saudara-saudara Anshar mengapa kalian tidak menjawab kata-kataku"?
"Dengan apa harus kami Jawab ya Rasulullah? Segala kemurahan hati dan kebaikan itu ada pada Allah dan Rasul-Nya juga."
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Ya sungguh, demi Allah, kalau kamu mau tentu kamu masih dapat mengatakan: engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan orang, kamilah mempercayaimu, engkau ditinggalkan orang, kamilah yang menolongmu, engkau diusir kamilah yang memberimu tempat, engkau dalam kesengsaraan, kamilah yang menghiburmu.
Saudara-saudara Anshar masih adakah sekelumit juga rasa keduniaan itu dalam hatimu terhadap harta itu? Aku telah mengambil hati satu golongan kaum supaya mereka sudi menerima Islam, sedang terhadap keislamanmu aku sudah percaya. Tidakkah kamu rela saudara-saudara Anshar apabila orang-orang itu pergi membawa kambing membawa unta, dan kamu pulang membawa Rasulullah ke tempat kamu?
Demi Dia yang memegang hidup Muhammad! Kalau tidak karena hijrah, tentu aku termasuk orang Anshar. Jika orang menempuh suatu jalan di celah gunung dan Anshar menempuh jalan yang lain, niscaya aku akan menempuh jalan Anshar. Allahumma Ya Allah rahmatilah, orang-orang Anshar, anak-anak dan cucu-cucu Anshar."
Dari hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda,
"Sebenarnya perumpamaan sahabat yang baik dan buruk itu bagaikan pembawa parfum dan peniup api. Maka pembawa parfum adakalanya memberi engkau atau engkau memberinya atau engkau mendapat bau harum darinya. Adapun yang membawa api jika tidak membakar pakaianmu maka engkau akan mendapat bau busuknya."
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 142
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Zainab Wafat
Kata-kata itu diucapkan Rasulullah ﷺ dengan penuh harap, penuh cinta, dan penuh sayang kepada mereka yang pernah memberi janji setia kepada beliau. Rasa haru menyesak di dalam dada semuanya sehingga seluruh orang Anshar menangis sambil berkata,
"Kami rela dengan Rasulullah sebagai bagian kami."
Setelah itu Rasulullah ﷺ kembali ke Mekah untuk berumrah. Selesai umroh Rasulullah ﷺ menunjuk 'Attab bin Asid dan Muadz bin Jabal untuk mengajar orang-orang untuk memperdalam Al Quran dan menjalankan ajaran agama.
Kemudian Rasulullah ﷺ pun kembali ke Madinah. Kini di seluruh Jazirah Arab tidak ada lagi yang berani mengganggu atau mencela Islam. Gembira sekali kaum Anshor dan Muhajirin. Semua merasa bahwa Allah telah membuka jalan kepada Rasulullah ﷺ dengan membebaskan tanah suci.
Mereka gembira karena penduduk Mekah telah mendapatkan hidayah dengan memeluk Islam termasuk beragam kabilah Arab yang telah tunduk dan taat kepada agama Islam ini.
Apalagi kemudian berbagai utusan kabilah-kabilah Arab yang lain berdatangan dan menyatakan memeluk Islam di hadapan Rasulullah ﷺ.
Namun segala ketentraman di dunia ini pasti ada kurangnya. Saat itulah, Zainab putri Rasulullah ﷺ wafat. Sejak jatuh dari unta dan mengalami keguguran kandungan, Zaenab memang tidak pernah sembuh. Kini keturunan Rasulullah ﷺ yang masih hidup tinggal Fatimah az-Zahra, karena Ummu Kultsum dan Rukayah juga telah lebih dulu meninggalkan dunia.
Rasulullah ﷺ teringat betapa lembutnya Zainab dan betapa indah kesetiaannya kepada suaminya Abul Ash bin Ar-Rabi'. Hati Rasulullah ﷺ sedih sekali. Namun dalam keadaan sedih pun Rasulullah tidak pernah lupa dengan kebiasaan beliau selalu pergi ke pelosok-pelosok sampai ke ujung kota. Beliau tengok orang yang sakit dan beliau hibur orang yang menderita.
Allah pun menurunkan rahmat dan kasih sayang untuk menghibur hati Rasulullah ﷺ yang sedang berduka.
Kemudian lahirlah putra Rasulullah ﷺ dari rahim Mariah seorang budak Mesir yang dihadiahkan Mauqauqis kepada Rasulullah ﷺ. Saat itu Rasulullah ﷺ sudah lewat 60 tahun. Alangkah bahagianya hati beliau, putra laki-laki itu beliau beri nama Ibrahim.
Umamah adalah Putri Zaenab. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu
Qotadah, ketika kami sedang menunggu Rasulullah ﷺ pada waktu Dhuhur dan Ashar, keluarlah Rasulullah ﷺ bersama Umamah di atas bahunya. Kemudian kami sholat di belakangnya jika Rasul sujud Umamah dilepaskan dan jika bangkit dari sujudnya Umamah dipangku, sedang waktu kepalanya diangkat dari sujud, Umamah diambil lagi.
Kelahiran Ibrahim
Rasulullah ﷺ memberi sedekah uang untuk setiap helai rambut Ibrahim kepada para fakir miskin. Seorang wanita bernama Ummu Saif diangkat menjadi ibu susu Ibrahim. Kemudian Rasulullah ﷺ menyediakan pula 7 ekor kambing yang setiap hari diperah susunya untuk keperluan Ibrahim.
Hampir setiap hari Rasulullah ﷺ mengunjungi Ibrahim. Beliau sangat senang melihat Ibrahim tumbuh sehat. Senyum bayi itu seperti cahaya pelita yang menghangatkan hati Rasulullah ﷺ. Suatu hari dengan penuh perasaan gembira Rasulullah ﷺ menggendong Ibrahim dan memanggil Aisyah.
Rasulullah ﷺ bertanya "Bukankah besar sekali persamaan Ibrahim dengan diriku?"
Namun Aisyah tidak mengiyakannya, demikian pula dengan istri-istri Rasulullah ﷺ yang lain. Aisyah dan istri2 Rasulullah ﷺ sangat sedih karena tidak bisa memberi beliau seorang keturunan. Padahal mereka sangat menyayangi beliau. Karena itu, begitu melihat kegembiraan Rasulullah ﷺ menggendong Ibrahim, mereka menunjukkan wajah kurang suka.
Apa yang terjadi pada istri-istri Rasulullah ﷺ sangatlah wajar karena pada zaman itu belum pernah kaum wanita diperlakukan sedemikian baik. Begitu sayangnya mereka kepada Rasulullah ﷺ sampai-sampai mereka menganggap beliau lebih menyayangi istri yang satu dibandingkan yang lain. Pertentangan Ini akhirnya meresahkan hati Rasulullah ﷺ. Beliau memisahkan diri dari para istrinya.
Karena sudah lebih dari sebulan Rasulullah ﷺ hidup menyendiri, kaum muslimin menjadi gelisah. Mereka takut kalau ternyata Rasulullah ﷺ menceraikan istri-istrinya. Umar Bin Khattab datang menengok Rasulullah ﷺ di tempat pengasingannya. Umar menangis melihat punggung Rasulullah ﷺ yang berbekas tikar kasar. Rasulullah ﷺ menghibur sahabatnya itu dengan mengatakan bahwa kehidupan akhirat jauh lebih berharga daripada harta seluruh bumi beserta isinya.
Setelah itu giliran Umar yang menghibur beliau. Umar terus bicara dengan Rasulullah ﷺ sampai beliau merasa terhibur dan tertawa. Kemudian, Rasulullah ﷺ menjelaskan kepada kaum muslimin bahwa beliau tidak menceraikan istri-istri beliau.
Kemudian turunlah firman Allah yang menegur istri-istri Rasulullah ﷺ. Kalau saja Rasulullah ﷺ sampai menceraikan mereka, karena mereka sudah begitu menyusahkan, niscaya Allah akan menggantikan mereka dengan wanita-wanita lain yang lebih baik. Akhirnya para ibu kaum muslimin itu pun sadar dan hidup rukun seperti sedia kala.
Tidak ada laki-laki yang memperlakukan istri-istrinya sebaik Rasulullah ﷺ. Beliau senang bergurau dan senang melihat mereka bergurau.
Dari hadis riwayat Bukhari, dari Aisyah berkata,
"Saya pernah melumurkan adonan tepung ke wajah Saudah dan ia pun membalas melumurkan adonan tepung di wajah saya sehingga membuat Rasulullah ﷺ tertawa."
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Kata-kata itu diucapkan Rasulullah ﷺ dengan penuh harap, penuh cinta, dan penuh sayang kepada mereka yang pernah memberi janji setia kepada beliau. Rasa haru menyesak di dalam dada semuanya sehingga seluruh orang Anshar menangis sambil berkata,
"Kami rela dengan Rasulullah sebagai bagian kami."
Setelah itu Rasulullah ﷺ kembali ke Mekah untuk berumrah. Selesai umroh Rasulullah ﷺ menunjuk 'Attab bin Asid dan Muadz bin Jabal untuk mengajar orang-orang untuk memperdalam Al Quran dan menjalankan ajaran agama.
Kemudian Rasulullah ﷺ pun kembali ke Madinah. Kini di seluruh Jazirah Arab tidak ada lagi yang berani mengganggu atau mencela Islam. Gembira sekali kaum Anshor dan Muhajirin. Semua merasa bahwa Allah telah membuka jalan kepada Rasulullah ﷺ dengan membebaskan tanah suci.
Mereka gembira karena penduduk Mekah telah mendapatkan hidayah dengan memeluk Islam termasuk beragam kabilah Arab yang telah tunduk dan taat kepada agama Islam ini.
Apalagi kemudian berbagai utusan kabilah-kabilah Arab yang lain berdatangan dan menyatakan memeluk Islam di hadapan Rasulullah ﷺ.
Namun segala ketentraman di dunia ini pasti ada kurangnya. Saat itulah, Zainab putri Rasulullah ﷺ wafat. Sejak jatuh dari unta dan mengalami keguguran kandungan, Zaenab memang tidak pernah sembuh. Kini keturunan Rasulullah ﷺ yang masih hidup tinggal Fatimah az-Zahra, karena Ummu Kultsum dan Rukayah juga telah lebih dulu meninggalkan dunia.
Rasulullah ﷺ teringat betapa lembutnya Zainab dan betapa indah kesetiaannya kepada suaminya Abul Ash bin Ar-Rabi'. Hati Rasulullah ﷺ sedih sekali. Namun dalam keadaan sedih pun Rasulullah tidak pernah lupa dengan kebiasaan beliau selalu pergi ke pelosok-pelosok sampai ke ujung kota. Beliau tengok orang yang sakit dan beliau hibur orang yang menderita.
Allah pun menurunkan rahmat dan kasih sayang untuk menghibur hati Rasulullah ﷺ yang sedang berduka.
Kemudian lahirlah putra Rasulullah ﷺ dari rahim Mariah seorang budak Mesir yang dihadiahkan Mauqauqis kepada Rasulullah ﷺ. Saat itu Rasulullah ﷺ sudah lewat 60 tahun. Alangkah bahagianya hati beliau, putra laki-laki itu beliau beri nama Ibrahim.
Umamah adalah Putri Zaenab. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu
Qotadah, ketika kami sedang menunggu Rasulullah ﷺ pada waktu Dhuhur dan Ashar, keluarlah Rasulullah ﷺ bersama Umamah di atas bahunya. Kemudian kami sholat di belakangnya jika Rasul sujud Umamah dilepaskan dan jika bangkit dari sujudnya Umamah dipangku, sedang waktu kepalanya diangkat dari sujud, Umamah diambil lagi.
Kelahiran Ibrahim
Rasulullah ﷺ memberi sedekah uang untuk setiap helai rambut Ibrahim kepada para fakir miskin. Seorang wanita bernama Ummu Saif diangkat menjadi ibu susu Ibrahim. Kemudian Rasulullah ﷺ menyediakan pula 7 ekor kambing yang setiap hari diperah susunya untuk keperluan Ibrahim.
Hampir setiap hari Rasulullah ﷺ mengunjungi Ibrahim. Beliau sangat senang melihat Ibrahim tumbuh sehat. Senyum bayi itu seperti cahaya pelita yang menghangatkan hati Rasulullah ﷺ. Suatu hari dengan penuh perasaan gembira Rasulullah ﷺ menggendong Ibrahim dan memanggil Aisyah.
Rasulullah ﷺ bertanya "Bukankah besar sekali persamaan Ibrahim dengan diriku?"
Namun Aisyah tidak mengiyakannya, demikian pula dengan istri-istri Rasulullah ﷺ yang lain. Aisyah dan istri2 Rasulullah ﷺ sangat sedih karena tidak bisa memberi beliau seorang keturunan. Padahal mereka sangat menyayangi beliau. Karena itu, begitu melihat kegembiraan Rasulullah ﷺ menggendong Ibrahim, mereka menunjukkan wajah kurang suka.
Apa yang terjadi pada istri-istri Rasulullah ﷺ sangatlah wajar karena pada zaman itu belum pernah kaum wanita diperlakukan sedemikian baik. Begitu sayangnya mereka kepada Rasulullah ﷺ sampai-sampai mereka menganggap beliau lebih menyayangi istri yang satu dibandingkan yang lain. Pertentangan Ini akhirnya meresahkan hati Rasulullah ﷺ. Beliau memisahkan diri dari para istrinya.
Karena sudah lebih dari sebulan Rasulullah ﷺ hidup menyendiri, kaum muslimin menjadi gelisah. Mereka takut kalau ternyata Rasulullah ﷺ menceraikan istri-istrinya. Umar Bin Khattab datang menengok Rasulullah ﷺ di tempat pengasingannya. Umar menangis melihat punggung Rasulullah ﷺ yang berbekas tikar kasar. Rasulullah ﷺ menghibur sahabatnya itu dengan mengatakan bahwa kehidupan akhirat jauh lebih berharga daripada harta seluruh bumi beserta isinya.
Setelah itu giliran Umar yang menghibur beliau. Umar terus bicara dengan Rasulullah ﷺ sampai beliau merasa terhibur dan tertawa. Kemudian, Rasulullah ﷺ menjelaskan kepada kaum muslimin bahwa beliau tidak menceraikan istri-istri beliau.
Kemudian turunlah firman Allah yang menegur istri-istri Rasulullah ﷺ. Kalau saja Rasulullah ﷺ sampai menceraikan mereka, karena mereka sudah begitu menyusahkan, niscaya Allah akan menggantikan mereka dengan wanita-wanita lain yang lebih baik. Akhirnya para ibu kaum muslimin itu pun sadar dan hidup rukun seperti sedia kala.
Tidak ada laki-laki yang memperlakukan istri-istrinya sebaik Rasulullah ﷺ. Beliau senang bergurau dan senang melihat mereka bergurau.
Dari hadis riwayat Bukhari, dari Aisyah berkata,
"Saya pernah melumurkan adonan tepung ke wajah Saudah dan ia pun membalas melumurkan adonan tepung di wajah saya sehingga membuat Rasulullah ﷺ tertawa."
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 143
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Perang Tabuk
Setelah bertempur dengan kaum muslimin di perang Mu'tah, Kaisar Romawi tahu bahwa seluruh penduduk Jazirah Arab sudah sangat terpesona dengan kaum muslimin. Buktinya akhir-akhir ini semakin banyak kabilah Arab yang memeluk Islam.
"Jika ini dibiarkan, pengaruh Romawi di wilayah-wilayah Arab yang ku kuasai akan hancur," demikian pikir Kaisar Romawi.
"Tidak ada jalan lain selain menghancurkan agama baru itu sampai ke akarnya."
Maka orang Romawi segera menyiapkan sebuah pasukan sebanyak 40000 orang. Termasuk di dalamnya adalah kabilah-kabilah Arab yang menganut agama Nasrani. Mereka akan memusnahkan tentara muslim dengan membuat orang lupa akan pengunduran diri tentara muslim yang sangat cerdik pada perang Mu'tah.
Keadaan di Madinah pun menjadi genting. Orang-orang munafik memperparahnya dengan menyebarkan desas-desus tentang kedatangan pasukan Romawi. Begitu gawatnya keadaan sampai-sampai ketika orang Anshar mengetuk pintu rumahnya, Umar Bin Khattab keluar sambil bertanya, "Apakah orang-orang Romawi sudah tiba?"
Situasi tambah mengkhawatirkan karena saat itu adalah musim panas menjelang musim gugur yang dikenal sebagai musim maut yang sangat mencekam di padang pasir. Panas telah mencapai derajat tertinggi. Semua orang lebih suka berdiam diri di rumah atau di kebun daripada bepergian sehingga jalan-jalan di Madinah tampak lebih sepi daripada hari-hari biasanya.
Namun tidak ada jalan lain bagi Rasulullah ﷺ selain mengumumkan keberangkatan perang. Beliau memberitahu kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam agar bersiap dengan pasukan sebesar mungkin. Keputusan Rasulullah ﷺ ini sangat cermat dan bijaksana sebab jika beliau menunggu musim panas berlalu orang Romawi akan masuk lebih jauh ke dalam wilayah Islam.
Akan tetapi ketika itu buah-buahan sudah mulai masak dan siap dipanen. Perjalanan jauh di bawah panas matahari yang luar biasa ke perbatasan Romawi akan merupakan perjalanan yang sangat sulit. Apalagi Rasulullah ﷺ juga mengharapkan bahwa setiap orang memberikan hartanya untuk pasukan yang memerlukan biaya besar. Maka ketika seruan jihad berkumandang, bagaimanakah sikap kaum muslimin?
Ketika mendengar ada bahaya Rasulullah ﷺ selalu berusaha untuk menyerang lebih dahulu. Menyerang punya beberapa kelebihan yaitu: leluasa menentukan sasaran, dapat menarik mundur pasukan jika situasi tidak menguntungkan, prajurit penyerang biasanya lebih siap dan lebih bersemangat dibandingkan dengan prajurit yang bertahan.
Persiapan Rasulullah
Begitu sulit dan beratnya perjalanan yang akan ditempuh kaum muslimin, membuat sikap orang terbagi dua golongan: kaum munafik yang menolak pergi dan kaum beriman yang menyambut seruan Rasulullah ﷺ tanpa ragu lagi.
Para sahabat yang berharta bahkan berlomba-lomba untuk bersedekah. Utsman bin Affan yang sebelum itu telah menyiapkan kafilah ke Syam sebanyak 200 ekor unta lengkap dengan barang dagangan ditambah uang 200 uqiyah, memberikan 100 ekor unta beserta seluruh barang yang diangkutnya. Jumlah itu masih ditambah dengan uang seribu dinar yang diletakkan dalam bilik Rasulullah ﷺ. Beliau menerimanya dan bersabda,
"Tidak ada yang membahayakan Utsman karena apa yang dilakukannya setelah hari ini."
Akan tetapi Usman tidak berhenti sampai disitu. Ia mengeluarkan sedekah lagi, lagi, dan lagi sampai seluruhnya berjumlah 900 ekor unta, 100 kuda dan sejumlah besar uang tunai. Abdurrahman bin Auf datang menyerahkan 200 uqiyah perak.
Abu Bakar adalah orang yang pertama menyerahkan sedekahnya ke tangan Rasulullah ﷺ. Abu Bakar menyerahkan seluruh harta yang dimilikinya sejumlah 4.000 dirham.
"Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?" tanya Rasulullah ﷺ.
"Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya," demikian jawab Abu Bakar.
Umar bin Khattab yang melihat hal itu dan hendak menyerahkan separuh hartanya, berkata,
"Aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar dalam perlombaan kebaikan untuk selama-lamanya."
Orang-orang berdatangan menyerahkan apa saja yang mereka miliki, banyak atau sedikit. Ada yang menyerahkan 70 wasaq kurma atau hanya satu atau dua mud kurma karena hanya itu saja yang mereka miliki. Kaum wanita berbondong-bondong menyerahkan perhiasan mereka tidak ada satupun orang beriman yang merasa sayang pada hartanya demi perjuangan di jalan Allah.
Bahkan orang-orang yang paling miskin pun berdatangan bukan untuk menyerahkan sesuatu namun minta agar disertakan dalam pasukan. Dengan terharu, Rasulullah ﷺ terpaksa menolak mereka dengan bersabda,
"Aku sudah tidak punya lagi kendaraan untuk kalian."
Maka orang-orang itu pun pulang sambil menangis.
Jadi nyatalah bawa harta benda itu perlu. Perlu sangat. Orang Islam harus berupaya menjadi kaya raya karena dengan kekayaan itulah dia akan mempertinggi kemuliaan budi, budaya, dan agamanya. Namun harta benda itu adalah alat bukan tujuan. Tujuan sebenarnya ialah ingat pada Allah menuju Ridha Allah dan menegakkan jalan Allah Sabilillah.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Setelah bertempur dengan kaum muslimin di perang Mu'tah, Kaisar Romawi tahu bahwa seluruh penduduk Jazirah Arab sudah sangat terpesona dengan kaum muslimin. Buktinya akhir-akhir ini semakin banyak kabilah Arab yang memeluk Islam.
"Jika ini dibiarkan, pengaruh Romawi di wilayah-wilayah Arab yang ku kuasai akan hancur," demikian pikir Kaisar Romawi.
"Tidak ada jalan lain selain menghancurkan agama baru itu sampai ke akarnya."
Maka orang Romawi segera menyiapkan sebuah pasukan sebanyak 40000 orang. Termasuk di dalamnya adalah kabilah-kabilah Arab yang menganut agama Nasrani. Mereka akan memusnahkan tentara muslim dengan membuat orang lupa akan pengunduran diri tentara muslim yang sangat cerdik pada perang Mu'tah.
Keadaan di Madinah pun menjadi genting. Orang-orang munafik memperparahnya dengan menyebarkan desas-desus tentang kedatangan pasukan Romawi. Begitu gawatnya keadaan sampai-sampai ketika orang Anshar mengetuk pintu rumahnya, Umar Bin Khattab keluar sambil bertanya, "Apakah orang-orang Romawi sudah tiba?"
Situasi tambah mengkhawatirkan karena saat itu adalah musim panas menjelang musim gugur yang dikenal sebagai musim maut yang sangat mencekam di padang pasir. Panas telah mencapai derajat tertinggi. Semua orang lebih suka berdiam diri di rumah atau di kebun daripada bepergian sehingga jalan-jalan di Madinah tampak lebih sepi daripada hari-hari biasanya.
Namun tidak ada jalan lain bagi Rasulullah ﷺ selain mengumumkan keberangkatan perang. Beliau memberitahu kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam agar bersiap dengan pasukan sebesar mungkin. Keputusan Rasulullah ﷺ ini sangat cermat dan bijaksana sebab jika beliau menunggu musim panas berlalu orang Romawi akan masuk lebih jauh ke dalam wilayah Islam.
Akan tetapi ketika itu buah-buahan sudah mulai masak dan siap dipanen. Perjalanan jauh di bawah panas matahari yang luar biasa ke perbatasan Romawi akan merupakan perjalanan yang sangat sulit. Apalagi Rasulullah ﷺ juga mengharapkan bahwa setiap orang memberikan hartanya untuk pasukan yang memerlukan biaya besar. Maka ketika seruan jihad berkumandang, bagaimanakah sikap kaum muslimin?
Ketika mendengar ada bahaya Rasulullah ﷺ selalu berusaha untuk menyerang lebih dahulu. Menyerang punya beberapa kelebihan yaitu: leluasa menentukan sasaran, dapat menarik mundur pasukan jika situasi tidak menguntungkan, prajurit penyerang biasanya lebih siap dan lebih bersemangat dibandingkan dengan prajurit yang bertahan.
Persiapan Rasulullah
Begitu sulit dan beratnya perjalanan yang akan ditempuh kaum muslimin, membuat sikap orang terbagi dua golongan: kaum munafik yang menolak pergi dan kaum beriman yang menyambut seruan Rasulullah ﷺ tanpa ragu lagi.
Para sahabat yang berharta bahkan berlomba-lomba untuk bersedekah. Utsman bin Affan yang sebelum itu telah menyiapkan kafilah ke Syam sebanyak 200 ekor unta lengkap dengan barang dagangan ditambah uang 200 uqiyah, memberikan 100 ekor unta beserta seluruh barang yang diangkutnya. Jumlah itu masih ditambah dengan uang seribu dinar yang diletakkan dalam bilik Rasulullah ﷺ. Beliau menerimanya dan bersabda,
"Tidak ada yang membahayakan Utsman karena apa yang dilakukannya setelah hari ini."
Akan tetapi Usman tidak berhenti sampai disitu. Ia mengeluarkan sedekah lagi, lagi, dan lagi sampai seluruhnya berjumlah 900 ekor unta, 100 kuda dan sejumlah besar uang tunai. Abdurrahman bin Auf datang menyerahkan 200 uqiyah perak.
Abu Bakar adalah orang yang pertama menyerahkan sedekahnya ke tangan Rasulullah ﷺ. Abu Bakar menyerahkan seluruh harta yang dimilikinya sejumlah 4.000 dirham.
"Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?" tanya Rasulullah ﷺ.
"Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya," demikian jawab Abu Bakar.
Umar bin Khattab yang melihat hal itu dan hendak menyerahkan separuh hartanya, berkata,
"Aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar dalam perlombaan kebaikan untuk selama-lamanya."
Orang-orang berdatangan menyerahkan apa saja yang mereka miliki, banyak atau sedikit. Ada yang menyerahkan 70 wasaq kurma atau hanya satu atau dua mud kurma karena hanya itu saja yang mereka miliki. Kaum wanita berbondong-bondong menyerahkan perhiasan mereka tidak ada satupun orang beriman yang merasa sayang pada hartanya demi perjuangan di jalan Allah.
Bahkan orang-orang yang paling miskin pun berdatangan bukan untuk menyerahkan sesuatu namun minta agar disertakan dalam pasukan. Dengan terharu, Rasulullah ﷺ terpaksa menolak mereka dengan bersabda,
"Aku sudah tidak punya lagi kendaraan untuk kalian."
Maka orang-orang itu pun pulang sambil menangis.
Jadi nyatalah bawa harta benda itu perlu. Perlu sangat. Orang Islam harus berupaya menjadi kaya raya karena dengan kekayaan itulah dia akan mempertinggi kemuliaan budi, budaya, dan agamanya. Namun harta benda itu adalah alat bukan tujuan. Tujuan sebenarnya ialah ingat pada Allah menuju Ridha Allah dan menegakkan jalan Allah Sabilillah.
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 144
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Orang-orang Munafik
Sementara orang-orang Mukmin dari berbagai kabilah berdatangan untuk bergabung bersama sambil berlomba membawa sedekah ke Madinah, orang-orang munafik malah berbisik-bisik. Mereka mencari-cari alasan untuk tidak ikut di antara sesama mereka, terdengarlah cemoohan kepada ajakan Rasulullah ﷺ.
"Jangan kalian berangkat dalam keadaan udara panas ini," demikian ajak mereka kepada yang lain.
Tentang perkataan ini turunlah firman Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ ائْذَنْ لِّيْ وَلَا تَفْتِنِّيْۗ اَلَا فِى الْفِتْنَةِ سَقَطُوْاۗ وَاِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيْطَةٌ ۢ بِالْكٰفِرِيْنَ
Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah". Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.
{At-Taubah 9:49)
"Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan
jiwa mereka di jalan Allah dan mereka berkata janganlah kamu berangkat atau pergi berperang dalam panas terik ini." Katakanlah,
"Api neraka jahanam itu lebih sangat panas, jika mereka mengetahui."
Abdullah bin Ubay bin Salul ketika itu berkemah di sebuah tempat bersama sekelompok pengikutnya. Mereka menolak berangkat bersama Rasulullah ﷺ ke medan perang.
Orang-orang yang hatinya terpendam kebencian terhadap Islam mengambil kesempatan ini. Mereka menghasut banyak orang, menghalang-halangi dan menanamkan rasa enggan mereka untuk pergi. Banyak orang yang telah munafik semakin menjadi lebih munafik. Mereka berkumpul di rumah Sulaim, orang Yahudi. Jika dibiarkan orang-orang ini pasti akan merajalela menebar kerusakan.
Karena itulah Rasulullah ﷺ mengutus Thalhah bin Ubaidillah untuk membubarkan mereka. Thalhah datang dan membakar rumah sulaim. Orang-orang di dalam rumah kalang kabut melarikan diri, salah seorang patah kakinya karena terjatuh. Sementara itu yang lain memaksa menerobos api dan melarikan diri ke sana kemari.
Tindakan keras Rasulullah ﷺ itu berhasil mencegah mereka untuk tidak lagi mengulangi perbuatan semacam itu.
Kemudian pasukan muslim berangkat. Rasulullah ﷺ memimpin 30000 orang ke perbatasan Romawi nun jauh di utara. Namun masih ada yang tertinggal. Padahal mereka adalah orang-orang yang tidak diragukan lagi keislamannya. Siapa dan mengapa?
Orang-orang munafik menghindar dari satu bahaya pertempuran, tetapi akan menanggung kehinaan akibat tindakan pengecutnya. Mereka tidak punya Iffah.
Iffah adalah kemampuan menahan diri. Gunanya untuk mengekang diri jangan sampai suka menempuh kepuasan sesaat yang akhirnya akan membawa kemelaratan.
Abu Khaitsamah
Ketika pasukan berangkat, kaum wanita dan anak-anak melepas mereka dengan penuh semangat. Bahkan banyak yang naik ke loteng agar dapat melihat dengan lebih leluasa. Debu halus mengepul ke udara disertai ringkikan kuda. Inilah pasukan dahsyat yang siap menembus padang pasir dengan tidak lagi mempedulikan udara panas, rasa haus dan lapar. Semua itu demi mendapat kecintaan Allah dan Rasulullah ﷺ.
Namun beberapa orang belum tergerak hatinya untuk ikut padahal mereka bukanlah kaum munafik. Di antaranya adalah abu Khaitsamah, Kaab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi, Hilal bin Umayyah.
Setelah Rasulullah ﷺ dan pasukannya telah berjalan beberapa hari. Abu Khaitsamah tiba di rumah. Hari itu benar-benar sangat panas sampai hampir tak tertahankan. Kedua istri Abu Khaitsamah bangkit dan menyambutnya dengan penuh cinta.
Abu Khaitsamah berbaring di atas alas empuk yang telah disediakan istri-istrinya. Tenda yang sudah terbuka membuat angin mengalir masuk segar, apalagi tidak lama kemudian
kedua istrinya itu masuk sambil membawa apa yang dia inginkan. Yang satu kendi sejuk yang telah ditaruh lama di tempat teduh, yang lain adalah makanan segar untuk memuaskan perut yang lapar. Namun begitu merasakan semua kenikmatan ini pikiran Abu Khaitsamah melayang kepada Rasulullah ﷺ dan pasukannya.
Ia berkata dalam hati, "Rasulullah ﷺ sekarang tengah terpanggang terik matahari dan diterpa angin panas, sedangkan Abu khaitsamah bersantai-santai di kemah yang sejuk, menikmati makanan yang tersedia dan bersenang ria ditemani para wanita cantik ini? Ini benar-benar tidak pantas dan tidak adil!"
Seketika itu Abu Khaitsamah bangkit dan berkata kepada kedua istrinya,
"Demi Allah, aku tidak akan masuk ke tenda kalian sebelum aku menyusul Rasulullah ﷺ. Tolong siapkan perbekalanku, aku akan pergi mengejar beliau."
Ketika Rasulullah ﷺ tiba di daerah Tabuk, seseorang berkata,
"Ada pengendara datang!"
"Ia adalah Abu Khaitsamah," Sabda Rasulullah ﷺ.
Abu Khaitsamah menemui Rasulullah ﷺ, beliau memaafkan dan mendoakan Abu Khaitsamah.
Untuk menghindarkan bahaya yang sangat besar, seseorang harus menghindarkan kenikmatan yang sebentar saja, itulah gunanya iffah dan untuk mencapai kepuasan besar serta abadi, seseorang perlu teguh, tahan menyebrangi kesakitan dan penderitaan yang sebentar.
Itulah gunanya syajaah atau keberanian. Abu Khaitsamah adalah contoh orang yang memiliki dua hal ini. Iffah dan syajaah tidak bisa dipisahkan seperti dua sayap burung.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Sementara orang-orang Mukmin dari berbagai kabilah berdatangan untuk bergabung bersama sambil berlomba membawa sedekah ke Madinah, orang-orang munafik malah berbisik-bisik. Mereka mencari-cari alasan untuk tidak ikut di antara sesama mereka, terdengarlah cemoohan kepada ajakan Rasulullah ﷺ.
"Jangan kalian berangkat dalam keadaan udara panas ini," demikian ajak mereka kepada yang lain.
Tentang perkataan ini turunlah firman Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ ائْذَنْ لِّيْ وَلَا تَفْتِنِّيْۗ اَلَا فِى الْفِتْنَةِ سَقَطُوْاۗ وَاِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيْطَةٌ ۢ بِالْكٰفِرِيْنَ
Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah". Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.
{At-Taubah 9:49)
"Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan
jiwa mereka di jalan Allah dan mereka berkata janganlah kamu berangkat atau pergi berperang dalam panas terik ini." Katakanlah,
"Api neraka jahanam itu lebih sangat panas, jika mereka mengetahui."
Abdullah bin Ubay bin Salul ketika itu berkemah di sebuah tempat bersama sekelompok pengikutnya. Mereka menolak berangkat bersama Rasulullah ﷺ ke medan perang.
Orang-orang yang hatinya terpendam kebencian terhadap Islam mengambil kesempatan ini. Mereka menghasut banyak orang, menghalang-halangi dan menanamkan rasa enggan mereka untuk pergi. Banyak orang yang telah munafik semakin menjadi lebih munafik. Mereka berkumpul di rumah Sulaim, orang Yahudi. Jika dibiarkan orang-orang ini pasti akan merajalela menebar kerusakan.
Karena itulah Rasulullah ﷺ mengutus Thalhah bin Ubaidillah untuk membubarkan mereka. Thalhah datang dan membakar rumah sulaim. Orang-orang di dalam rumah kalang kabut melarikan diri, salah seorang patah kakinya karena terjatuh. Sementara itu yang lain memaksa menerobos api dan melarikan diri ke sana kemari.
Tindakan keras Rasulullah ﷺ itu berhasil mencegah mereka untuk tidak lagi mengulangi perbuatan semacam itu.
Kemudian pasukan muslim berangkat. Rasulullah ﷺ memimpin 30000 orang ke perbatasan Romawi nun jauh di utara. Namun masih ada yang tertinggal. Padahal mereka adalah orang-orang yang tidak diragukan lagi keislamannya. Siapa dan mengapa?
Orang-orang munafik menghindar dari satu bahaya pertempuran, tetapi akan menanggung kehinaan akibat tindakan pengecutnya. Mereka tidak punya Iffah.
Iffah adalah kemampuan menahan diri. Gunanya untuk mengekang diri jangan sampai suka menempuh kepuasan sesaat yang akhirnya akan membawa kemelaratan.
Abu Khaitsamah
Ketika pasukan berangkat, kaum wanita dan anak-anak melepas mereka dengan penuh semangat. Bahkan banyak yang naik ke loteng agar dapat melihat dengan lebih leluasa. Debu halus mengepul ke udara disertai ringkikan kuda. Inilah pasukan dahsyat yang siap menembus padang pasir dengan tidak lagi mempedulikan udara panas, rasa haus dan lapar. Semua itu demi mendapat kecintaan Allah dan Rasulullah ﷺ.
Namun beberapa orang belum tergerak hatinya untuk ikut padahal mereka bukanlah kaum munafik. Di antaranya adalah abu Khaitsamah, Kaab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi, Hilal bin Umayyah.
Setelah Rasulullah ﷺ dan pasukannya telah berjalan beberapa hari. Abu Khaitsamah tiba di rumah. Hari itu benar-benar sangat panas sampai hampir tak tertahankan. Kedua istri Abu Khaitsamah bangkit dan menyambutnya dengan penuh cinta.
Abu Khaitsamah berbaring di atas alas empuk yang telah disediakan istri-istrinya. Tenda yang sudah terbuka membuat angin mengalir masuk segar, apalagi tidak lama kemudian
kedua istrinya itu masuk sambil membawa apa yang dia inginkan. Yang satu kendi sejuk yang telah ditaruh lama di tempat teduh, yang lain adalah makanan segar untuk memuaskan perut yang lapar. Namun begitu merasakan semua kenikmatan ini pikiran Abu Khaitsamah melayang kepada Rasulullah ﷺ dan pasukannya.
Ia berkata dalam hati, "Rasulullah ﷺ sekarang tengah terpanggang terik matahari dan diterpa angin panas, sedangkan Abu khaitsamah bersantai-santai di kemah yang sejuk, menikmati makanan yang tersedia dan bersenang ria ditemani para wanita cantik ini? Ini benar-benar tidak pantas dan tidak adil!"
Seketika itu Abu Khaitsamah bangkit dan berkata kepada kedua istrinya,
"Demi Allah, aku tidak akan masuk ke tenda kalian sebelum aku menyusul Rasulullah ﷺ. Tolong siapkan perbekalanku, aku akan pergi mengejar beliau."
Ketika Rasulullah ﷺ tiba di daerah Tabuk, seseorang berkata,
"Ada pengendara datang!"
"Ia adalah Abu Khaitsamah," Sabda Rasulullah ﷺ.
Abu Khaitsamah menemui Rasulullah ﷺ, beliau memaafkan dan mendoakan Abu Khaitsamah.
Untuk menghindarkan bahaya yang sangat besar, seseorang harus menghindarkan kenikmatan yang sebentar saja, itulah gunanya iffah dan untuk mencapai kepuasan besar serta abadi, seseorang perlu teguh, tahan menyebrangi kesakitan dan penderitaan yang sebentar.
Itulah gunanya syajaah atau keberanian. Abu Khaitsamah adalah contoh orang yang memiliki dua hal ini. Iffah dan syajaah tidak bisa dipisahkan seperti dua sayap burung.
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 145
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Perjalanan Pasukan Usro
Pasukan ini dinamakan pasukan Usro artinya pasukan yang berangkat dalam keadaan penuh kesulitan. Dalam perjalanan, pasukan melewati Al Hijr. Dahulu tempat ini merupakan
kediaman kaum Tsamud yang durhaka. Di lembah itu orang-orang mengambil air untuk persediaan minum mengingat jalan masih sangat jauh.
Namun, Rasulullah ﷺ bersabda,
"Janganlah kalian minum air di sini dan jangan pula dipergunakan untuk berwudhu. Adonan gandum yang telah kalian campurkan dengan air tadi berikan saja kepada unta, jangan kalian makan sedikit pun. Jangan kalian memasuki tempat-tempat yang dahulu dipergunakan kaum Tsamud untuk menganiaya diri mereka sendiri, nanti kalian akan tertimpa musibah seperti yang menimpa mereka, kecuali jika kalian adalah orang-orang yang suka menangis jika mengingat dosa."
Rasulullah ﷺ segera mempercepat jalannya melewati lembah tersebut sambil menundukkan kepala.
Di suatu tempat, pasukan berkemah dan Rasulullah ﷺ berpesan,
"Malam ini janganlah kalian keluar jika tidak disertai seorang teman."
Pesan itu disampaikan karena Rasulullah ﷺ tahu bahwa tempat itu tidak pernah dilalui orang, dan hembusan pasir yang ganas sering mengubur orang maupun binatang.
Akan tetapi malam itu ada dua orang yang melanggar pesan Rasulullah ﷺ. Salah seorang menghilang dibawa angin dan yang satu lagi tewas tertimbun pasir.
Perjalanan kembali dilanjutkan, tetapi para sahabat sangat khawatir karena persediaan air mereka kini tidak cukup. Maka Rasulullah ﷺ pun berdoa. Dengan izin Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, awan hitam datang bergulung-gulung dan turunlah hujan lebat yang memenuhi kebutuhan semua orang.
Pada lain saat, dalam perjalanan itu persediaan makanan menipis dan para sahabat menderita kelaparan. Mereka meminta izin kepada Rasulullah ﷺ agar diperbolehkan menyembelih unta-unta. Namun Rasulullah ﷺ memerintahkan agar semuanya mengumpulkan makanan yang tersisa. Setelah terkumpul Rasulullah ﷺ berdoa. Setelah itu Beliau berkata,
"Ambillah dan penuhilah kantong-kantong kalian."
Maka para sahabat memenuhi kantong-kantong mereka sampai penuh. Kemudian mereka makan sampai kenyang, namun makanan itu masih tersisa. Rasulullah ﷺ pun mengucapkan kalimat syahadat dan bersabda,
"Tidaklah seorang hamba pun yang mengucapkan kalimat itu tanpa ragu, maka kelak ketika berhadapan dengan Allah, ia pasti akan masuk surga."
Keberanian Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya menantang kekuatan yang jauh lebih besar, bersumber pada rasa percaya diri. Orang Islam adalah kaum yang sepatutnya percaya
kepada diri sendiri. Sebab kekuatan yang ada pada dirinya digantungkannya kepada kekuatan yang mengatur alam, yaitu Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ.
Pasukan Romawi Mundur
Akhirnya Rasulullah ﷺ tiba di Tabuk. Mereka segera menyiapkan diri untuk bertempur. Di hadapan pasukannya, Rasulullah ﷺ berpidato dengan penuh semangat. Beliau mengingatkan akan kebaikan dunia dan akhirat yang bisa dicapai dengan berjuang sungguh-sungguh. Beliau juga memberi kabar gembira dan kabar kemenangan pasukan yang tadinya begitu letih, kini berubah menjadi pasukan berhati baja yang siap mati membela Islam.
Kebulatan tekad pasukan Rasulullah ﷺ ini terdengar oleh musuh. Keberanian Romawi ciut mendengar kehebatan pasukan Muslim menyeberangi gurun tandus dan cuaca yang sangat panas dan ganas dengan bekal seadanya.
Tidak akan ada satu pun kekuatan yang mampu menahan pasukan setangguh itu. Dihantui rasa takut, pasukan Romawi yang tersohor itu pun bergerak mundur sebelum lawannya terlihat. Mereka berpencar dan kembali ke daerah masing-masing.
Kemenangan tanpa bertempur ini melambungkan nama pasukan Islam. Berduyun-duyun, para pembesar di daerah-daerah perbatasan Romawi mendatangi Rasulullah ﷺ untuk berdamai.
Para penduduk Jarba, Adzruh dan Aila menyatakan tunduk di bawah pemerintahan Muslim.
Penduduk suatu daerah yang tunduk kepada pemerintah muslim namun tetap mempertahankan agama mereka, wajib membawa jizyah berupa sejumlah uang. Dengan demikian pasukan muslim akan datang membela apabila suatu saat musuh menyerang daerah itu.
Penduduk Aila yang beragama Nasrani adalah termasuk di antara mereka yang membayar jizyah. Yuhanah bin Ru'bah pemimpin Aila datang dengan salib emas di dadanya. Ia membawa hadiah dan menandatangani perjanjian damai.
Rasulullah ﷺ pun memberinya mantel tenunan Yaman dan menerima Yuhanah dengan santun.
Namun Ukaidir bin Abdul Malik Al Kindi, orang Nasrani yang memimpin penduduk Dumatul Jandal, malah meminta bantuan pasukan Romawi untuk melawan tentara muslim. Maka, Rasulullah ﷺ memerintahkan Khalid bin Walid beserta 500 pasukan berkuda untuk melawannya.
Dengan diam-diam tapi sangat cepat Khalid bin Walid menyerang pada waktu malam. Ia berhasil menawan Ukaidir yang tengah berburu lembu liar. Maka Dumatul Jandal pun takluk. Mereka menyerahkan 2.000 unta, 800 kambing, 400 wasaq gandum, dan 400 baju besi.
Ukaidir pun masuk Islam di hadapan Rasulullah ﷺ dan menjadi sekutu kaum muslimin.
Keperkasaan pasukan muslim bersumber dari rasa percaya kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ. Siapa saja yang percaya kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ maka dia tidak akan merasa takut mengarungi lautan kehidupan. Dia tidak percaya bahwa akan ada kekuatan di alam ini yang sanggup merintanginya kalau tidak diizinkan oleh Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ. Dia tidak percaya bahwa dia akan ditimpa bahaya, kalau tidak telah tertulis lebih dahulu dalam ilmu Allah. Dia selalu berbaik sangka kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Pasukan ini dinamakan pasukan Usro artinya pasukan yang berangkat dalam keadaan penuh kesulitan. Dalam perjalanan, pasukan melewati Al Hijr. Dahulu tempat ini merupakan
kediaman kaum Tsamud yang durhaka. Di lembah itu orang-orang mengambil air untuk persediaan minum mengingat jalan masih sangat jauh.
Namun, Rasulullah ﷺ bersabda,
"Janganlah kalian minum air di sini dan jangan pula dipergunakan untuk berwudhu. Adonan gandum yang telah kalian campurkan dengan air tadi berikan saja kepada unta, jangan kalian makan sedikit pun. Jangan kalian memasuki tempat-tempat yang dahulu dipergunakan kaum Tsamud untuk menganiaya diri mereka sendiri, nanti kalian akan tertimpa musibah seperti yang menimpa mereka, kecuali jika kalian adalah orang-orang yang suka menangis jika mengingat dosa."
Rasulullah ﷺ segera mempercepat jalannya melewati lembah tersebut sambil menundukkan kepala.
Di suatu tempat, pasukan berkemah dan Rasulullah ﷺ berpesan,
"Malam ini janganlah kalian keluar jika tidak disertai seorang teman."
Pesan itu disampaikan karena Rasulullah ﷺ tahu bahwa tempat itu tidak pernah dilalui orang, dan hembusan pasir yang ganas sering mengubur orang maupun binatang.
Akan tetapi malam itu ada dua orang yang melanggar pesan Rasulullah ﷺ. Salah seorang menghilang dibawa angin dan yang satu lagi tewas tertimbun pasir.
Perjalanan kembali dilanjutkan, tetapi para sahabat sangat khawatir karena persediaan air mereka kini tidak cukup. Maka Rasulullah ﷺ pun berdoa. Dengan izin Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, awan hitam datang bergulung-gulung dan turunlah hujan lebat yang memenuhi kebutuhan semua orang.
Pada lain saat, dalam perjalanan itu persediaan makanan menipis dan para sahabat menderita kelaparan. Mereka meminta izin kepada Rasulullah ﷺ agar diperbolehkan menyembelih unta-unta. Namun Rasulullah ﷺ memerintahkan agar semuanya mengumpulkan makanan yang tersisa. Setelah terkumpul Rasulullah ﷺ berdoa. Setelah itu Beliau berkata,
"Ambillah dan penuhilah kantong-kantong kalian."
Maka para sahabat memenuhi kantong-kantong mereka sampai penuh. Kemudian mereka makan sampai kenyang, namun makanan itu masih tersisa. Rasulullah ﷺ pun mengucapkan kalimat syahadat dan bersabda,
"Tidaklah seorang hamba pun yang mengucapkan kalimat itu tanpa ragu, maka kelak ketika berhadapan dengan Allah, ia pasti akan masuk surga."
Keberanian Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya menantang kekuatan yang jauh lebih besar, bersumber pada rasa percaya diri. Orang Islam adalah kaum yang sepatutnya percaya
kepada diri sendiri. Sebab kekuatan yang ada pada dirinya digantungkannya kepada kekuatan yang mengatur alam, yaitu Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ.
Pasukan Romawi Mundur
Akhirnya Rasulullah ﷺ tiba di Tabuk. Mereka segera menyiapkan diri untuk bertempur. Di hadapan pasukannya, Rasulullah ﷺ berpidato dengan penuh semangat. Beliau mengingatkan akan kebaikan dunia dan akhirat yang bisa dicapai dengan berjuang sungguh-sungguh. Beliau juga memberi kabar gembira dan kabar kemenangan pasukan yang tadinya begitu letih, kini berubah menjadi pasukan berhati baja yang siap mati membela Islam.
Kebulatan tekad pasukan Rasulullah ﷺ ini terdengar oleh musuh. Keberanian Romawi ciut mendengar kehebatan pasukan Muslim menyeberangi gurun tandus dan cuaca yang sangat panas dan ganas dengan bekal seadanya.
Tidak akan ada satu pun kekuatan yang mampu menahan pasukan setangguh itu. Dihantui rasa takut, pasukan Romawi yang tersohor itu pun bergerak mundur sebelum lawannya terlihat. Mereka berpencar dan kembali ke daerah masing-masing.
Kemenangan tanpa bertempur ini melambungkan nama pasukan Islam. Berduyun-duyun, para pembesar di daerah-daerah perbatasan Romawi mendatangi Rasulullah ﷺ untuk berdamai.
Para penduduk Jarba, Adzruh dan Aila menyatakan tunduk di bawah pemerintahan Muslim.
Penduduk suatu daerah yang tunduk kepada pemerintah muslim namun tetap mempertahankan agama mereka, wajib membawa jizyah berupa sejumlah uang. Dengan demikian pasukan muslim akan datang membela apabila suatu saat musuh menyerang daerah itu.
Penduduk Aila yang beragama Nasrani adalah termasuk di antara mereka yang membayar jizyah. Yuhanah bin Ru'bah pemimpin Aila datang dengan salib emas di dadanya. Ia membawa hadiah dan menandatangani perjanjian damai.
Rasulullah ﷺ pun memberinya mantel tenunan Yaman dan menerima Yuhanah dengan santun.
Namun Ukaidir bin Abdul Malik Al Kindi, orang Nasrani yang memimpin penduduk Dumatul Jandal, malah meminta bantuan pasukan Romawi untuk melawan tentara muslim. Maka, Rasulullah ﷺ memerintahkan Khalid bin Walid beserta 500 pasukan berkuda untuk melawannya.
Dengan diam-diam tapi sangat cepat Khalid bin Walid menyerang pada waktu malam. Ia berhasil menawan Ukaidir yang tengah berburu lembu liar. Maka Dumatul Jandal pun takluk. Mereka menyerahkan 2.000 unta, 800 kambing, 400 wasaq gandum, dan 400 baju besi.
Ukaidir pun masuk Islam di hadapan Rasulullah ﷺ dan menjadi sekutu kaum muslimin.
Keperkasaan pasukan muslim bersumber dari rasa percaya kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ. Siapa saja yang percaya kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ maka dia tidak akan merasa takut mengarungi lautan kehidupan. Dia tidak percaya bahwa akan ada kekuatan di alam ini yang sanggup merintanginya kalau tidak diizinkan oleh Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ. Dia tidak percaya bahwa dia akan ditimpa bahaya, kalau tidak telah tertulis lebih dahulu dalam ilmu Allah. Dia selalu berbaik sangka kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ.
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 146
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Tiba di Madinah
Duapuluh hari lamanya Rasulullah ﷺ tinggal di Tabuk. Setelah itu beliau pulang bersama ribuan pasukan muslim. Mereka berhasil meraih kemenangan tanpa mengalami serangan sedikit pun. Namun bahaya sebenarnya belum berakhir. Khususnya bagi Rasulullah ﷺ sendiri.
Dalam perjalanan pulang ini Rasulullah ﷺ melewati jalan di sebuah bukit. Saat itu beliau ditemani oleh Ammar bin Yasir yang memegang tali kekang unta Rasulullah ﷺ
dan Hudzaifah bin Al-Yaman yang berjalan di depan.
Diam-diam 12 orang munafik yang ikut pasukan muslim datang mengendap-endap. Mereka berniat membunuh Rasulullah ﷺ. Ini adalah kesempatan baik yang telah lama mereka tunggu dari sejak berangkat. Ketika itu pasukan muslim justru sedang berada di lembah jauh di bawah mereka.
Namun Rasulullah ﷺ dan kedua sahabatnya mendengar gerakan 12 orang itu. Mereka bertiga menoleh ke belakang. Orang-orang munafik itu terkejut dan melarikan diri.
Rasulullah ﷺ memerintahkan Hudzaifah untuk mengejar. Pengajaran itu sampai hampir berhasil karena Hudzaifah sudah bisa menjangkau unta-unta mereka dengan pukulan tongkatnya. Namun orang-orang itu berhasil berbaur di tengah pasukan muslim sehingga tidak terlihat lagi.
Walaupun mereka berusaha menutupi wajah, Hudzaifah berhasil mengetahui nama-nama mereka dan memberitahukannya hanya kepada Rasulullah ﷺ saja. Sejak itu Hudzaifah dijuluki sebagai orang yang dapat memegang rahasia Rasulullah ﷺ.
Setelah 55 hari meninggalkan Madinah, pasukan muslim kembali. Dari jauh terlihat samar-samar sebuah gundukan gunung. Rasulullah ﷺ bersabda,
"Itu adalah gunung Uhud, ia mencintai kami dan kami pun mencintainya."
Orang-orang di Madinah mendengar kedatangan pasukan dari kejauhan. Maka para wanita dan anak-anak keluar rumah untuk menyongsong pasukan dengan gembira. Mereka mengucapkan syair seperti yang dulu pernah dikumandangkan ketika Rasulullah ﷺ berhijrah dan tiba di Madinah.
Rasulullah ﷺ berangkat ke Tabuk pada bulan Rajab dan tiba pada bulan Ramadan. Ini merupakan peperangan terakhir bagi beliau.
Apa yang kemudian terjadi pada orang yang meninggalkan perang? Tidakkah mereka malu berhadapan dengan pasukan yang kembali dengan kemenangan ini?
Keempat macam sifat hati itu adalah:
- Hati yang bersih di dalamnya ada pelita yang bersinar itulah hati orang mukmin. - Hati yang tertutup, adalah hati orang kufur
- Hati yang terbalik, adalah hati orang munafik dia mengetahui kemudian mengingkari dia melihat kemudian buta.
- Hati yang didalamnya terkandung iman dan nifaq.
Orang-orang yang Tidak Ikut Berperang
Begitu tiba di Madinah, Rasulullah ﷺ langsung masuk ke masjid dan sholat dua rakaat. Orang-orang munafik menjadi gelisah. Maka berduyun-duyunlah mereka menghadap Rasulullah ﷺ dan mengemukakan berbagai alasan, bahkan sampai bersumpah. Jumlah mereka mencapai 80 orang lebih. Meskipun tahu bahwa semua alasan itu dibuat-buat, Rasulullah ﷺ menerimanya, tetapi beliau serahkan apa yang ada di hati mereka kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ.
Sedangkan Kaab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi dan Hilal bin Umayyah berterus terang bahwa mereka lalai. Sebenarnya mereka dalam keadaan kuat dan mampu, namun mereka memutuskan untuk tidak berangkat. Rasulullah ﷺ bersabda,
"Apa yang kalian katakan memang tidak bohong. Pergilah sampai Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ menentukan sendiri persoalanmu."
Kemudian Rasulullah ﷺ melarang kaum muslimin bercakap-cakap dengan ketiganya. Kaab menuturkan semua orang menjauhkan diri dari kami dan mereka berubah sikap terhadap kami sehingga aku merasa seolah-olah bumi yang kupijak ini bukanlah bumi yang kukenal!"
Sementara Murarah bin Ar Robi dan Hilal bin Umayyah menghabiskan hari-hari mereka dengan berdiam diri di dalam rumah dan terus menangis penuh rasa sesal, Kaab yang masih muda dan berwatak keras tetap keluar rumah.
Puluhan hari sudah ketiganya terasing entah sampai kapan, bahkan istri-istri mereka pun diperintahkan menjauh. Ketika itu datanglah sepucuk surat dari Raja Ghassan kepada Kaab bin Malik,
"Kudengar Muhammad telah mengucilkan dirimu. Tuhan tidak akan membuat dirimu hina dan nista. Datanglah kepadaku engkau pasti kuterima dengan baik."
Kaab berkata pada dirinya sendiri, "Ini juga termasuk cobaan!"
Setelah itu, dilemparkannya surat itu ke dalam api. Berbeda dengan kedua temannya, Kaab masih terus datang ke masjid untuk sholat berjamaah. Dia bahkan memberi salam kepada Rasulullah ﷺ. Namun Kaab tidak bisa mendengar apakah Rasulullah ﷺ membalas salamnya atau tidak. Kaab menuturkan,
"Kemudian aku sholat di dekat Rasulullah ﷺ sambil melirik kearah beliau. Ternyata pada saat aku masih sholat beliau memandangku, namun setelah selesai sholat dan aku menoleh kepadanya beliau yang memalingkan muka"
Baru setelah 50 hari kemudian turunlah firman Allah yang memberi ketiganya ampunan. Bagi Kaab bin Malik, Murarah Bin Ar-Rabi' dan Hilal bin Umayyah hari itu adalah hari paling membahagiakan sejak mereka dilahirkan kedunia!
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Sesungguhnya Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ mengulurkan tangannya pada waktu malam supaya orang-orang yang berbuat salah pada waktu siang bertobat, dan dia mengulurkan tangannya waktu siang agar orang-orang yang berdoa pada waktu malam bertobat sampai terbit matahari dari tenggelamnya.
(hadits riwayat muslim dari Anas)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Duapuluh hari lamanya Rasulullah ﷺ tinggal di Tabuk. Setelah itu beliau pulang bersama ribuan pasukan muslim. Mereka berhasil meraih kemenangan tanpa mengalami serangan sedikit pun. Namun bahaya sebenarnya belum berakhir. Khususnya bagi Rasulullah ﷺ sendiri.
Dalam perjalanan pulang ini Rasulullah ﷺ melewati jalan di sebuah bukit. Saat itu beliau ditemani oleh Ammar bin Yasir yang memegang tali kekang unta Rasulullah ﷺ
dan Hudzaifah bin Al-Yaman yang berjalan di depan.
Diam-diam 12 orang munafik yang ikut pasukan muslim datang mengendap-endap. Mereka berniat membunuh Rasulullah ﷺ. Ini adalah kesempatan baik yang telah lama mereka tunggu dari sejak berangkat. Ketika itu pasukan muslim justru sedang berada di lembah jauh di bawah mereka.
Namun Rasulullah ﷺ dan kedua sahabatnya mendengar gerakan 12 orang itu. Mereka bertiga menoleh ke belakang. Orang-orang munafik itu terkejut dan melarikan diri.
Rasulullah ﷺ memerintahkan Hudzaifah untuk mengejar. Pengajaran itu sampai hampir berhasil karena Hudzaifah sudah bisa menjangkau unta-unta mereka dengan pukulan tongkatnya. Namun orang-orang itu berhasil berbaur di tengah pasukan muslim sehingga tidak terlihat lagi.
Walaupun mereka berusaha menutupi wajah, Hudzaifah berhasil mengetahui nama-nama mereka dan memberitahukannya hanya kepada Rasulullah ﷺ saja. Sejak itu Hudzaifah dijuluki sebagai orang yang dapat memegang rahasia Rasulullah ﷺ.
Setelah 55 hari meninggalkan Madinah, pasukan muslim kembali. Dari jauh terlihat samar-samar sebuah gundukan gunung. Rasulullah ﷺ bersabda,
"Itu adalah gunung Uhud, ia mencintai kami dan kami pun mencintainya."
Orang-orang di Madinah mendengar kedatangan pasukan dari kejauhan. Maka para wanita dan anak-anak keluar rumah untuk menyongsong pasukan dengan gembira. Mereka mengucapkan syair seperti yang dulu pernah dikumandangkan ketika Rasulullah ﷺ berhijrah dan tiba di Madinah.
Rasulullah ﷺ berangkat ke Tabuk pada bulan Rajab dan tiba pada bulan Ramadan. Ini merupakan peperangan terakhir bagi beliau.
Apa yang kemudian terjadi pada orang yang meninggalkan perang? Tidakkah mereka malu berhadapan dengan pasukan yang kembali dengan kemenangan ini?
Keempat macam sifat hati itu adalah:
- Hati yang bersih di dalamnya ada pelita yang bersinar itulah hati orang mukmin. - Hati yang tertutup, adalah hati orang kufur
- Hati yang terbalik, adalah hati orang munafik dia mengetahui kemudian mengingkari dia melihat kemudian buta.
- Hati yang didalamnya terkandung iman dan nifaq.
Orang-orang yang Tidak Ikut Berperang
Begitu tiba di Madinah, Rasulullah ﷺ langsung masuk ke masjid dan sholat dua rakaat. Orang-orang munafik menjadi gelisah. Maka berduyun-duyunlah mereka menghadap Rasulullah ﷺ dan mengemukakan berbagai alasan, bahkan sampai bersumpah. Jumlah mereka mencapai 80 orang lebih. Meskipun tahu bahwa semua alasan itu dibuat-buat, Rasulullah ﷺ menerimanya, tetapi beliau serahkan apa yang ada di hati mereka kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ.
Sedangkan Kaab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi dan Hilal bin Umayyah berterus terang bahwa mereka lalai. Sebenarnya mereka dalam keadaan kuat dan mampu, namun mereka memutuskan untuk tidak berangkat. Rasulullah ﷺ bersabda,
"Apa yang kalian katakan memang tidak bohong. Pergilah sampai Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ menentukan sendiri persoalanmu."
Kemudian Rasulullah ﷺ melarang kaum muslimin bercakap-cakap dengan ketiganya. Kaab menuturkan semua orang menjauhkan diri dari kami dan mereka berubah sikap terhadap kami sehingga aku merasa seolah-olah bumi yang kupijak ini bukanlah bumi yang kukenal!"
Sementara Murarah bin Ar Robi dan Hilal bin Umayyah menghabiskan hari-hari mereka dengan berdiam diri di dalam rumah dan terus menangis penuh rasa sesal, Kaab yang masih muda dan berwatak keras tetap keluar rumah.
Puluhan hari sudah ketiganya terasing entah sampai kapan, bahkan istri-istri mereka pun diperintahkan menjauh. Ketika itu datanglah sepucuk surat dari Raja Ghassan kepada Kaab bin Malik,
"Kudengar Muhammad telah mengucilkan dirimu. Tuhan tidak akan membuat dirimu hina dan nista. Datanglah kepadaku engkau pasti kuterima dengan baik."
Kaab berkata pada dirinya sendiri, "Ini juga termasuk cobaan!"
Setelah itu, dilemparkannya surat itu ke dalam api. Berbeda dengan kedua temannya, Kaab masih terus datang ke masjid untuk sholat berjamaah. Dia bahkan memberi salam kepada Rasulullah ﷺ. Namun Kaab tidak bisa mendengar apakah Rasulullah ﷺ membalas salamnya atau tidak. Kaab menuturkan,
"Kemudian aku sholat di dekat Rasulullah ﷺ sambil melirik kearah beliau. Ternyata pada saat aku masih sholat beliau memandangku, namun setelah selesai sholat dan aku menoleh kepadanya beliau yang memalingkan muka"
Baru setelah 50 hari kemudian turunlah firman Allah yang memberi ketiganya ampunan. Bagi Kaab bin Malik, Murarah Bin Ar-Rabi' dan Hilal bin Umayyah hari itu adalah hari paling membahagiakan sejak mereka dilahirkan kedunia!
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Sesungguhnya Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ mengulurkan tangannya pada waktu malam supaya orang-orang yang berbuat salah pada waktu siang bertobat, dan dia mengulurkan tangannya waktu siang agar orang-orang yang berdoa pada waktu malam bertobat sampai terbit matahari dari tenggelamnya.
(hadits riwayat muslim dari Anas)
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 147
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Masjid Dhirar
Sejak sebelum kaum muslimin hijrah, di Madinah ada seorang pendeta Nasrani bernama Abu Amir. Ia adalah orang terpandang di suku Kha'raj. Setelah Islam menyebar luas Abu Amir pun menunjukkan kebencian kepada Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya. Bahkan diam-diam Abu Amir telah menghasut Quraisy agar memerangi Rasulullah ﷺ. Namun ketika akhirnya Mekah ditaklukan, Abu Amir berpaling ke Romawi.
Kaisar Heraklius mengizinkan Abu Amir tinggal di wilayah Romawi agar bisa bersama-sama menyusun rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ.
Dari tempat yang baru itulah Abu Amir menulis surat kepada orang-orang munafik Madinah. Ia menceritakan bahwa Heraklius siap membantu. Namun lebih dahulu harus dibangun sebuah markas agar orang-orang dapat berkumpul untuk melaksanakan rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ.
Maka dengan cerdik orang-orang munafik Madinah membangun sebuah markas. Markas tersebut bukan berbentuk rumah atau benteng melainkan sebuah masjid. Padahal di dekat situ sudah ada masjid Quba yang didirikan Rasulullah ﷺ. Jika orang-orang menanyakan hal ini, kaum munafik itu beralasan supaya pada malam-malam yang sangat dingin orang di sekitar sini bisa mendapat tempat shalat yang lebih dekat.
Masjid ini telah selesai dibangun sebelum Rasulullah ﷺ berangkat ke Tabuk. Orang-orang munafik mendatangi Rasulullah ﷺ meminta agar beliau sudi kiranya shalat di sana. Tujuan utama mereka adalah, jika Rasulullah ﷺ mau sholat di sana maka masjid itu tidak akan lagi dicurigai.
Namun ketika itu Rasulullah ﷺ bersabda,
"Kami sekarang mau berangkat, insya Allah nanti setelah pulang."
Sebelum Rasulullah ﷺ tiba di Madinah dari Tabuk, Jibril turun membawa berita tentang masjid Dhirar yang dibangun untuk memecah belah dan membuat orang kembali kafir.
Maka begitu tiba di Madinah beliau memerintahkan kepada beberapa sahabat untuk menghancurkan Masjid itu sampai rata dengan tanah.
Setelah gembira karena meraih kemenangan dari Romawi dan orang munafik, kembali kesedihan menimpa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ibrahim Wafat
Khadijah melahirkan dua anak laki-laki untuk Rasulullah ﷺ yaitu Qosim dan Thahir, namun keduanya meninggal ketika masih bayi di pangkuan ibunya.
Setelah Khadijah wafat berturut-turut ketiga putri Rasulullah ﷺ meninggal hingga yang tersisa hanyalah Fatimah Az-Zahra. Karena itu kita dapat memahami betapa besarnya rasa
sayang Rasulullah ﷺ kepada Ibrahim anaknya yang lahir dari Mariyah. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ibrahim si bayi mungil jatuh sakit yang sangat menghawatirkan.
Tatkala ajal Ibrahim sudah dekat Rasulullah ﷺ diberitahu. Karena begitu sedih Rasulullah ﷺ berjalan sambil memegang dan bertumpu pada tangan Abdurrahman bin Auf.
Rasulullah ﷺ mengambil bayi itu dari pangkuan ibunya ke pangkuannya sendiri. Hati beliau seolah remuk redam, tangan beliau menggigil saat memeluk Ibrahim. Dengan rasa pilu yang begitu mencekam sanubari Rasulullah ﷺ bersabda,
"Ibrahim kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah."
Air mata Rasulullah ﷺ mengalir melihat bayinya sedang menarik nafas terakhir. Mariyah dan adiknya Shirin menangis menjerit-jerit. Namun Rasulullah ﷺ membiarkan mereka begitu. Setelah itu tubuh Ibrahim tidak bergerak lagi, nyawanya telah kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Oh Ibrahim kalau bukan karena soal kenyataan dan janji yang tidak dapat dibantah lagi bahwa kami akan segera menyusul orang yang mendahului kami, tentu kesedihan kami akan lebih dalam daripada ini."
Beliau diam sejenak kemudian bersabda lagi,
"Air mata boleh bercucuran, hati dapat merasa duka tapi kami hanya dapat berkata apa yang telah menjadi kehendak Allah dan bahwa kami, sungguh sedih terhadapmu wahai Ibrahim."
Beliau memandang Mariyah dan Shirin dengan penuh kasih. Beliau meminta keduanya lebih tenang dan berkata,
"Ia akan mendapatkan inang pengasuh dari surga. "
Pada saat itu terjadilah gerhana matahari, para sahabat berkata bahwa gerhana itu terjadi karena kematian Ibrahim, namun Rasulullah ﷺ bersabda,
"Matahari dan bulan adalah tanda kebesaran Allah yang tidak akan terjadi karena kematian atau kehidupan seseorang, kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dan berdzikirlah kepada Allah dengan melakukan shalat."
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Sejak sebelum kaum muslimin hijrah, di Madinah ada seorang pendeta Nasrani bernama Abu Amir. Ia adalah orang terpandang di suku Kha'raj. Setelah Islam menyebar luas Abu Amir pun menunjukkan kebencian kepada Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya. Bahkan diam-diam Abu Amir telah menghasut Quraisy agar memerangi Rasulullah ﷺ. Namun ketika akhirnya Mekah ditaklukan, Abu Amir berpaling ke Romawi.
Kaisar Heraklius mengizinkan Abu Amir tinggal di wilayah Romawi agar bisa bersama-sama menyusun rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ.
Dari tempat yang baru itulah Abu Amir menulis surat kepada orang-orang munafik Madinah. Ia menceritakan bahwa Heraklius siap membantu. Namun lebih dahulu harus dibangun sebuah markas agar orang-orang dapat berkumpul untuk melaksanakan rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ.
Maka dengan cerdik orang-orang munafik Madinah membangun sebuah markas. Markas tersebut bukan berbentuk rumah atau benteng melainkan sebuah masjid. Padahal di dekat situ sudah ada masjid Quba yang didirikan Rasulullah ﷺ. Jika orang-orang menanyakan hal ini, kaum munafik itu beralasan supaya pada malam-malam yang sangat dingin orang di sekitar sini bisa mendapat tempat shalat yang lebih dekat.
Masjid ini telah selesai dibangun sebelum Rasulullah ﷺ berangkat ke Tabuk. Orang-orang munafik mendatangi Rasulullah ﷺ meminta agar beliau sudi kiranya shalat di sana. Tujuan utama mereka adalah, jika Rasulullah ﷺ mau sholat di sana maka masjid itu tidak akan lagi dicurigai.
Namun ketika itu Rasulullah ﷺ bersabda,
"Kami sekarang mau berangkat, insya Allah nanti setelah pulang."
Sebelum Rasulullah ﷺ tiba di Madinah dari Tabuk, Jibril turun membawa berita tentang masjid Dhirar yang dibangun untuk memecah belah dan membuat orang kembali kafir.
Maka begitu tiba di Madinah beliau memerintahkan kepada beberapa sahabat untuk menghancurkan Masjid itu sampai rata dengan tanah.
Setelah gembira karena meraih kemenangan dari Romawi dan orang munafik, kembali kesedihan menimpa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ibrahim Wafat
Khadijah melahirkan dua anak laki-laki untuk Rasulullah ﷺ yaitu Qosim dan Thahir, namun keduanya meninggal ketika masih bayi di pangkuan ibunya.
Setelah Khadijah wafat berturut-turut ketiga putri Rasulullah ﷺ meninggal hingga yang tersisa hanyalah Fatimah Az-Zahra. Karena itu kita dapat memahami betapa besarnya rasa
sayang Rasulullah ﷺ kepada Ibrahim anaknya yang lahir dari Mariyah. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ibrahim si bayi mungil jatuh sakit yang sangat menghawatirkan.
Tatkala ajal Ibrahim sudah dekat Rasulullah ﷺ diberitahu. Karena begitu sedih Rasulullah ﷺ berjalan sambil memegang dan bertumpu pada tangan Abdurrahman bin Auf.
Rasulullah ﷺ mengambil bayi itu dari pangkuan ibunya ke pangkuannya sendiri. Hati beliau seolah remuk redam, tangan beliau menggigil saat memeluk Ibrahim. Dengan rasa pilu yang begitu mencekam sanubari Rasulullah ﷺ bersabda,
"Ibrahim kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah."
Air mata Rasulullah ﷺ mengalir melihat bayinya sedang menarik nafas terakhir. Mariyah dan adiknya Shirin menangis menjerit-jerit. Namun Rasulullah ﷺ membiarkan mereka begitu. Setelah itu tubuh Ibrahim tidak bergerak lagi, nyawanya telah kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Oh Ibrahim kalau bukan karena soal kenyataan dan janji yang tidak dapat dibantah lagi bahwa kami akan segera menyusul orang yang mendahului kami, tentu kesedihan kami akan lebih dalam daripada ini."
Beliau diam sejenak kemudian bersabda lagi,
"Air mata boleh bercucuran, hati dapat merasa duka tapi kami hanya dapat berkata apa yang telah menjadi kehendak Allah dan bahwa kami, sungguh sedih terhadapmu wahai Ibrahim."
Beliau memandang Mariyah dan Shirin dengan penuh kasih. Beliau meminta keduanya lebih tenang dan berkata,
"Ia akan mendapatkan inang pengasuh dari surga. "
Pada saat itu terjadilah gerhana matahari, para sahabat berkata bahwa gerhana itu terjadi karena kematian Ibrahim, namun Rasulullah ﷺ bersabda,
"Matahari dan bulan adalah tanda kebesaran Allah yang tidak akan terjadi karena kematian atau kehidupan seseorang, kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dan berdzikirlah kepada Allah dengan melakukan shalat."
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 148
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Rasulullah ﷺ Sholat di dalam Ka’bah
Rasulullah masuk ke dalam Ka’bah bersama Usamah dan Bilal. Setelah Rasulullah ﷺ menutup pintu Ka’bah, Rasulullah berdiri membelakangi pintu Ka’bah, Rasulullah melangkah ke depan tiga hasta kemudian Rasulullah berhenti, sehingga dua tiang berada sebelah kirinya dan satu tiang berada di sebelah kanan Rasulullah. Di belakang Rasulullah ada tiga tiang, karena al-Haram pada waktu itu didirikan atas enam batang tiang. Kemudian Rasulullah sholat di situ.
Setelah selesai sholat Rasulullah berjalan-jalan di dalam Ka’bah, bertakbir di setiap sudutnya, lalu menyebut kalimah Tauhid, kemudian Rasulullah membuka pintu, ketika itu masyarakat Quraisy sudah memenuhi ruang masjid bersaf-saf, menunggu apa yang akan disampaikan oleh Rasulullah kepada mereka.
Rasulullah memegang pintu Ka’bah, sedang masyarakat Quraisy menunggu di bawah, Rasulullah bersabda:
"Tiada Tuhan melainkan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, benar janji-Nya, membantu hamba-Nya, mengalahkan golongan Ahzab, ingatlah setiap warisan lama, setiap warisan Jahiliah serta harta benda atau darah, semuanya di bawah kakiku ini, kecuali penjaga Baitullah dan pemberi minum para Jemaah Haji.
Ingatlah, pembunuhan secara sengaja dengan menggunakan cemeti dan rotan dendanya terlalu berat, yaitu seratus ekor unta, empat puluh darinya dalam keadaan sedang mengandung.
Wahai masyarakat Quraisy, sesungguhnya Allah telah melenyapkan kesombongan jahiliah, sikap bermegahan dengan membanggakan keturunan, sebenarnya manusia itu adalah keturunan Adam sedang Adam diciptakan dari tanah.
Kemudian Rasulullah membaca ayat Alquran:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
{Al-Hujurat 49:13}
Kemudian Rasulullah menyambung sabdanya:
"Wahai kaum Quraisy, apa yang kamu fikirkan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kamu semua?"
Jawab mereka:
"Tentulah baik, karena saudara orang yang mulia, anak dari saudara kami yang mulia".
Maka jawab Rasulullah:
"Sesungguhnya aku berkata kepada kalian seperti Yusuf telah berkata kepada saudara-saudaranya:
Tidak ada cela atas kamu di hari ini, Ayo berjalanlah, kamu semua bebas."
Kunci Ka'bah dikembalikan kepada penjaganya
Setelah semuanya itu, Rasulullah ﻢﻠﺳو ﻪ ﻠﻋ ﷲﺻ duduk kembali di dalam Masjid, Ali bin Abi Talib (r.a) berdiri dan menemui Rasulullah sambil memegang kunci pintu Ka’bah, dan berkata:
"Wahai Rasulullah, berilah tugas menjaga Ka’bah dan tugas memberi minum kepada kami, semoga Allah memberi sholawat kepada engkau".
(dalam riwayat yang lain yang mengajukan permohonan Abbas).
Rasulullah bersabda:
"Untuk Utsman bin Talhah" Karena itu dijemput dan dibawalah Utsman bin Talhal ke depan Rasulullah dan Rasulullah berkata:
"Ini kunci untuk engkau, hari ini adalah hari kebaikan dan menunaikan janji".
Menurut riwayat Ibn Sa'ad dalam kitabnya al-Tabaqat, Rasulullah telah berkata kepada Utsman Ketika penyerahan kunci itu dengan sabdanya:
"Ambillah kunci ini untuk selama-lamanya, ia tidak akan dirampas kecuali oleh orang yang zalim, sesungguhnya Allah telah meletakkan amanatnya kepada kamu, dan makanlah segala sesuatu rezeki yang sampai kepadamu dari rumah Allah ini dengan ma'ruf".
Bilal berazan di atas Ka'bah
Ketika masuk waktu sholat Rasulullah pun menyuruh Bilal (r.a) memanjat ke atas Ka’bah untuk menyuarakan azan dari atas Ka’bah.
Sholat pembukaan Ka'bah atau sholat syukur.
Pada hari itu Rasulullah masuk ke dalam rumah Ummu Hani binti Abi Talib, untuk bersuci kemudian sholat delapan rakaat di dalam rumahnya,
ketika itu adalah waktu dhuha, ada orang menyangka Rasululluh sholat dhuha, yang sebenarnya Rasulullah sholat kemenangan atas pembukaan kota Mekah.
Pada waktu itu Ummu Hani pun memberi perlindungan kepada dua orang mertuanya, maka kata Rasulullah:
"Kami melindungi orang yang dilindungi oleh Ummu Hani". Sebelumnya saudaranya Ali bin Abi Talib menuntut untuk membunuh mereka berdua, namun Ummu Hani telah menutup pintu rumahnya, karena itulah maka Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah dan Rasulullah pun memberi penegasan kepada Ummu Hani.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Rasulullah masuk ke dalam Ka’bah bersama Usamah dan Bilal. Setelah Rasulullah ﷺ menutup pintu Ka’bah, Rasulullah berdiri membelakangi pintu Ka’bah, Rasulullah melangkah ke depan tiga hasta kemudian Rasulullah berhenti, sehingga dua tiang berada sebelah kirinya dan satu tiang berada di sebelah kanan Rasulullah. Di belakang Rasulullah ada tiga tiang, karena al-Haram pada waktu itu didirikan atas enam batang tiang. Kemudian Rasulullah sholat di situ.
Setelah selesai sholat Rasulullah berjalan-jalan di dalam Ka’bah, bertakbir di setiap sudutnya, lalu menyebut kalimah Tauhid, kemudian Rasulullah membuka pintu, ketika itu masyarakat Quraisy sudah memenuhi ruang masjid bersaf-saf, menunggu apa yang akan disampaikan oleh Rasulullah kepada mereka.
Rasulullah memegang pintu Ka’bah, sedang masyarakat Quraisy menunggu di bawah, Rasulullah bersabda:
"Tiada Tuhan melainkan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, benar janji-Nya, membantu hamba-Nya, mengalahkan golongan Ahzab, ingatlah setiap warisan lama, setiap warisan Jahiliah serta harta benda atau darah, semuanya di bawah kakiku ini, kecuali penjaga Baitullah dan pemberi minum para Jemaah Haji.
Ingatlah, pembunuhan secara sengaja dengan menggunakan cemeti dan rotan dendanya terlalu berat, yaitu seratus ekor unta, empat puluh darinya dalam keadaan sedang mengandung.
Wahai masyarakat Quraisy, sesungguhnya Allah telah melenyapkan kesombongan jahiliah, sikap bermegahan dengan membanggakan keturunan, sebenarnya manusia itu adalah keturunan Adam sedang Adam diciptakan dari tanah.
Kemudian Rasulullah membaca ayat Alquran:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
{Al-Hujurat 49:13}
Kemudian Rasulullah menyambung sabdanya:
"Wahai kaum Quraisy, apa yang kamu fikirkan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kamu semua?"
Jawab mereka:
"Tentulah baik, karena saudara orang yang mulia, anak dari saudara kami yang mulia".
Maka jawab Rasulullah:
"Sesungguhnya aku berkata kepada kalian seperti Yusuf telah berkata kepada saudara-saudaranya:
Tidak ada cela atas kamu di hari ini, Ayo berjalanlah, kamu semua bebas."
Kunci Ka'bah dikembalikan kepada penjaganya
Setelah semuanya itu, Rasulullah ﻢﻠﺳو ﻪ ﻠﻋ ﷲﺻ duduk kembali di dalam Masjid, Ali bin Abi Talib (r.a) berdiri dan menemui Rasulullah sambil memegang kunci pintu Ka’bah, dan berkata:
"Wahai Rasulullah, berilah tugas menjaga Ka’bah dan tugas memberi minum kepada kami, semoga Allah memberi sholawat kepada engkau".
(dalam riwayat yang lain yang mengajukan permohonan Abbas).
Rasulullah bersabda:
"Untuk Utsman bin Talhah" Karena itu dijemput dan dibawalah Utsman bin Talhal ke depan Rasulullah dan Rasulullah berkata:
"Ini kunci untuk engkau, hari ini adalah hari kebaikan dan menunaikan janji".
Menurut riwayat Ibn Sa'ad dalam kitabnya al-Tabaqat, Rasulullah telah berkata kepada Utsman Ketika penyerahan kunci itu dengan sabdanya:
"Ambillah kunci ini untuk selama-lamanya, ia tidak akan dirampas kecuali oleh orang yang zalim, sesungguhnya Allah telah meletakkan amanatnya kepada kamu, dan makanlah segala sesuatu rezeki yang sampai kepadamu dari rumah Allah ini dengan ma'ruf".
Bilal berazan di atas Ka'bah
Ketika masuk waktu sholat Rasulullah pun menyuruh Bilal (r.a) memanjat ke atas Ka’bah untuk menyuarakan azan dari atas Ka’bah.
Sholat pembukaan Ka'bah atau sholat syukur.
Pada hari itu Rasulullah masuk ke dalam rumah Ummu Hani binti Abi Talib, untuk bersuci kemudian sholat delapan rakaat di dalam rumahnya,
ketika itu adalah waktu dhuha, ada orang menyangka Rasululluh sholat dhuha, yang sebenarnya Rasulullah sholat kemenangan atas pembukaan kota Mekah.
Pada waktu itu Ummu Hani pun memberi perlindungan kepada dua orang mertuanya, maka kata Rasulullah:
"Kami melindungi orang yang dilindungi oleh Ummu Hani". Sebelumnya saudaranya Ali bin Abi Talib menuntut untuk membunuh mereka berdua, namun Ummu Hani telah menutup pintu rumahnya, karena itulah maka Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah dan Rasulullah pun memberi penegasan kepada Ummu Hani.
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 149
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Hari pertama pembukaan Mekah
Penghalalan darah beberapa penjahat
Rasulullah menghalalkan darah sembilan orang pelaku kejahatan Mekah, Rasulullah memerintahkan agar supaya kesembilan penjahat Mekah dibunuh, walaupun mereka terikat pada tirai Ka’bah, mereka ialah:
~ Abd al-Uzza bin Khatal, ~ Abdullah Ibni Abi Surah, ~ Ikrimah bin Abi Jahal,
~ Al-Harith bin Nufail bin Wahab, ~ Muqis bin Sababah,
~ Habbar bin Aswad,
~ dua penyanyi wanita milik Ibn Khatal, keduanya ini sering mencaci Rasulullah melalui nyanyian mereka, dan
~ Sarah hamba perempuan milik seorang Bani Abdul Muttalib, dia yang membawa risalah dari Hatib bin Abi Baltaah.
Ada pun Ibni Abi Surah, telah dibawa oleh Utsman ke hadapan Rasulullah, dia menjadi orang yang dekat dengan Rasulullah, karenanya ia terhindar dari ancaman pembunuhan, malah Rasul telah menerima pengakuan Islamnya,
sebelumnya Rasulullah menangguhkan untuk menerimanya, dengan harapan akan ada orang di kalangan sahabat yang bertindak membunuhnya, karena dia sebelumnya sudah memeluk Islam dan ikut berhijrah kemudian dia murtad dan lari pulang ke Mekah.
Ikrimah bin Abi Jahal telah melarikan diri ke negeri Yaman, namun isterinya telah berusaha mendapatkan perlindungan, maka Rasulullah pun memberi jaminannya, dengan itu dia telah berusaha untuk mendapat kembali suaminya yang lari, setelah bertemu, dia turut pulang ke Mekah dan memeluk Islam.
Ketika Ibni Khatal ditemui, sedang terikat di tirai Ka’bah, setelah dilaporkan kepada Rasulullah, maka Rasulullah berkata: "Bunuh saja". Maka Ibni Khatal pun dibunuh.
Ada pun Muqais bin Sababah telah dibunuh oleh Namilah bin Abdullah, Muqais sebelumnya telah memeluk Islam, tiba-tiba terjadi peristiwa, Muqais menyerang seorang lelaki Anshor menyebabkan terbunuhnya lelaki Anshor, kemudian dia murtad dan lari menyertai kaum musyrikin ke Mekah.
Al-Harith merupakan orang yang paling menyakiti Rasulullah ketika di Mekah. Dia telah dibunuh oleh Ali bin Abi Talib.
Habbar bin al-Aswad adalah orang yang menganggu Zainab binti Rasulullah ketika akan berhijrah, dan menyebabkan Zainab terjatuh sehingga terjadi keguguran, namun dia telah lari dari Mekah, kemudian memeluk Islam dan menjadi orang baik.
Seorang dari dua penyanyi telah dibunuh, sedang yang kedua telah diberi jaminan keselamatan, karena dia memeluk Islam, sebagaimana terjadi kepada Sarah yang juga ikut memeluk Islam.
Kata ibnu Hajar:
Abu Ma'syar telah menyebut tentang mereka yang telah dideklarasikan darahnya halal, mereka ialah al-Harith bin Talatil al-Khuzai'e, dia telah dibunuh oleh Ali.
Al-Hakim menyebut bahwa di antara mereka yang dihalalkan darahnya ialah Kaab Zuhair, cerita tentang dia, akhirnya dia memeluk Islam dan bersyair memuji Rasulullah.
Ada pun perihal Wahsyi bin Harb dan Hind binti Utbah berakhir dengan memeluk Islam, sedang Arnab hamba perempuan Ibnu Khatal telah terbunuh, juga Ummu Saad sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Ishak, dengan itu maka genaplah jumlah mereka yang dibunuh, ketika Pembukaan Mekah.
Safwan bin Umaiyah dan Fudhalah bin Umar memeluk Islam
Safwan bin Umaiyah tidak termasuk di antara tokoh yang dihalalkan darahnya, namun sifatnya sebagai pemimpin besar di dalam masyarakat, membawa dia mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri, karena itu dia melarikan diri, dan dimintakan jaminan keamanan dari Rasulullah oleh Umair bin Wahab al-Jumahi. Rasulullah pun menerima. Sebagai tanda atas permintaan Umair itu, Rasulullah memberikan surbannya yang dipakai. Ketika memasuki kota Mekah. Amir pun segera mendapatkan Safwan yang akan menaiki kapal layar menuju ke negeri Yaman. Amir cepat-cepat menangkap Safwan, dan memberi tahu kepadanya bahwa dia telah meminta kepada Rasulullah untuk memberi waktu kepada Safwan selama dua bulan, sebelum diputuskan, akan tetapi Rasulullah telah menjawab dengan sabdanya:
"Aku beri empat bulan".
Maka dengan itu Safwan pun memeluk Islam. Sebenarnya isterinya sudah memeluk Islam terlebih dahulu dari dia, dan Rasulullah telah mengakui dengan akad pertama mereka dahulu.
Fudhalah adalah seorang pejuang yang berani, dia telah datang menghampiri Rasulullah ketika sedang berthawaf dengan tujuan untuk membunuh Rasulullah.
Akan tetapi ketika Rasulullah berseiringan dengan Fudhalah, memberi tahu dia tentang rencana jahatnya yang terpendam di dalam hatinya, sehingga dia memeluk Islam.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Hari pertama pembukaan Mekah
Penghalalan darah beberapa penjahat
Rasulullah menghalalkan darah sembilan orang pelaku kejahatan Mekah, Rasulullah memerintahkan agar supaya kesembilan penjahat Mekah dibunuh, walaupun mereka terikat pada tirai Ka’bah, mereka ialah:
~ Abd al-Uzza bin Khatal, ~ Abdullah Ibni Abi Surah, ~ Ikrimah bin Abi Jahal,
~ Al-Harith bin Nufail bin Wahab, ~ Muqis bin Sababah,
~ Habbar bin Aswad,
~ dua penyanyi wanita milik Ibn Khatal, keduanya ini sering mencaci Rasulullah melalui nyanyian mereka, dan
~ Sarah hamba perempuan milik seorang Bani Abdul Muttalib, dia yang membawa risalah dari Hatib bin Abi Baltaah.
Ada pun Ibni Abi Surah, telah dibawa oleh Utsman ke hadapan Rasulullah, dia menjadi orang yang dekat dengan Rasulullah, karenanya ia terhindar dari ancaman pembunuhan, malah Rasul telah menerima pengakuan Islamnya,
sebelumnya Rasulullah menangguhkan untuk menerimanya, dengan harapan akan ada orang di kalangan sahabat yang bertindak membunuhnya, karena dia sebelumnya sudah memeluk Islam dan ikut berhijrah kemudian dia murtad dan lari pulang ke Mekah.
Ikrimah bin Abi Jahal telah melarikan diri ke negeri Yaman, namun isterinya telah berusaha mendapatkan perlindungan, maka Rasulullah pun memberi jaminannya, dengan itu dia telah berusaha untuk mendapat kembali suaminya yang lari, setelah bertemu, dia turut pulang ke Mekah dan memeluk Islam.
Ketika Ibni Khatal ditemui, sedang terikat di tirai Ka’bah, setelah dilaporkan kepada Rasulullah, maka Rasulullah berkata: "Bunuh saja". Maka Ibni Khatal pun dibunuh.
Ada pun Muqais bin Sababah telah dibunuh oleh Namilah bin Abdullah, Muqais sebelumnya telah memeluk Islam, tiba-tiba terjadi peristiwa, Muqais menyerang seorang lelaki Anshor menyebabkan terbunuhnya lelaki Anshor, kemudian dia murtad dan lari menyertai kaum musyrikin ke Mekah.
Al-Harith merupakan orang yang paling menyakiti Rasulullah ketika di Mekah. Dia telah dibunuh oleh Ali bin Abi Talib.
Habbar bin al-Aswad adalah orang yang menganggu Zainab binti Rasulullah ketika akan berhijrah, dan menyebabkan Zainab terjatuh sehingga terjadi keguguran, namun dia telah lari dari Mekah, kemudian memeluk Islam dan menjadi orang baik.
Seorang dari dua penyanyi telah dibunuh, sedang yang kedua telah diberi jaminan keselamatan, karena dia memeluk Islam, sebagaimana terjadi kepada Sarah yang juga ikut memeluk Islam.
Kata ibnu Hajar:
Abu Ma'syar telah menyebut tentang mereka yang telah dideklarasikan darahnya halal, mereka ialah al-Harith bin Talatil al-Khuzai'e, dia telah dibunuh oleh Ali.
Al-Hakim menyebut bahwa di antara mereka yang dihalalkan darahnya ialah Kaab Zuhair, cerita tentang dia, akhirnya dia memeluk Islam dan bersyair memuji Rasulullah.
Ada pun perihal Wahsyi bin Harb dan Hind binti Utbah berakhir dengan memeluk Islam, sedang Arnab hamba perempuan Ibnu Khatal telah terbunuh, juga Ummu Saad sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Ishak, dengan itu maka genaplah jumlah mereka yang dibunuh, ketika Pembukaan Mekah.
Safwan bin Umaiyah dan Fudhalah bin Umar memeluk Islam
Safwan bin Umaiyah tidak termasuk di antara tokoh yang dihalalkan darahnya, namun sifatnya sebagai pemimpin besar di dalam masyarakat, membawa dia mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri, karena itu dia melarikan diri, dan dimintakan jaminan keamanan dari Rasulullah oleh Umair bin Wahab al-Jumahi. Rasulullah pun menerima. Sebagai tanda atas permintaan Umair itu, Rasulullah memberikan surbannya yang dipakai. Ketika memasuki kota Mekah. Amir pun segera mendapatkan Safwan yang akan menaiki kapal layar menuju ke negeri Yaman. Amir cepat-cepat menangkap Safwan, dan memberi tahu kepadanya bahwa dia telah meminta kepada Rasulullah untuk memberi waktu kepada Safwan selama dua bulan, sebelum diputuskan, akan tetapi Rasulullah telah menjawab dengan sabdanya:
"Aku beri empat bulan".
Maka dengan itu Safwan pun memeluk Islam. Sebenarnya isterinya sudah memeluk Islam terlebih dahulu dari dia, dan Rasulullah telah mengakui dengan akad pertama mereka dahulu.
Fudhalah adalah seorang pejuang yang berani, dia telah datang menghampiri Rasulullah ketika sedang berthawaf dengan tujuan untuk membunuh Rasulullah.
Akan tetapi ketika Rasulullah berseiringan dengan Fudhalah, memberi tahu dia tentang rencana jahatnya yang terpendam di dalam hatinya, sehingga dia memeluk Islam.
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 150
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Hari Kedua Pembukaan Mekah
Pada keesokan hari Rasulullah ﷺ tampil kembali di depan masyarakat Quraisy di Mekah, setelah memuji dan bertahmid kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, Rasulullah bersabda:
"Wahai manusia sekalian, sesungguhnya Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ telah mengharamkan bumi Mekah sejak langit dan bumi ini diciptakan, maka Mekah menjadi haram. Pengharaman Allah itu, sampai dengan tiba hari qiamat. Tidak halal orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, menumpahkan darah, atau menebang pohon”.
Kemudian apabila ada orang yang mempermasalahkan peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah, di Mekah, maka jawab kepada mereka:
“Sebenarnya Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ telah mengizinkan kepada Rasulnya saja dan tidak kepada yang lainnya, itu pun hanya untuk saat tertentu saja, nah kini pengharaman berlaku kembali seperti pada hari kemarin, oleh karena itu kepada semua yang hadir di antara kamu berkewajipan menyampaikan perihal ini kepada yang tidak hadir".
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Tidak mematahkan durinya, tidak membuang buruannya, tidak mengambil barang yang tercecer kecuali orang yang mengenalinya, dan tanah lapangnya tidak bisa untuk buang air (air kecil atau air besar).”
Abbas menyela:
"Wahai Rasulullah kecuali batang Izkhir, karena itu untuk hamba-hamba dan rumah mereka".
Jawab Rasulullah:
"Ya kecuali batang Izkhir".
Peristiwa sebelumnya, Khuza'ah telah membunuh seorang lelaki dari Bani Laith untuk membalas dendam atas pembunuhan seorang anggota qabilah mereka. Sehubungan dengan perkara ini maka,
Rasulullah bersabda:
"Wahai kalian Khuza'ah, hindarkan tanganmu dari pembunuhan, sebenarnya pembunuhan terlalu banyak, walaupun itu bisa memberi manfaat.
Sebelumnya kamu telah membunuh mangsa kamu dan kini biarlah aku yang membayar ganti rugi (pampasan)nya, akan tetapi siapa pun yang membunuh setelah pemberitahuanku ini, maka keluarganya harus memilih di antara dua pilihan, bila mereka mau darah maka darah pembunuhan, atau bila mereka mau tebusan ganti rugi maka pampasanlah yang harus dibayar".
Dalam riwayat lain;
Maka berdirilah seorang berketurunan Yaman yang dikenali sebagai Abu Syah menyeru: "Wahai Rasulullah! Tuliskanlah itu untukku",
maka kata Rasulullah: "Ayo tuliskanlah untuk Abu Syah".
Kecurigaan Kaum Anshor
Setelah selesai semua urusan mengenai pembukaan Mekah yang merupakan tanah air dan tanah tumpah darah Rasulullah, maka beberapa orang Anshor mencurigai sesuatu, dan mereka berbisik-bisik di antara mereka:
"Apakah engkau berpendapat, bahwa setelah membantu Rasulullah hingga kembali di tanah airnya ini, akankah Rasulullah kemudian menetap di sini?".
Pada saat itu Rasulullah ﷺ sedang menadah tangannya, berdoa di atas bukit Safa', setelah selesai dari doanya itu kemudian Rasulullah bertanya:
"Apa yang kamu bicarakan tadi?".
Jawab mereka:
"Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah".
Rasulullah ﷺ kemudian mendesak, mengenai apa yang mereka bisikkan itu, sampai kemudian mereka bercerita yang sebenarnya, maka Rasulullah menegaskan:
"Aku berlindung kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, sebenarnya penghidupanku adalah di penghidupanmu dan kematianku adalah di persada kematianmu".
Baiat
Setelah selesai pembukaan Mekah, berkat pertolongan Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, maka tampaklah kebenaran Islam di mata penduduk Mekah dan mereka sudah memastikan, bahwa tidak ada jalan lain menuju kejayaan kecuali dengan Islam, karenanya mereka semua tunduk dan patuh kepada ajaran-ajaran Islam, mereka semua berkumpul untuk membuat pengakuan taat dan setia dalam baiat.
Rasulullah ﷺ duduk di Bukit Safa dengan semua yang hadir sedang Umar Ibnu Khattab di samping agak ke bawah dari Rasulullah memperhatikan siapa pun yang hadir di situ, semua yang datang membuat baiat dengan Rasulullah.
Di dalam kitab "Madarik Tafizil" disebutkan:
Diriwayatkan bahwa setelah Rasulullah ﷺ selesai menerima baiat kaum lelaki, Rasulullah meneruskan baiat untuk kaum wanita.
Rasulullah ﷺ duduk di bukit Safa' sedang Umar bin Khattab duduk di samping Rasulullah membaiat mereka dengan perintah Rasulullah, juga menyampaikan kepada mereka segala sesuatu dari Rasulullah.
Hindun bin Utbah, isteri Abu Sufyan pun datang ke hadapan Rasulullah dengan cara menyamar diri, karena takut Rasulullah akan mengenali dia, karena Hindun bin Utbah masih ingat tindakan kejamnya terhadap Hamzah.
Maka Rasulullah ﷺ berkata:
"Aku membaiatmu untuk tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu pun". Tugas ini dilakukan oleh Umar, dan kata Rasulullah:
"Dan jangan kamu mencuri".
Maka jawab Hindun:
"Sebenarnya Abu Sufyan seorang yang bakhil, bila aku ambil sedikit hartanya dia tidak suka", menyahut Abu Sufyan: "Apa yang engkau ambil itu halal".
Lalu Rasulullah ﷺ pun tersenyum karena Rasulullah telah mengenali dia katanya: "Engkau Hindun?".
"Ya wahai Rasulullah".
Katanya lagi: "Maafkanlah aku wahai nabi Allah",
maka Rasulullah ﷺ pun memaafkan dia. Kata Rasulullah: "Dan tidak berzina".
Kata Hindun: "Apakah seorang wanita yang merdeka wajar berzina?".
Jawab Rasulullah: "Dan tidak sekali-kali membunuh anak-anak mereka".
Kata Hindun pula:
"Kami yang memeliharakan mereka sejak kecil lagi, dan Engkaulah yang membunuh mereka setelah dewasa, dan merekalah yang lebih mengetahui hal ini".
Karena anaknya, Hanzalah bin Abi Sufyan telah terbunuh dalam peperangan Badar, Umar ketawa hingga dia terduduk, sedang Rasulullah tersenyum saja.
Kata Rasulullah lagi: "Dan tidak juga melakukan perkara-perkara maksiat".
Jawab Hindun: "Demi Allah kerja maksiat itu suatu yang bodoh dan jelek, sebetulnya apa yang Rasulullah sampaikan itu adalah perintah yang wajar untuk menjadikan akhlak-akhlak mulia".
Selanjutnya kata Rasulullah ﷺ :
"Dan sekali-kali tidak membantah untuk kerja-kerja makruf (kebaikan)".
Kata Hindun: "Demi Allah kami menghadiri majlis dan di dalam hati kami tidak ada sedikit pun rasa durhaka".
Ketika dia pulang ke rumahnya kemudian dia memecahkan berhala-halanya sambil berkata: "Kami tertipu oleh engkau".
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Pada keesokan hari Rasulullah ﷺ tampil kembali di depan masyarakat Quraisy di Mekah, setelah memuji dan bertahmid kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, Rasulullah bersabda:
"Wahai manusia sekalian, sesungguhnya Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ telah mengharamkan bumi Mekah sejak langit dan bumi ini diciptakan, maka Mekah menjadi haram. Pengharaman Allah itu, sampai dengan tiba hari qiamat. Tidak halal orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, menumpahkan darah, atau menebang pohon”.
Kemudian apabila ada orang yang mempermasalahkan peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah, di Mekah, maka jawab kepada mereka:
“Sebenarnya Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ telah mengizinkan kepada Rasulnya saja dan tidak kepada yang lainnya, itu pun hanya untuk saat tertentu saja, nah kini pengharaman berlaku kembali seperti pada hari kemarin, oleh karena itu kepada semua yang hadir di antara kamu berkewajipan menyampaikan perihal ini kepada yang tidak hadir".
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Tidak mematahkan durinya, tidak membuang buruannya, tidak mengambil barang yang tercecer kecuali orang yang mengenalinya, dan tanah lapangnya tidak bisa untuk buang air (air kecil atau air besar).”
Abbas menyela:
"Wahai Rasulullah kecuali batang Izkhir, karena itu untuk hamba-hamba dan rumah mereka".
Jawab Rasulullah:
"Ya kecuali batang Izkhir".
Peristiwa sebelumnya, Khuza'ah telah membunuh seorang lelaki dari Bani Laith untuk membalas dendam atas pembunuhan seorang anggota qabilah mereka. Sehubungan dengan perkara ini maka,
Rasulullah bersabda:
"Wahai kalian Khuza'ah, hindarkan tanganmu dari pembunuhan, sebenarnya pembunuhan terlalu banyak, walaupun itu bisa memberi manfaat.
Sebelumnya kamu telah membunuh mangsa kamu dan kini biarlah aku yang membayar ganti rugi (pampasan)nya, akan tetapi siapa pun yang membunuh setelah pemberitahuanku ini, maka keluarganya harus memilih di antara dua pilihan, bila mereka mau darah maka darah pembunuhan, atau bila mereka mau tebusan ganti rugi maka pampasanlah yang harus dibayar".
Dalam riwayat lain;
Maka berdirilah seorang berketurunan Yaman yang dikenali sebagai Abu Syah menyeru: "Wahai Rasulullah! Tuliskanlah itu untukku",
maka kata Rasulullah: "Ayo tuliskanlah untuk Abu Syah".
Kecurigaan Kaum Anshor
Setelah selesai semua urusan mengenai pembukaan Mekah yang merupakan tanah air dan tanah tumpah darah Rasulullah, maka beberapa orang Anshor mencurigai sesuatu, dan mereka berbisik-bisik di antara mereka:
"Apakah engkau berpendapat, bahwa setelah membantu Rasulullah hingga kembali di tanah airnya ini, akankah Rasulullah kemudian menetap di sini?".
Pada saat itu Rasulullah ﷺ sedang menadah tangannya, berdoa di atas bukit Safa', setelah selesai dari doanya itu kemudian Rasulullah bertanya:
"Apa yang kamu bicarakan tadi?".
Jawab mereka:
"Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah".
Rasulullah ﷺ kemudian mendesak, mengenai apa yang mereka bisikkan itu, sampai kemudian mereka bercerita yang sebenarnya, maka Rasulullah menegaskan:
"Aku berlindung kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, sebenarnya penghidupanku adalah di penghidupanmu dan kematianku adalah di persada kematianmu".
Baiat
Setelah selesai pembukaan Mekah, berkat pertolongan Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, maka tampaklah kebenaran Islam di mata penduduk Mekah dan mereka sudah memastikan, bahwa tidak ada jalan lain menuju kejayaan kecuali dengan Islam, karenanya mereka semua tunduk dan patuh kepada ajaran-ajaran Islam, mereka semua berkumpul untuk membuat pengakuan taat dan setia dalam baiat.
Rasulullah ﷺ duduk di Bukit Safa dengan semua yang hadir sedang Umar Ibnu Khattab di samping agak ke bawah dari Rasulullah memperhatikan siapa pun yang hadir di situ, semua yang datang membuat baiat dengan Rasulullah.
Di dalam kitab "Madarik Tafizil" disebutkan:
Diriwayatkan bahwa setelah Rasulullah ﷺ selesai menerima baiat kaum lelaki, Rasulullah meneruskan baiat untuk kaum wanita.
Rasulullah ﷺ duduk di bukit Safa' sedang Umar bin Khattab duduk di samping Rasulullah membaiat mereka dengan perintah Rasulullah, juga menyampaikan kepada mereka segala sesuatu dari Rasulullah.
Hindun bin Utbah, isteri Abu Sufyan pun datang ke hadapan Rasulullah dengan cara menyamar diri, karena takut Rasulullah akan mengenali dia, karena Hindun bin Utbah masih ingat tindakan kejamnya terhadap Hamzah.
Maka Rasulullah ﷺ berkata:
"Aku membaiatmu untuk tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu pun". Tugas ini dilakukan oleh Umar, dan kata Rasulullah:
"Dan jangan kamu mencuri".
Maka jawab Hindun:
"Sebenarnya Abu Sufyan seorang yang bakhil, bila aku ambil sedikit hartanya dia tidak suka", menyahut Abu Sufyan: "Apa yang engkau ambil itu halal".
Lalu Rasulullah ﷺ pun tersenyum karena Rasulullah telah mengenali dia katanya: "Engkau Hindun?".
"Ya wahai Rasulullah".
Katanya lagi: "Maafkanlah aku wahai nabi Allah",
maka Rasulullah ﷺ pun memaafkan dia. Kata Rasulullah: "Dan tidak berzina".
Kata Hindun: "Apakah seorang wanita yang merdeka wajar berzina?".
Jawab Rasulullah: "Dan tidak sekali-kali membunuh anak-anak mereka".
Kata Hindun pula:
"Kami yang memeliharakan mereka sejak kecil lagi, dan Engkaulah yang membunuh mereka setelah dewasa, dan merekalah yang lebih mengetahui hal ini".
Karena anaknya, Hanzalah bin Abi Sufyan telah terbunuh dalam peperangan Badar, Umar ketawa hingga dia terduduk, sedang Rasulullah tersenyum saja.
Kata Rasulullah lagi: "Dan tidak juga melakukan perkara-perkara maksiat".
Jawab Hindun: "Demi Allah kerja maksiat itu suatu yang bodoh dan jelek, sebetulnya apa yang Rasulullah sampaikan itu adalah perintah yang wajar untuk menjadikan akhlak-akhlak mulia".
Selanjutnya kata Rasulullah ﷺ :
"Dan sekali-kali tidak membantah untuk kerja-kerja makruf (kebaikan)".
Kata Hindun: "Demi Allah kami menghadiri majlis dan di dalam hati kami tidak ada sedikit pun rasa durhaka".
Ketika dia pulang ke rumahnya kemudian dia memecahkan berhala-halanya sambil berkata: "Kami tertipu oleh engkau".
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 151
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Periode Ketiga
periode pertama: perjuangan dan peperangan
periode kedua: bangsa dan qabilah-qabilah arab berlomba lomba masuk islam.
Ini merupakan periode terakhir dalam perjalanan hidup Rasulullah ﷺ yang mempertunjukkan pencapaian-pencapaian hasil usaha dakwahnya.
Setelah melalui waktu perjuangan jihad selama 20 tahun, kelelahan, kesengsaraan, peperangan dan pertarungan yang telah menumpahkan darah, semua ini telah Rasulullah ﷺ tempuh.
Pembukaan kota Mekah merupakan kemenangan yang sangat berarti yang telah dicapai oleh kaum muslimin di sepanjang tahun perjuangan mereka, suatu kemenangan yang telah mengubah peta dan urusan perjalanan hidup selanjutnya, serta merubah suasana dan kebiasaan bangsa Arab itu sendiri.
Pembukaan itu merupakan garis pemisah antara era lama dan era yang akan datang, di mana sebelumnya bangsa Arab-lah yang menjadi panutan mereka. Penundukkan kaum quraisy di bawah bendera islam dianggap sebagai penghapusan total terhadap pengaruh dan penyembahan berhala di semenanjung Arab.
Periode ini dapat dibagi menjadi dua fasa:
Peperangan Hunain
Penaklukan kota Mekah terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan satu pukulan yang menyentak, telah membingungkan seluruh bangsa Arab dan menjadikan seluruh qabilah yang berdekatan terkejut, mereka tidak berdaya untuk menghalanginya. Oleh karena itu mereka menyerah, tidak ada jalan lain selain menerima apa yang terjadi,
Akan tetapi beberapa qabilah yang merasa lebih kuat, ganas dan congkak, seperti suku Hawazin dan Thaqif, dan kemudian beberapa qabilah lain juga mengikutinya, seperti, qabilah Nasr, Jasyam, Saad bin Bakar dan beberapa individu dari Bani Hilal.
Mereka ini dari kelompok Qais Ailan, qabilah-qabilah ini tidak rela menerima kemenangan Islam. Oleh karena itu, mereka bersepakat untuk bersekutu dengan Malik bin Auf Nasri dan membuat keputusan untuk melawan kaum Muslimin.
Pergerakan Musuh dan Persinggahan Autas
Malik bin Auf sebagai pembesar negerinya, memimpin pergerakan untuk memerangi kaum Muslimin, dia membuat keputusan dengan membawa serta semua harta-harta, kaum wanita dan anak-anak mereka.
Kemudian mereka bergerak sampai di Autas, lembah yang terletak di daerah perkampungan Hawazin berdekatan "Hunain". Tetapi lembah Autas bukanlah lembah Hunain, lembah Hunain terletak berdekatan Zi Majaz. Jarak lembah Autas ke Mekah adalah sepuluh batu lebih ke arah Arafah.
Duraid bin Sammah
Ketika Malik bin Auf turun bersama orang banyak di Autas, di antara mereka adalah Duraid bin Sammah, seorang yang usianya sudah lanjut dan buta, akan tetapi memiliki pengetahuan tentang peperangan, berani dan berpengalaman.
Tanya Duraid:
"Di lembah kamu sekarang?"
Jawab yang hadir:
"Kita sekarang di Autas,"
maka kata dia: "Itu adalah tempat baik untuk kuda-kuda", dia berpikir bahwa "tidak ada peristiwa yang menyedihkan dan tanah lapang tidak diserang, tetapi apa itu? aku mendengar suara-suara unta dan teriakan keledai, bahkan kedengaran tangisan anak-anak dan suara kambing"
Jawab mereka: "Sebenarnya Malik bin Auf telah mengerahkan habis-habisan, bersama-sama prajurit adalah kaum wanita, harta-harta dan anak-anak mereka,"
kemudian dia menemui Malik bin Auf dan menanyakan kenapa semua dibawa.
Jawab Malik: "Aku akan menempatkan semua ini di belakang agar setiap tentara tetap bersemangat untuk mempertahankan haknya".
Kata Duraid: "Demi Allah, ini adalah tindakan seorang penggembala kambing, bukan tindakan seorang pemimpin bangsa. Apakah orang kalah dapat membawa pulang sesuatu? Walaupun semuanya itu milik kau, tetapi tidak memberi faedah apa pun kepada seorang pahlawan selain dari pedang dan tombaknya. Seandai kau kalah berarti kau telah berbuat sia-sia terhadap keluargamu dan hartamu".
Kemudian dia bertanya kepada qabilah-qabilah lain dan pemimpin-pemimpinnya. Dan katanya lagi: "Wahai Malik bin Auf, sebenarnya kau belum menyediakan perisai "Huwazin" ke leher-leher kuda-kuda mereka, Ayo letakkan mereka di dalam benteng-
benteng negara mereka, kemudian majulah menghadapi pengikut Muhammad itu dengan kudamu, bila kemenangan berpihak kepadamu maka orang-orangmu akan mengikuti di belakangmu, tapi seandainya kau kalah maka keluargamu dan hartamu masih selamat".
Namun Malik bin Auf enggan mengikuti permintaan Duraid bin Sammah dengan menegaskan: "Demi Allah aku tidak akan lakukan, kau sudah lanjut usia, pemikiranmu pun sudah seperti anak-anak. Demi Allah, Hawazin mesti mengikuti perintahku, atau aku tusukkan pedangku ini ke perutmu hingga keluar dari belakangmu".
Sebenarnya Malik bin Auf tidak suka Duraid memainkan peranan, yang kelak akan disanjung namanya.
Maka jawab seluruh Hawazin: "Ya kami semua mengikut arahanmu".
Sekali lagi Duraid berkata: "Inilah hari yang belum pernah aku saksikan, sepertinya, aku tidak mau melepas peluang untuk melihat kesudahannya".
Kemudian dia bersyair:
Seandainya aku masih muda Di medan perang aku maju
Medan pertempuran aku bakar Tentara aku pimpin
Air mata aku usap
Kini peperangan bagaikan binatang Ke ruang penyembelihan dituntun Pengintai Malik bin Auf
Beberapa orang pengintai yang dikirim oleh Malik bin Auf datang kembali kepadanya memberi laporan dalam keadaan suara menggeletar.
Kata Malik bin Auf: "Apa ceritanya?"
Jawab mereka; "Kami dapati tentara serba putih di atas belakang kuda-kuda merah dan putih, kami ketakutan dan inilah laporan kami".
Pengintai Rasulullah ﷺ
Rasulullah telah mendapat pemberitahuan tentang pergerakan musuh, sebagai tindakan maka Rasulullah mengutus Abi Hadad Aslami, agar dia menyusup masuk ke tengah-tengah musuh dan tinggal di sana untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai mereka. Abu Hadad pun berangkat.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
periode pertama: perjuangan dan peperangan
periode kedua: bangsa dan qabilah-qabilah arab berlomba lomba masuk islam.
Ini merupakan periode terakhir dalam perjalanan hidup Rasulullah ﷺ yang mempertunjukkan pencapaian-pencapaian hasil usaha dakwahnya.
Setelah melalui waktu perjuangan jihad selama 20 tahun, kelelahan, kesengsaraan, peperangan dan pertarungan yang telah menumpahkan darah, semua ini telah Rasulullah ﷺ tempuh.
Pembukaan kota Mekah merupakan kemenangan yang sangat berarti yang telah dicapai oleh kaum muslimin di sepanjang tahun perjuangan mereka, suatu kemenangan yang telah mengubah peta dan urusan perjalanan hidup selanjutnya, serta merubah suasana dan kebiasaan bangsa Arab itu sendiri.
Pembukaan itu merupakan garis pemisah antara era lama dan era yang akan datang, di mana sebelumnya bangsa Arab-lah yang menjadi panutan mereka. Penundukkan kaum quraisy di bawah bendera islam dianggap sebagai penghapusan total terhadap pengaruh dan penyembahan berhala di semenanjung Arab.
Periode ini dapat dibagi menjadi dua fasa:
Peperangan Hunain
Penaklukan kota Mekah terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan satu pukulan yang menyentak, telah membingungkan seluruh bangsa Arab dan menjadikan seluruh qabilah yang berdekatan terkejut, mereka tidak berdaya untuk menghalanginya. Oleh karena itu mereka menyerah, tidak ada jalan lain selain menerima apa yang terjadi,
Akan tetapi beberapa qabilah yang merasa lebih kuat, ganas dan congkak, seperti suku Hawazin dan Thaqif, dan kemudian beberapa qabilah lain juga mengikutinya, seperti, qabilah Nasr, Jasyam, Saad bin Bakar dan beberapa individu dari Bani Hilal.
Mereka ini dari kelompok Qais Ailan, qabilah-qabilah ini tidak rela menerima kemenangan Islam. Oleh karena itu, mereka bersepakat untuk bersekutu dengan Malik bin Auf Nasri dan membuat keputusan untuk melawan kaum Muslimin.
Pergerakan Musuh dan Persinggahan Autas
Malik bin Auf sebagai pembesar negerinya, memimpin pergerakan untuk memerangi kaum Muslimin, dia membuat keputusan dengan membawa serta semua harta-harta, kaum wanita dan anak-anak mereka.
Kemudian mereka bergerak sampai di Autas, lembah yang terletak di daerah perkampungan Hawazin berdekatan "Hunain". Tetapi lembah Autas bukanlah lembah Hunain, lembah Hunain terletak berdekatan Zi Majaz. Jarak lembah Autas ke Mekah adalah sepuluh batu lebih ke arah Arafah.
Duraid bin Sammah
Ketika Malik bin Auf turun bersama orang banyak di Autas, di antara mereka adalah Duraid bin Sammah, seorang yang usianya sudah lanjut dan buta, akan tetapi memiliki pengetahuan tentang peperangan, berani dan berpengalaman.
Tanya Duraid:
"Di lembah kamu sekarang?"
Jawab yang hadir:
"Kita sekarang di Autas,"
maka kata dia: "Itu adalah tempat baik untuk kuda-kuda", dia berpikir bahwa "tidak ada peristiwa yang menyedihkan dan tanah lapang tidak diserang, tetapi apa itu? aku mendengar suara-suara unta dan teriakan keledai, bahkan kedengaran tangisan anak-anak dan suara kambing"
Jawab mereka: "Sebenarnya Malik bin Auf telah mengerahkan habis-habisan, bersama-sama prajurit adalah kaum wanita, harta-harta dan anak-anak mereka,"
kemudian dia menemui Malik bin Auf dan menanyakan kenapa semua dibawa.
Jawab Malik: "Aku akan menempatkan semua ini di belakang agar setiap tentara tetap bersemangat untuk mempertahankan haknya".
Kata Duraid: "Demi Allah, ini adalah tindakan seorang penggembala kambing, bukan tindakan seorang pemimpin bangsa. Apakah orang kalah dapat membawa pulang sesuatu? Walaupun semuanya itu milik kau, tetapi tidak memberi faedah apa pun kepada seorang pahlawan selain dari pedang dan tombaknya. Seandai kau kalah berarti kau telah berbuat sia-sia terhadap keluargamu dan hartamu".
Kemudian dia bertanya kepada qabilah-qabilah lain dan pemimpin-pemimpinnya. Dan katanya lagi: "Wahai Malik bin Auf, sebenarnya kau belum menyediakan perisai "Huwazin" ke leher-leher kuda-kuda mereka, Ayo letakkan mereka di dalam benteng-
benteng negara mereka, kemudian majulah menghadapi pengikut Muhammad itu dengan kudamu, bila kemenangan berpihak kepadamu maka orang-orangmu akan mengikuti di belakangmu, tapi seandainya kau kalah maka keluargamu dan hartamu masih selamat".
Namun Malik bin Auf enggan mengikuti permintaan Duraid bin Sammah dengan menegaskan: "Demi Allah aku tidak akan lakukan, kau sudah lanjut usia, pemikiranmu pun sudah seperti anak-anak. Demi Allah, Hawazin mesti mengikuti perintahku, atau aku tusukkan pedangku ini ke perutmu hingga keluar dari belakangmu".
Sebenarnya Malik bin Auf tidak suka Duraid memainkan peranan, yang kelak akan disanjung namanya.
Maka jawab seluruh Hawazin: "Ya kami semua mengikut arahanmu".
Sekali lagi Duraid berkata: "Inilah hari yang belum pernah aku saksikan, sepertinya, aku tidak mau melepas peluang untuk melihat kesudahannya".
Kemudian dia bersyair:
Seandainya aku masih muda Di medan perang aku maju
Medan pertempuran aku bakar Tentara aku pimpin
Air mata aku usap
Kini peperangan bagaikan binatang Ke ruang penyembelihan dituntun Pengintai Malik bin Auf
Beberapa orang pengintai yang dikirim oleh Malik bin Auf datang kembali kepadanya memberi laporan dalam keadaan suara menggeletar.
Kata Malik bin Auf: "Apa ceritanya?"
Jawab mereka; "Kami dapati tentara serba putih di atas belakang kuda-kuda merah dan putih, kami ketakutan dan inilah laporan kami".
Pengintai Rasulullah ﷺ
Rasulullah telah mendapat pemberitahuan tentang pergerakan musuh, sebagai tindakan maka Rasulullah mengutus Abi Hadad Aslami, agar dia menyusup masuk ke tengah-tengah musuh dan tinggal di sana untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai mereka. Abu Hadad pun berangkat.
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 152
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Rasulullah Bergerak Meninggalkan Mekah Menuju ke Hunain
Tanggal enam (6) bulan Syawal tahun kedelapan (8) Hijriah bertepatan dengan hari Sabtu, Rasulullah ﷺ pun bergerak keluar dari Mekah.
Hari itu genap sembilan belas hari Rasulullah memasuki dan berada di Mekah.
Rasulullah bergerak dengan kekuatan sebanyak 12.000 tentara Islam, sepuluh ribu adalah mereka yang berangkat bersama Rasulullah ketika pembukaan Mekah, selebihnya adalah penduduk Mekah, kebanyakan mereka masih baru menganut agama Islam.
Rasulullah ﷺ telah meminjamkan seratus pasang baju besi dengan kelengkapannya. Sebagai pemegang kendali tanggung jawab Mekah, Rasulullah menunjuk Utab bin Usaiyed sebagai amirnya.
Menjelang petang seorang prajurit berkuda telah datang menemui Rasulullah dan berkata: “Saya telah naik ke bukit itu dan bukit ini, dan saya telah melihat qabilah Hawazin, yang telah bergerak keluar dengan seisi rumah mereka, wanita-wanitanya, unta-unta dan harta-hartanya.
Rasulullah ﷺ tersenyum mendengar laporan itu sambil berkata: "Itu adalah harta rampasan untuk kaum muslimin besok".
In syaa Allah, di malam itu secara sukarela Anas bin Abi Mirthad Ghanuwi telah menawarkan dirinya untuk mengawal Rasulullah ﷺ.
Dalam perjalanan mereka ke "Hunain" tentara Islam melihat pohon besar menghijau yang dikenal dengan sebutan "Zat Anwat". Sudah menjadi adat orang Arab menggantungkan peralatan senjata mereka di situ.
Maka kata seorang tentara kepada Rasulullah:
"Wahai Rasulullah, buatkan untuk kita Zat Anwat, seperti mereka juga mempunyai Zat Anwat. ”
Jawab Rasulullah ﷺ:
"Allahu Akbar, Maha Besar Allah, mengapa kamu berkata begitu. Demi Allah yang nyawa Muhammad di tangan-Nya, kata-katamu itu serupa dengan kata-kata kaum Musa di masa lalu.
Jadikanlah untuk kami tuhan, sebagaimana mereka mempunyai tuhan dan Musa berkata: Sesungguhnya kamu ini kaum yang jahil, sebetulnya inilah tasyabuh, dan sebenarnya kamu akan mengikuti jalan-jalan orang yang musyrik jahiliyah terdahulu".
Ada juga di antara mereka yang berkata congkak, setelah melihat jumlah tentara yang banyak:
“Di hari ini kita tidak bisa dikalahkan lagi.” Kata-kata ini tidak disukai oleh Rasulullah ﷺ.
Tentara Islam diserang
Tibalah Tentara Islam di Hunain pada malam Selasa sepuluh hari terakhir bulan Syawal. Malik bin Auf telah sampai di Hunain terlebih dahulu, dia telah menyusun taktik tentaranya di lembah Hunain, dengan meletakkan kelompok penyerang di sepanjang jalan dan pintu masuk, bahkan di seluruh lereng-lereng bukit Hunain dan lorong-lorongnya, dia memberi petunjuk agar mereka memanah tentara Islam apabila mereka muncul di situ.
Di penghujung malam Rasulullah ﷺ menyusun strategi tentaranya, Rasulullah membagi tentaranya menjadi pasukan-pasukan dan unit-unit, di awal subuh mereka berjalan menuju ke lembah Hunain.
Ketika tentara Islam turun ke lembah, tiba-tiba mereka dihujani anak panah oleh tentara Malik yang telah lama menunggu di situ, serentak unit-unit tentara musuh menyerbu mereka, tentara Islam pun kalang-kabut mundur ke belakang lari tunggang langgang.
Abu Sufyan berkata; "Kekalahan mereka ini tidak akan berhenti, kecuali mereka mundur hingga pesisir Laut Laut Merah.
Dalam keadaan kelam Kabul Jibillah atau Kildah bin Junaid berteriak: "Hari ini sihir Muhammad sudah tidak mempan lagi".
Rasulullah ﷺ mengelak ke sebelah kanan sambil berteriak: "Wahai kalian semua ayo ke sini, aku adalah Rasulullah ﷺ, aku Muhammad Ibni Abdullah". Yang tetap bersama Rasulullah dalam keadaan kritis ini hanya beberapa orang dari kaum Muhajirin dan keluarga Rasulullah. Dalam situasi yang sangat ktitis ini muncullah keberanian Rasulullah ﷺ yang tidak ada bandingnya. Rasulullah tampil ke depan kaum kafirin dengan menyambuk keledainya sambil berteriak:
“Aku adalah nabi yang benar, tidak berdusta, Akulah putera Abdul Muttalib”
Abu Sufyan bin Harith kemudian memegang tali keledainya dan Abbas pun dengan kendaraannya, keduanya membantu Rasulullah ﷺ agar keledai tetap terkendali. Kemudian Rasulullah ﷺ turun dari keledai dengan tangan memohon kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ sambil berdoa:
“Ya Allah Ya Tuhanku turunkanlah pertolongan Mu”.
Tentara Islam Maju Kembali Meneruskan Peperangan
Rasulullah ﷺ meminta pamannya Abbas yang memiliki suara lantang untuk berteriak kepada semua para sahabat dan tentara Islam yang mundur. Kata Abbas:
"Mana dia para sahabat setia?"
Demi Allah, Ketika mereka mendengar teriakan itu, mereka balik ke depan bagaikan kembalinya seekor lembu yang marah.
Jawab mereka semua: "Ya Rasulullah, Ya Rasulullah”
Ada juga orang yang mencoba balik menuju Rasulullah dengan untanya, namun ontanya sudah tidak berdaya karena sesak, maka ditinggalkan saja tunggangan itu, dengan mengambil pedang, dan perisai, kemudian melesat menuju ke arah teriakan suara".
Setelah terkumpul seratus orang, kemudian mulailah mereka maju untuk menghadapi perlawanan musuh dan terjun dalam peperangan dengan semangat bergelora.
Kemudian terdengar teriakan membahana khusus ditujukan kepada golongan Anshor, lebih khusus lagi kepada golongan Bani Harith bin Khazraj, dengan demikian kelompok-kelompok Islam mulai tampil ke medan pertempuran lagi, sampai situasi medan pertempuran pulih kembali.
Kini kedua-dua belah pihak saling menyerang pihak lawannya.
Rasulullah melihat ke arah medan pertempuran, nampak begitu sengit dan dasyat, masing-masing pihak ingin segera memenangkan pertempuran.
Rasulullah ﷺ bersabda: "Kini peperangan memuncak". Kemudian Rasulullah mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke arah musuh sambil bersabda: "Buta mata kalian". Dengan izin Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ setiap mata tentara musuh terkena lontaran pasir Rasulullah sehingga membuat mereka kalang kabut dan mundur.
Kekuatan Musuh Terpecah
Tidak berapa lama, setelah Rasulullah ﷺ melemparkan pasir ke muka tentara musuh, tampaklah kekalahan mereka, dari pihak Thaqif tujuh puluh (70) orang tentara terbunuh, dengan demikian kaum muslimin memenangkan peperangan dan memperoleh harta rampasan dan peralatan senjata musuh termasuk kaum wanitanya menjadi tawanan.
Firman Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ menyebutkan:
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِيْ مَوَاطِنَ كَثِيْرَةٍۙ وَّيَوْمَ حُنَيْنٍۙ اِذْ اَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْـًٔا وَّضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْاَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَۚ
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
{At-Taubah 9:25}
ثُمَّ اَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَعَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَاَنْزَلَ جُنُوْدًا لَّمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ وَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
{At-Taubah 9:26}
Pengejaran Musuh
Sebagian musuh yang kalah melarikan diri ke Taif, kelompok lain lari ke Nakhlah, sebagian lagi lari ke Autas.
Rasulullah ﷺ segera mengirim satu unit pemburu yang dipimpin oleh Abu Amir Asya'ari, di sana terjadi pertempuran seru di antara mereka, di sekitar perkemahan mereka, akhirnya suku musyrikin harus mengakui keunggulan pasukan Islam. Akan tetapi dalam pertempuran ini Abu Amir Asya'ari harus mengalami syahid.
Kelompok tentara Islam yang lain memburu kelompok musyrikin yang lari ke Nakhlah dan pertempuran seru tejadi secara sporadis, tentara Islam akhirnya memenangkan setiap pertempuran.
Duraid bin Sammah akhirnya juga terbunuh, dibunuh oleh Rabiah bin Rafi'e.
Sedang kelompok yang lari ke Taif, Rasulullah sendiri yang memburunya dan di akhir pengejarannya memperoleh rampasan-rampasan perang yang sangat banyak.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Tanggal enam (6) bulan Syawal tahun kedelapan (8) Hijriah bertepatan dengan hari Sabtu, Rasulullah ﷺ pun bergerak keluar dari Mekah.
Hari itu genap sembilan belas hari Rasulullah memasuki dan berada di Mekah.
Rasulullah bergerak dengan kekuatan sebanyak 12.000 tentara Islam, sepuluh ribu adalah mereka yang berangkat bersama Rasulullah ketika pembukaan Mekah, selebihnya adalah penduduk Mekah, kebanyakan mereka masih baru menganut agama Islam.
Rasulullah ﷺ telah meminjamkan seratus pasang baju besi dengan kelengkapannya. Sebagai pemegang kendali tanggung jawab Mekah, Rasulullah menunjuk Utab bin Usaiyed sebagai amirnya.
Menjelang petang seorang prajurit berkuda telah datang menemui Rasulullah dan berkata: “Saya telah naik ke bukit itu dan bukit ini, dan saya telah melihat qabilah Hawazin, yang telah bergerak keluar dengan seisi rumah mereka, wanita-wanitanya, unta-unta dan harta-hartanya.
Rasulullah ﷺ tersenyum mendengar laporan itu sambil berkata: "Itu adalah harta rampasan untuk kaum muslimin besok".
In syaa Allah, di malam itu secara sukarela Anas bin Abi Mirthad Ghanuwi telah menawarkan dirinya untuk mengawal Rasulullah ﷺ.
Dalam perjalanan mereka ke "Hunain" tentara Islam melihat pohon besar menghijau yang dikenal dengan sebutan "Zat Anwat". Sudah menjadi adat orang Arab menggantungkan peralatan senjata mereka di situ.
Maka kata seorang tentara kepada Rasulullah:
"Wahai Rasulullah, buatkan untuk kita Zat Anwat, seperti mereka juga mempunyai Zat Anwat. ”
Jawab Rasulullah ﷺ:
"Allahu Akbar, Maha Besar Allah, mengapa kamu berkata begitu. Demi Allah yang nyawa Muhammad di tangan-Nya, kata-katamu itu serupa dengan kata-kata kaum Musa di masa lalu.
Jadikanlah untuk kami tuhan, sebagaimana mereka mempunyai tuhan dan Musa berkata: Sesungguhnya kamu ini kaum yang jahil, sebetulnya inilah tasyabuh, dan sebenarnya kamu akan mengikuti jalan-jalan orang yang musyrik jahiliyah terdahulu".
Ada juga di antara mereka yang berkata congkak, setelah melihat jumlah tentara yang banyak:
“Di hari ini kita tidak bisa dikalahkan lagi.” Kata-kata ini tidak disukai oleh Rasulullah ﷺ.
Tentara Islam diserang
Tibalah Tentara Islam di Hunain pada malam Selasa sepuluh hari terakhir bulan Syawal. Malik bin Auf telah sampai di Hunain terlebih dahulu, dia telah menyusun taktik tentaranya di lembah Hunain, dengan meletakkan kelompok penyerang di sepanjang jalan dan pintu masuk, bahkan di seluruh lereng-lereng bukit Hunain dan lorong-lorongnya, dia memberi petunjuk agar mereka memanah tentara Islam apabila mereka muncul di situ.
Di penghujung malam Rasulullah ﷺ menyusun strategi tentaranya, Rasulullah membagi tentaranya menjadi pasukan-pasukan dan unit-unit, di awal subuh mereka berjalan menuju ke lembah Hunain.
Ketika tentara Islam turun ke lembah, tiba-tiba mereka dihujani anak panah oleh tentara Malik yang telah lama menunggu di situ, serentak unit-unit tentara musuh menyerbu mereka, tentara Islam pun kalang-kabut mundur ke belakang lari tunggang langgang.
Abu Sufyan berkata; "Kekalahan mereka ini tidak akan berhenti, kecuali mereka mundur hingga pesisir Laut Laut Merah.
Dalam keadaan kelam Kabul Jibillah atau Kildah bin Junaid berteriak: "Hari ini sihir Muhammad sudah tidak mempan lagi".
Rasulullah ﷺ mengelak ke sebelah kanan sambil berteriak: "Wahai kalian semua ayo ke sini, aku adalah Rasulullah ﷺ, aku Muhammad Ibni Abdullah". Yang tetap bersama Rasulullah dalam keadaan kritis ini hanya beberapa orang dari kaum Muhajirin dan keluarga Rasulullah. Dalam situasi yang sangat ktitis ini muncullah keberanian Rasulullah ﷺ yang tidak ada bandingnya. Rasulullah tampil ke depan kaum kafirin dengan menyambuk keledainya sambil berteriak:
“Aku adalah nabi yang benar, tidak berdusta, Akulah putera Abdul Muttalib”
Abu Sufyan bin Harith kemudian memegang tali keledainya dan Abbas pun dengan kendaraannya, keduanya membantu Rasulullah ﷺ agar keledai tetap terkendali. Kemudian Rasulullah ﷺ turun dari keledai dengan tangan memohon kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ sambil berdoa:
“Ya Allah Ya Tuhanku turunkanlah pertolongan Mu”.
Tentara Islam Maju Kembali Meneruskan Peperangan
Rasulullah ﷺ meminta pamannya Abbas yang memiliki suara lantang untuk berteriak kepada semua para sahabat dan tentara Islam yang mundur. Kata Abbas:
"Mana dia para sahabat setia?"
Demi Allah, Ketika mereka mendengar teriakan itu, mereka balik ke depan bagaikan kembalinya seekor lembu yang marah.
Jawab mereka semua: "Ya Rasulullah, Ya Rasulullah”
Ada juga orang yang mencoba balik menuju Rasulullah dengan untanya, namun ontanya sudah tidak berdaya karena sesak, maka ditinggalkan saja tunggangan itu, dengan mengambil pedang, dan perisai, kemudian melesat menuju ke arah teriakan suara".
Setelah terkumpul seratus orang, kemudian mulailah mereka maju untuk menghadapi perlawanan musuh dan terjun dalam peperangan dengan semangat bergelora.
Kemudian terdengar teriakan membahana khusus ditujukan kepada golongan Anshor, lebih khusus lagi kepada golongan Bani Harith bin Khazraj, dengan demikian kelompok-kelompok Islam mulai tampil ke medan pertempuran lagi, sampai situasi medan pertempuran pulih kembali.
Kini kedua-dua belah pihak saling menyerang pihak lawannya.
Rasulullah melihat ke arah medan pertempuran, nampak begitu sengit dan dasyat, masing-masing pihak ingin segera memenangkan pertempuran.
Rasulullah ﷺ bersabda: "Kini peperangan memuncak". Kemudian Rasulullah mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke arah musuh sambil bersabda: "Buta mata kalian". Dengan izin Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ setiap mata tentara musuh terkena lontaran pasir Rasulullah sehingga membuat mereka kalang kabut dan mundur.
Kekuatan Musuh Terpecah
Tidak berapa lama, setelah Rasulullah ﷺ melemparkan pasir ke muka tentara musuh, tampaklah kekalahan mereka, dari pihak Thaqif tujuh puluh (70) orang tentara terbunuh, dengan demikian kaum muslimin memenangkan peperangan dan memperoleh harta rampasan dan peralatan senjata musuh termasuk kaum wanitanya menjadi tawanan.
Firman Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ menyebutkan:
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِيْ مَوَاطِنَ كَثِيْرَةٍۙ وَّيَوْمَ حُنَيْنٍۙ اِذْ اَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْـًٔا وَّضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْاَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَۚ
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
{At-Taubah 9:25}
ثُمَّ اَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَعَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَاَنْزَلَ جُنُوْدًا لَّمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ وَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
{At-Taubah 9:26}
Pengejaran Musuh
Sebagian musuh yang kalah melarikan diri ke Taif, kelompok lain lari ke Nakhlah, sebagian lagi lari ke Autas.
Rasulullah ﷺ segera mengirim satu unit pemburu yang dipimpin oleh Abu Amir Asya'ari, di sana terjadi pertempuran seru di antara mereka, di sekitar perkemahan mereka, akhirnya suku musyrikin harus mengakui keunggulan pasukan Islam. Akan tetapi dalam pertempuran ini Abu Amir Asya'ari harus mengalami syahid.
Kelompok tentara Islam yang lain memburu kelompok musyrikin yang lari ke Nakhlah dan pertempuran seru tejadi secara sporadis, tentara Islam akhirnya memenangkan setiap pertempuran.
Duraid bin Sammah akhirnya juga terbunuh, dibunuh oleh Rabiah bin Rafi'e.
Sedang kelompok yang lari ke Taif, Rasulullah sendiri yang memburunya dan di akhir pengejarannya memperoleh rampasan-rampasan perang yang sangat banyak.
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 153
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Rampasan Perang
Rampasan yang diperoleh kaum muslimin terdiri atas:
Enam ribu (6,000) orang tawanan,
dua puluh empat ribu (24,000) ekor unta,
lebih empat puluh ribu (40,000) ekor biri-biri dan empat ribu (4,000) uqiyah emas.
Rasulullah memerintahkan agar rampasan perang ditempatkan di "Ja'ranah", dengan menunjuk Mas'ud bin Amru Ghaffari sebagai penjaganya, sampai selesai gerakan ghuzwah (invasinya) ke "Ta'if".
Setelah invasi ke Ta'if selesai, kemudian dilaksanakan pembagian rampasan perang, dibagikan sebagaimana dilakukan pada waktu-waktu sebelumnya.
HAJJAH WADA' Haji Terakhir
Tugas dakwah Rasulullah ﷺ sudah mendekati penghujung selesai, penyampaian risalah pun sudah dilaksanakan, penegakan sebuah syariat baru yang berasaskan pada konsep uluhiyah dan ketuhanan yang satu hanya kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ dan tidak ada tuhan selain Allah berdasarkan risalah Muhammad ﷺ telah menjadi kenyataan.
Rasulullah ﷺ seakan-akan telah mendengar panggilan dari dalam hatinya yang memberitahu bahwa persinggahan Rasulullah di dunia sudah sampai pada waktu yang telah ditetapkan.
Hal ini nampak ketika Rasulullah mengutus Muaz bin Jabal ke negeri Yaman sebagai Gubernur di tahun kesepuluh (10) Hijriah.
Rasulullah ﷺ bersabda kepada Muaz:
"Wahai Muaz, sebenarnya engkau mungkin tidak akan bertemu aku lagi setelah tahun ini dan semoga kau akan melalui masjidku dan kuburku".
Muaz menangis tersedu-sedu karena akan berpisah dengan Rasulullah ﷺ.
Dengan izin Allah, Rasulullah ﷺ berkesempatan melihat hasil kerja dakwahnya setelah mengalami berbagai kepahitan dan kesusahan selama dua puluh tahun lebih.
Di ujung bandar Mekah, Rasulullah ﷺ berkumpul bersama dengan para perwakilan qabilah Arab, menyampaikan kepada mereka syariat-syariat dan hukum-hukum Islam. Rasulullah minta persaksian mereka, bahwa dia telah menyampaikan amanah dan tugas-tugasnya, menyampaikan risalah dan bertanggungjawab menasihati seluruh umat.
Pada hari itu Rasulullah ﷺ mengdeklarasikan cita-citanya untuk menunaikan ibadah haji yang terakhir. Berduyun-duyun umatnya mengunjungi Madinah, mereka semua ingin menyertai dan mengikuti Rasulullah dalam ibadah hajinya.
Pada hari Sabtu empat hari terakhir bulan Zulkaedah, Rasulullah ﷺ siap dengan kendaraannya, mempersiapkan dirinya, memakai minyak rambut dan menyikatnya, mengenakan pakaian dan syalnya serta menyandang senjatanya.
Setelah sholat dzuhur, Rasulullah ﷺ bergerak, sampai di Zul Hulaifah sebelum masuk waktu Ashar. Di sana Rasulullah menunaikan sholat sunat dua rakaat dan bermalam.
Keesokkan harinya setelah sholat Subuh, Rasulullah ﷺ memberitahukan kepada semua sahabat yang hadir:
"Tadi Malam aku telah mendapat pemberitahuan dari Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ yang menyabdakan: Sholatlah kamu di lembah yang penuh berkat ini dan niatkanlah wahai Muhammad: Umrah dikerjakan bersama-sama Haji".
Sebelum Rasulullah ﷺ menunaikan sholat dzuhur di hari itu, terlebih dahulu Rasulullah bersuci dan mengenakan pakaian ihram, kemudian Aisyah menyapukan minyak wangi dan kasturi pada diri Rasululah.
Aisyah menyapukan di badannya dan kepalanya hingga nampak berkilauan minyak kasturi di rambut dan di jenggotnya. Rasulullah ﷺ membiarkan tanpa membasuhnya dan kemudian menunaikan sholat dzuhur dua rakaat.
Setelah selesai sholat, Rasulullah ﷺ kemudian bertahlil di tempat sholatnya untuk memulai ibadah haji dan umrah, sebagai haji qiran.
Setelah itu barulah Rasulullah ﷺ bergerak dengan menunggangi untanya yang bernama Quswa', di situ Rasulullah bertahlil lagi sedang untanya kemudian bergerak.
Rasulullah meneruskan perjalanan suci ini hingga hampir memasuki Mekah, maka Rasulullah bermalam di Tawa.
Keesokkan harinya Rasulullah memasuki Mekah setelah sholat Shubuh, di pagi hari Ahad tanggal empat hari terakhir bulan Dzulhijjah tahun kesepuluh (10) Hijriah.
Selama delapan malam Rasulullah ﷺ menghabiskan waktu untuk perjalanannya yang sederhana itu dan apabila Rasulullah memasuki Masjid Haram, kemudian Rasulullah berthawaf mengelilingi Ka’bah dan melakukan Sa’i di antara Safa dan Marwah, tanpa merubah pakaian ihramnya, karena Rasulullah dalam mengerjakan haji kali ini secara qiran berserta dengan binatang sembelihannya.
Kemudian Rasulullah ﷺ singgah di Hajjun tanpa mengulangi thowaf melainkan thowaf rukun haji.
Rasulullah menyuruh para sahabat yang tidak mempunyai binatang sembelihan agar menjadikan ihram mereka itu sebagai umrah, dengan berthawaf mengelilingi Ka’bah, dan bersa’i di antara Safa dan Marwah, kemudian mengganti pakaian ihram dengan pakaian biasa.
Tetapi para sahabat ragu-ragu untuk melakukan perintah Rasulullah itu.
Kemudian Rasulullah menegaskan: "Bila maju untuk berbuat sesuatu, aku tidak akan kembali atau menarik kembali qurbanku ini. Dan bila aku tidak mempunyai binatang qurban pasti aku mengganti pakaian ihramku ini. Ayo! Kamu yang tidak memiliki binatang sembelihan, pakaian ihram segera diganti ". Kemudian mereka mematuhi petunjuk Rasulullah.
Pada hari kedelapan Dzulhijjah yang dikenali juga sebagai hari Tarwiyah, Rasulullah ﷺ bergerak menuju Mina. Di Mina Rasulullah telah menunaikan Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya' dan Shubuh.
Rasulullah berhenti di Mina beberapa saat hingga matahari naik barulah Rasulullah berjalan menuju Arafah.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Rampasan yang diperoleh kaum muslimin terdiri atas:
Enam ribu (6,000) orang tawanan,
dua puluh empat ribu (24,000) ekor unta,
lebih empat puluh ribu (40,000) ekor biri-biri dan empat ribu (4,000) uqiyah emas.
Rasulullah memerintahkan agar rampasan perang ditempatkan di "Ja'ranah", dengan menunjuk Mas'ud bin Amru Ghaffari sebagai penjaganya, sampai selesai gerakan ghuzwah (invasinya) ke "Ta'if".
Setelah invasi ke Ta'if selesai, kemudian dilaksanakan pembagian rampasan perang, dibagikan sebagaimana dilakukan pada waktu-waktu sebelumnya.
HAJJAH WADA' Haji Terakhir
Tugas dakwah Rasulullah ﷺ sudah mendekati penghujung selesai, penyampaian risalah pun sudah dilaksanakan, penegakan sebuah syariat baru yang berasaskan pada konsep uluhiyah dan ketuhanan yang satu hanya kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ dan tidak ada tuhan selain Allah berdasarkan risalah Muhammad ﷺ telah menjadi kenyataan.
Rasulullah ﷺ seakan-akan telah mendengar panggilan dari dalam hatinya yang memberitahu bahwa persinggahan Rasulullah di dunia sudah sampai pada waktu yang telah ditetapkan.
Hal ini nampak ketika Rasulullah mengutus Muaz bin Jabal ke negeri Yaman sebagai Gubernur di tahun kesepuluh (10) Hijriah.
Rasulullah ﷺ bersabda kepada Muaz:
"Wahai Muaz, sebenarnya engkau mungkin tidak akan bertemu aku lagi setelah tahun ini dan semoga kau akan melalui masjidku dan kuburku".
Muaz menangis tersedu-sedu karena akan berpisah dengan Rasulullah ﷺ.
Dengan izin Allah, Rasulullah ﷺ berkesempatan melihat hasil kerja dakwahnya setelah mengalami berbagai kepahitan dan kesusahan selama dua puluh tahun lebih.
Di ujung bandar Mekah, Rasulullah ﷺ berkumpul bersama dengan para perwakilan qabilah Arab, menyampaikan kepada mereka syariat-syariat dan hukum-hukum Islam. Rasulullah minta persaksian mereka, bahwa dia telah menyampaikan amanah dan tugas-tugasnya, menyampaikan risalah dan bertanggungjawab menasihati seluruh umat.
Pada hari itu Rasulullah ﷺ mengdeklarasikan cita-citanya untuk menunaikan ibadah haji yang terakhir. Berduyun-duyun umatnya mengunjungi Madinah, mereka semua ingin menyertai dan mengikuti Rasulullah dalam ibadah hajinya.
Pada hari Sabtu empat hari terakhir bulan Zulkaedah, Rasulullah ﷺ siap dengan kendaraannya, mempersiapkan dirinya, memakai minyak rambut dan menyikatnya, mengenakan pakaian dan syalnya serta menyandang senjatanya.
Setelah sholat dzuhur, Rasulullah ﷺ bergerak, sampai di Zul Hulaifah sebelum masuk waktu Ashar. Di sana Rasulullah menunaikan sholat sunat dua rakaat dan bermalam.
Keesokkan harinya setelah sholat Subuh, Rasulullah ﷺ memberitahukan kepada semua sahabat yang hadir:
"Tadi Malam aku telah mendapat pemberitahuan dari Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ yang menyabdakan: Sholatlah kamu di lembah yang penuh berkat ini dan niatkanlah wahai Muhammad: Umrah dikerjakan bersama-sama Haji".
Sebelum Rasulullah ﷺ menunaikan sholat dzuhur di hari itu, terlebih dahulu Rasulullah bersuci dan mengenakan pakaian ihram, kemudian Aisyah menyapukan minyak wangi dan kasturi pada diri Rasululah.
Aisyah menyapukan di badannya dan kepalanya hingga nampak berkilauan minyak kasturi di rambut dan di jenggotnya. Rasulullah ﷺ membiarkan tanpa membasuhnya dan kemudian menunaikan sholat dzuhur dua rakaat.
Setelah selesai sholat, Rasulullah ﷺ kemudian bertahlil di tempat sholatnya untuk memulai ibadah haji dan umrah, sebagai haji qiran.
Setelah itu barulah Rasulullah ﷺ bergerak dengan menunggangi untanya yang bernama Quswa', di situ Rasulullah bertahlil lagi sedang untanya kemudian bergerak.
Rasulullah meneruskan perjalanan suci ini hingga hampir memasuki Mekah, maka Rasulullah bermalam di Tawa.
Keesokkan harinya Rasulullah memasuki Mekah setelah sholat Shubuh, di pagi hari Ahad tanggal empat hari terakhir bulan Dzulhijjah tahun kesepuluh (10) Hijriah.
Selama delapan malam Rasulullah ﷺ menghabiskan waktu untuk perjalanannya yang sederhana itu dan apabila Rasulullah memasuki Masjid Haram, kemudian Rasulullah berthawaf mengelilingi Ka’bah dan melakukan Sa’i di antara Safa dan Marwah, tanpa merubah pakaian ihramnya, karena Rasulullah dalam mengerjakan haji kali ini secara qiran berserta dengan binatang sembelihannya.
Kemudian Rasulullah ﷺ singgah di Hajjun tanpa mengulangi thowaf melainkan thowaf rukun haji.
Rasulullah menyuruh para sahabat yang tidak mempunyai binatang sembelihan agar menjadikan ihram mereka itu sebagai umrah, dengan berthawaf mengelilingi Ka’bah, dan bersa’i di antara Safa dan Marwah, kemudian mengganti pakaian ihram dengan pakaian biasa.
Tetapi para sahabat ragu-ragu untuk melakukan perintah Rasulullah itu.
Kemudian Rasulullah menegaskan: "Bila maju untuk berbuat sesuatu, aku tidak akan kembali atau menarik kembali qurbanku ini. Dan bila aku tidak mempunyai binatang qurban pasti aku mengganti pakaian ihramku ini. Ayo! Kamu yang tidak memiliki binatang sembelihan, pakaian ihram segera diganti ". Kemudian mereka mematuhi petunjuk Rasulullah.
Pada hari kedelapan Dzulhijjah yang dikenali juga sebagai hari Tarwiyah, Rasulullah ﷺ bergerak menuju Mina. Di Mina Rasulullah telah menunaikan Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya' dan Shubuh.
Rasulullah berhenti di Mina beberapa saat hingga matahari naik barulah Rasulullah berjalan menuju Arafah.
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 154
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Khotbah Rasulullah
Sampai di Arafah di kawasan Namirah, Rasulullah ﷺ melihat sebuah kemah yang sudah didirikan untuk beliau. Rasulullah pun singgah sampai matahari terbenam di ufuk barat.
Rasulullah ﷺ minta agar unta Quswa' dibawa ke tempatnya, dari situ Rasulullah pun bergerak menuju ke Batan Wadi. Di sana sudah banyak orang berkumpul kurang lebih seratus ribu empat puluh empat orang.
Rasulullah ﷺ berdiri di depan mereka, kemudian menyampaikan khotbahnya:
"Wahai umatku sekalian, dengarlah kata-kataku ini, sebenarnya aku tidak tahu apakah aku masih bisa menemui kalian setelah tahun ini.
Sesungguhnya darahmu dan hartamu adalah haram seperti haramnya hari ini, bulan ini, dan tanah ini.
Ketahuilah bahwa semua urusan jahiliah sudah tertanam di bawah kakiku ini, darah-darah jahiliah telah tertanam. Darah jahiliah yang pertama kali aku hapuskan adalah darah Ibn
Rabiah bin Harith, kejadiannya dia ini dibunuh, ketika sedang mengambil susuan dari ibu susuannya Bani Saad.
Riba jahiliah juga sudah dihapuskan, dan riba pertama yang aku hapuskan adalah riba Abbas bin Abdul Mutalib, bahkan semuanya telah dihapuskan sama sekali.
Bertaqwalah kamu kepada Allah swt demi untuk melaksanakan hak kaum wanita, karena kamu telah mengambil mereka sebagai isteri dalam bentuk amanah Allah, kamu halal jima' dengan mereka dengan menyebut nama Allah, dan kaum wanita juga berkewajiban menjaga agar tidak ada seorang pun masuk ke kamarmu.
Sekiranya mereka berbuat demikian maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak parah, kepada mereka, kamu berkewajipan memberi rezeki dan pakaian dengan baik. Sesungguhnya telah aku tinggalkan kepadamu agar kamu tidak sesat setelah ini, berpeganglah kamu dengannya, yaitu kitab Allah.
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada nabi setelah aku, dan tidak ada umat lain selain kamu, ingatlah agar kamu menyembah Tuhanmu, tunaikanlah fardu sholat lima waktu, berpuasalah kamu di bulan Ramadhan, tunaikan zakat hartamu dengan ikhlas, tunaikan haji ke baitullah, dan taatilah pemerintahmu niscaya kamu masuk ke dalam syurga Rabb-mu.
Besuk kamu semua akan ditanya mengenai diriku, apa yang akan kamu katakan?
Maka kata mereka semua:
"Kami menyaksikan bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan dan menasihati kami".
Dengan mengangkat jari telunjuknya ke arah langit kemudian berkata lagi: "Ya Allah Ya Tuhanku, saksikanlah." (sebanyak tiga kali).
Adapun orang yang berteriak (sebagaiman pengeras suara) meneruskan ucapan Rasulullah kepada orang banyak di padang Arafah adalah Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf.
Setelah selesai menyampaikan khotbah, turunlah firman Allah:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوْذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيْحَةُ وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْۗ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَاَنْ تَسْتَقْسِمُوْا بِالْاَزْلَامِۗ ذٰلِكُمْ فِسْقٌۗ اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِۗ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
{Al-Ma'idah 5:3}
Ketika Umar mendengar firman Allah itu dia kemudian menangis dan ketika ditanya, mengapa dia menangis?
Jawab dia: "Karena setelah kesempurnaan akan menyusul pula kekurangan".
Setelah khotbah Rasulullah itu Bilal pun melantunkan azan dan iqamah untuk sholat dzuhur. Kemudian dia iqamah pula untuk sholat Ashar tanpa melakukan sholat lain di antara kedua-duanya.
Sesudah itu Rasulullah ﷺ menaiki untanya dan bergerak hingga sampai ke suatu tempat perhentian dengan membiarkan perut untanya Quswa' menyentuh bongkahan batu di situ, sedang barisan pejalan-pejalan kaki berjalan tidak melebihi sejauh pandangan ke depan. Di situ Rasulullah ﷺ menghadap ke arah qiblat,
Rasulullah ﷺ kemudian berdiri sampai matahari terbenam di ufuk langit sebelah barat dan cahaya kuning berangsur-angsur hilang. Usamah pun mengendalikan unta Rasulullah ﷺ sampai ke Muzdalifah, di sana Rasulullah menunaikan sholat Maghrib dan sholat Isya' dengan satu azan dan dua iqamah tanpa membaca apa-apa, tasbih sekali pun di antara kedua sholat itu.
Rasulullah ﷺ beristirahat, dan tidur hingga Subuh. Rasulullah pun menunaikan sholat Subuh, kemudian Rasulullah menaiki unta Quswa' dan berjalan sampai ke kawasan Haram (masyh'ar Haram), muka Rasulullah menghadap ke arah kiblat sambil berdoa, bertakbir, bertahlil dan bertahmid. Rasulullah berdiri di situ sampai waktu pagi.
Kemudian Rasulullah ﷺ bergerak lagi dari Muzdalifah ke Mina sebelum matahari naik. Di sini Fadhil bin Abbas mengikuti dari belakang unta Rasulullah sampai ke Batan Mahsar, dengan melalui jalan tengah yang menuju ke Jumrah Kubra.
Sampai di sana ada sebuah pohon yang dikenal dengan nama Jumrah Aqabah. Kemudian Rasulullah ﷺ melontar tujuh batu sambil bertakbir di setiap lontarannya dari Batan Wadi.
Setelah itu Rasulullah ﷺ menuju ke tempat pemotongan hewan. Sebanyak enam puluh tiga (63) ekor unta Rasulullah ﷺ berkurban, kemudian diserahkannya kepada Ali bin Abi Talib tiga puluh tujuh (37) ekor unta untuk dipotong dan membagikannya, jadi jumlah semuanya ada sebanyak seratus ekor unta.
Setelah selesai penyembelihan Rasulullah ﷺ menyuruh agar mengambil sebagian daging dari setiap sembelihan dan dimasaknya. Setelah masak Rasulullah dan Ali pun memakan sedikit dari masakan daging itu dan mencicipi kuahnya.
Kemudian Rasululah ﷺ mengendarai untanya dan bergerak sampai ke Ka’bah, di sana Rasulullah sholat dzuhur, setelah itu mengunjungi orang-orang Bani Abdul Muttalib yang menjaga air zam-zam dan memberi minum kepada para pengunjung.
Melihat situasi itu Rasulullah berkata:
"Ayo! Rebut Bani Abdul Muttalib, kalau tidak mengganggu orang banyak, pasti aku ikut serta merebutnya bersama-sama dengan kamu, hadirin pun mengulurkan air kepada Rasulullah dan Rasulullah ﷺ pun meminumnya dengan senang hati.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Sampai di Arafah di kawasan Namirah, Rasulullah ﷺ melihat sebuah kemah yang sudah didirikan untuk beliau. Rasulullah pun singgah sampai matahari terbenam di ufuk barat.
Rasulullah ﷺ minta agar unta Quswa' dibawa ke tempatnya, dari situ Rasulullah pun bergerak menuju ke Batan Wadi. Di sana sudah banyak orang berkumpul kurang lebih seratus ribu empat puluh empat orang.
Rasulullah ﷺ berdiri di depan mereka, kemudian menyampaikan khotbahnya:
"Wahai umatku sekalian, dengarlah kata-kataku ini, sebenarnya aku tidak tahu apakah aku masih bisa menemui kalian setelah tahun ini.
Sesungguhnya darahmu dan hartamu adalah haram seperti haramnya hari ini, bulan ini, dan tanah ini.
Ketahuilah bahwa semua urusan jahiliah sudah tertanam di bawah kakiku ini, darah-darah jahiliah telah tertanam. Darah jahiliah yang pertama kali aku hapuskan adalah darah Ibn
Rabiah bin Harith, kejadiannya dia ini dibunuh, ketika sedang mengambil susuan dari ibu susuannya Bani Saad.
Riba jahiliah juga sudah dihapuskan, dan riba pertama yang aku hapuskan adalah riba Abbas bin Abdul Mutalib, bahkan semuanya telah dihapuskan sama sekali.
Bertaqwalah kamu kepada Allah swt demi untuk melaksanakan hak kaum wanita, karena kamu telah mengambil mereka sebagai isteri dalam bentuk amanah Allah, kamu halal jima' dengan mereka dengan menyebut nama Allah, dan kaum wanita juga berkewajiban menjaga agar tidak ada seorang pun masuk ke kamarmu.
Sekiranya mereka berbuat demikian maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak parah, kepada mereka, kamu berkewajipan memberi rezeki dan pakaian dengan baik. Sesungguhnya telah aku tinggalkan kepadamu agar kamu tidak sesat setelah ini, berpeganglah kamu dengannya, yaitu kitab Allah.
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada nabi setelah aku, dan tidak ada umat lain selain kamu, ingatlah agar kamu menyembah Tuhanmu, tunaikanlah fardu sholat lima waktu, berpuasalah kamu di bulan Ramadhan, tunaikan zakat hartamu dengan ikhlas, tunaikan haji ke baitullah, dan taatilah pemerintahmu niscaya kamu masuk ke dalam syurga Rabb-mu.
Besuk kamu semua akan ditanya mengenai diriku, apa yang akan kamu katakan?
Maka kata mereka semua:
"Kami menyaksikan bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan dan menasihati kami".
Dengan mengangkat jari telunjuknya ke arah langit kemudian berkata lagi: "Ya Allah Ya Tuhanku, saksikanlah." (sebanyak tiga kali).
Adapun orang yang berteriak (sebagaiman pengeras suara) meneruskan ucapan Rasulullah kepada orang banyak di padang Arafah adalah Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf.
Setelah selesai menyampaikan khotbah, turunlah firman Allah:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوْذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيْحَةُ وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْۗ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَاَنْ تَسْتَقْسِمُوْا بِالْاَزْلَامِۗ ذٰلِكُمْ فِسْقٌۗ اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِۗ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
{Al-Ma'idah 5:3}
Ketika Umar mendengar firman Allah itu dia kemudian menangis dan ketika ditanya, mengapa dia menangis?
Jawab dia: "Karena setelah kesempurnaan akan menyusul pula kekurangan".
Setelah khotbah Rasulullah itu Bilal pun melantunkan azan dan iqamah untuk sholat dzuhur. Kemudian dia iqamah pula untuk sholat Ashar tanpa melakukan sholat lain di antara kedua-duanya.
Sesudah itu Rasulullah ﷺ menaiki untanya dan bergerak hingga sampai ke suatu tempat perhentian dengan membiarkan perut untanya Quswa' menyentuh bongkahan batu di situ, sedang barisan pejalan-pejalan kaki berjalan tidak melebihi sejauh pandangan ke depan. Di situ Rasulullah ﷺ menghadap ke arah qiblat,
Rasulullah ﷺ kemudian berdiri sampai matahari terbenam di ufuk langit sebelah barat dan cahaya kuning berangsur-angsur hilang. Usamah pun mengendalikan unta Rasulullah ﷺ sampai ke Muzdalifah, di sana Rasulullah menunaikan sholat Maghrib dan sholat Isya' dengan satu azan dan dua iqamah tanpa membaca apa-apa, tasbih sekali pun di antara kedua sholat itu.
Rasulullah ﷺ beristirahat, dan tidur hingga Subuh. Rasulullah pun menunaikan sholat Subuh, kemudian Rasulullah menaiki unta Quswa' dan berjalan sampai ke kawasan Haram (masyh'ar Haram), muka Rasulullah menghadap ke arah kiblat sambil berdoa, bertakbir, bertahlil dan bertahmid. Rasulullah berdiri di situ sampai waktu pagi.
Kemudian Rasulullah ﷺ bergerak lagi dari Muzdalifah ke Mina sebelum matahari naik. Di sini Fadhil bin Abbas mengikuti dari belakang unta Rasulullah sampai ke Batan Mahsar, dengan melalui jalan tengah yang menuju ke Jumrah Kubra.
Sampai di sana ada sebuah pohon yang dikenal dengan nama Jumrah Aqabah. Kemudian Rasulullah ﷺ melontar tujuh batu sambil bertakbir di setiap lontarannya dari Batan Wadi.
Setelah itu Rasulullah ﷺ menuju ke tempat pemotongan hewan. Sebanyak enam puluh tiga (63) ekor unta Rasulullah ﷺ berkurban, kemudian diserahkannya kepada Ali bin Abi Talib tiga puluh tujuh (37) ekor unta untuk dipotong dan membagikannya, jadi jumlah semuanya ada sebanyak seratus ekor unta.
Setelah selesai penyembelihan Rasulullah ﷺ menyuruh agar mengambil sebagian daging dari setiap sembelihan dan dimasaknya. Setelah masak Rasulullah dan Ali pun memakan sedikit dari masakan daging itu dan mencicipi kuahnya.
Kemudian Rasululah ﷺ mengendarai untanya dan bergerak sampai ke Ka’bah, di sana Rasulullah sholat dzuhur, setelah itu mengunjungi orang-orang Bani Abdul Muttalib yang menjaga air zam-zam dan memberi minum kepada para pengunjung.
Melihat situasi itu Rasulullah berkata:
"Ayo! Rebut Bani Abdul Muttalib, kalau tidak mengganggu orang banyak, pasti aku ikut serta merebutnya bersama-sama dengan kamu, hadirin pun mengulurkan air kepada Rasulullah dan Rasulullah ﷺ pun meminumnya dengan senang hati.
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 155
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 156
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Firasat Perpisahan
Setelah Dakwah Islamiah sempurna dan Islam menguasai keadaan maka tanda-tanda dan bahasa-bahasa pengucapan selamat tinggal kepada dunia dan kepada manusia mulai nampak di dalam ungkapan-ungkapan dan ucapan-ucapan Rasulullah ﷺ melalui perkataan dan perbuatannya.
Di dalam bulan Ramadhan tahun ke sepuluh Hijriah, Rasulullah beriktikaf di masjid selama dua puluh hari, sedang sebelumnya hanya sepuluh hari.
Di waktu itu Jibril mendatangi Rasulullah ﷺ untuk mengulang tadarus Alquran sebanyak dua kali.
Di dalam Hajji Wada' Rasulullah telah menyebut:
"Sebenarnya kemungkinan aku tidak akan bertemu kamu lagi setelah pertemuan kita di tahun ini".
Ketika di Jamrah Aqabah Rasulullah berkata: "Ambillah ibadah haji ini dariku, bisa jadi aku tidak akan mengerjakan haji lagi setelah tahun ini".
Surah Nasr turun di pertengahan hari-hari tasyrik, dari surat tersebut Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa itu adalah ucapan selamat tinggal dan pemberitahuan tentang kematiannya.
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
{An-Nasr 110:1 s/d 3}
Di permulaan Safar tahun sebelas (11) Hijriah Rasulullah ﷺ keluar menuju ke Uhud, Rasulullah sholat untuk para syuhada' sebagai ucapan selamat tinggal kepada semua yang hidup dan yang mati, dari Uhud Rasulullah kembali ke masjid naik ke atas mimbar dan bersabda:
"Sesungguhnya aku telah berbuat keras kepadamu, sesungguhnya aku adalah melihat kamu semua, demi Allah waktu ini aku sedang menyaksikan kolam airku (kurnia Rasulullah di hari perkiraan), aku telah diberi kunci khazanah kekayaan bumi atau kunci-kunci bumi, dan sesungguhnya aku tidak takut kamu menyekutukan Allah setelah kematianku, tetapi aku takut kamu berlomba-lomba karena dunia".
Di suatu malam Rasulullah ﷺ keluar menuju ke pemakaman Baqi', di sana Rasulullah memohon ampunan untuk penghuni di kubur dengan doanya:
"Assalamulaikum wahai penghuni kubur, tenanglah kamu, pada apa yang terjadi padamu, dengan apa yang terjadi pada orang lain, kini fitnah telah mulai tiba, bagai malam yang gelap pekat, ujungnnya menyusul permulaannya, ujungnya lebih buruk dari permulaannya". Di sini Rasulullah ﷺ menyampaikan berita gembira kepada mereka, dengan sabdanya:
"Sesungguhnya aku menyusul datang setelah kamu"
Permulaan Sakit
Di hari kedua puluh sembilan (29) bulan Safar tahun kesebelas (11) Hijriah, pada hari Senin, Rasulullah ﷺ berkesempatan menghadiri pemakaman jenazah di Baqi'. Di pertengahan jalan sekembalinya dari Baqi', Rasulullah merasa sakit kepala, panasnya terlalu tinggi, orang di sekitar Rasulullah ikut merasakan panasnya, terutama di atas kain balutan di kepala Rasulullah yang mulia itu.
Namun demikian Rasulullah ﷺ kemudian sholat dengan para kaum muslimin dalam keadaan Rasulullah mengalami kesakitan untuk selama sebelas hari, sedang keseluruhan hari sakit Rasulullah tiga belas (13) hari.
Pekan Terakhir
Sakit Rasulullah ﷺ semakin berat, isteri-isterinya berkata; "giliranku besok? giliranku besok?".
Akhirnya, semuanya memahami keadaan Rasulullah ﷺ, karena itu Rasulullah dipersilakan untuk duduk saja.
Kemudian Rasulullah minta berpindah ke rumah Aisyah, Rasulullah berjalan di papah antara Fadlu bin Abbas dan Ali bin Abi Talib, sedang kepala Rasulullah masih tertutup dengan kain, menapakkan kakinya selangkah demi selangkah sampai Rasulullah memasuki rumah Aisyah, di situ Rasulullah menghabiskan sisa umurnya yang sepekan itu.
Aisyah kemudian membaca surah-surah Muawwizah, dan doa-doa lain yang dia terima dari Rasulullah ﷺ. Dia meniupkannya ke badan Rasulullah ﷺ dan mengusap dengan tangan Rasulullah untuk mendapatkan keberkatan.
Lima hari sebelum meniggal
Pada hari Rabu yaitu lima hari sebelum meninggal, panas badan Rasulullah semakin meningkat, Rasulullah ﷺ semakin bertambah sakit dan pening, menyebabkan Rasulullah meminta dengan sabdanya:
"Siramkan kepadaku tujuh gayung air dari berbagai telaga agar aku dapat keluar menemui orang banyak dan aku bisa bertemu dengan mereka".
Sahabat-sahabat yang hadir di situ membiarkan Rasuiullah duduk di atas tikar kemudian mereka mencucuri air ke seluruh badan Rasuiullah, hingga Rasuiullah ﷺ berkata: "cukup, cukup".
Pada saat itu Rasuiullah ﷺ merasa sakitnya berkurang, kemudian Rasulullah memasuki Masjid sedang kepalanya masih terbalut dengan kain, lalu Rasulullah duduk di atas mimbar dan menyampaikan kata-kata kepada orang banyak.
Ketika itu para sahabat dan khalayak pun mengerumuni, kemudian Rasulullah bersabda:
"Laknat Allah kepada kaum Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan kubur-kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah"
Dalam riwayat yang lain "Allah mengutuk bangsa Yahudi dan Nasrani yang telah menjadikan kubur-kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah"
dan sabdanya:
"Jangan sekali-kali kamu menjadikan kuburku sebagai berhala yang disembah"
Tidak lupa Rasulullah menawarkan kepada khalayak untuk menuntut bela kepada dirinya dengan berkata:
"Siapa di antara kamu yang telah aku pukul belakangnya, ini belakangku siap untuk menerima balas pemukulan, dan siapa pun yang telah aku caci maki harga dirinya, nah ini dia harga diriku siap, untuk yang menuntut balas".
Kemudian Rasulullah ﷺ turun dari minbar dan menunaikan sholat Dzuhur dan kembali duduk di atas mimbar mengulangi soal pembalasan dan yang lain-lain hingga salah seorang yang hadir berkata:
"Rasulullah ﷺ telah berhutang dari aku sebanyak tiga dirham yang belum jelas"
Maka kata Rasulullah ﷺ: "Fadhl! Jelaskan kepadanya".
Kemudian Rasulullah mewasiatkan dan berpesan kepada orang-orang Anshor dengan sabdanya:
"Aku berpesan kepada kamu sekalian, bersikap baiklah terhadap Anshor, mereka itu adalah perut dan bekal untukku, mereka telah melaksanakan kewajiban mereka, yang belum terlaksana adalah hak mereka. Untuk itu balaslah kebaikan mereka dan beri maaf kesalahan mereka"
Katanya pula: "Sesungguhnya aku ini seorang hamba Allah yang telah diberi pilihan untuk menerima kemewahan dunia secukupnya atau memilih kedudukan di sisi-Nya, di sini aku telah memilih kedudukan di sisi-Nya"
Kemudian Rasulullah pun berkata pula:
Sesungguhnya orang yang paling selamat dalam bersahabat dan juga merupakan hartaku adalah Abu Bakar, seandainya aku harus mengambil teman selain dari Allah niscaya aku memilih Abu Bakar. tetapi dia adalah saudara, dan mempunyai hubungan dekat di dalam Islam, karena itu semua pintu rumah ke masjid harus ditutup kecuali pintu rumah Abu Bakar.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Setelah Dakwah Islamiah sempurna dan Islam menguasai keadaan maka tanda-tanda dan bahasa-bahasa pengucapan selamat tinggal kepada dunia dan kepada manusia mulai nampak di dalam ungkapan-ungkapan dan ucapan-ucapan Rasulullah ﷺ melalui perkataan dan perbuatannya.
Di dalam bulan Ramadhan tahun ke sepuluh Hijriah, Rasulullah beriktikaf di masjid selama dua puluh hari, sedang sebelumnya hanya sepuluh hari.
Di waktu itu Jibril mendatangi Rasulullah ﷺ untuk mengulang tadarus Alquran sebanyak dua kali.
Di dalam Hajji Wada' Rasulullah telah menyebut:
"Sebenarnya kemungkinan aku tidak akan bertemu kamu lagi setelah pertemuan kita di tahun ini".
Ketika di Jamrah Aqabah Rasulullah berkata: "Ambillah ibadah haji ini dariku, bisa jadi aku tidak akan mengerjakan haji lagi setelah tahun ini".
Surah Nasr turun di pertengahan hari-hari tasyrik, dari surat tersebut Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa itu adalah ucapan selamat tinggal dan pemberitahuan tentang kematiannya.
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
{An-Nasr 110:1 s/d 3}
Di permulaan Safar tahun sebelas (11) Hijriah Rasulullah ﷺ keluar menuju ke Uhud, Rasulullah sholat untuk para syuhada' sebagai ucapan selamat tinggal kepada semua yang hidup dan yang mati, dari Uhud Rasulullah kembali ke masjid naik ke atas mimbar dan bersabda:
"Sesungguhnya aku telah berbuat keras kepadamu, sesungguhnya aku adalah melihat kamu semua, demi Allah waktu ini aku sedang menyaksikan kolam airku (kurnia Rasulullah di hari perkiraan), aku telah diberi kunci khazanah kekayaan bumi atau kunci-kunci bumi, dan sesungguhnya aku tidak takut kamu menyekutukan Allah setelah kematianku, tetapi aku takut kamu berlomba-lomba karena dunia".
Di suatu malam Rasulullah ﷺ keluar menuju ke pemakaman Baqi', di sana Rasulullah memohon ampunan untuk penghuni di kubur dengan doanya:
"Assalamulaikum wahai penghuni kubur, tenanglah kamu, pada apa yang terjadi padamu, dengan apa yang terjadi pada orang lain, kini fitnah telah mulai tiba, bagai malam yang gelap pekat, ujungnnya menyusul permulaannya, ujungnya lebih buruk dari permulaannya". Di sini Rasulullah ﷺ menyampaikan berita gembira kepada mereka, dengan sabdanya:
"Sesungguhnya aku menyusul datang setelah kamu"
Permulaan Sakit
Di hari kedua puluh sembilan (29) bulan Safar tahun kesebelas (11) Hijriah, pada hari Senin, Rasulullah ﷺ berkesempatan menghadiri pemakaman jenazah di Baqi'. Di pertengahan jalan sekembalinya dari Baqi', Rasulullah merasa sakit kepala, panasnya terlalu tinggi, orang di sekitar Rasulullah ikut merasakan panasnya, terutama di atas kain balutan di kepala Rasulullah yang mulia itu.
Namun demikian Rasulullah ﷺ kemudian sholat dengan para kaum muslimin dalam keadaan Rasulullah mengalami kesakitan untuk selama sebelas hari, sedang keseluruhan hari sakit Rasulullah tiga belas (13) hari.
Pekan Terakhir
Sakit Rasulullah ﷺ semakin berat, isteri-isterinya berkata; "giliranku besok? giliranku besok?".
Akhirnya, semuanya memahami keadaan Rasulullah ﷺ, karena itu Rasulullah dipersilakan untuk duduk saja.
Kemudian Rasulullah minta berpindah ke rumah Aisyah, Rasulullah berjalan di papah antara Fadlu bin Abbas dan Ali bin Abi Talib, sedang kepala Rasulullah masih tertutup dengan kain, menapakkan kakinya selangkah demi selangkah sampai Rasulullah memasuki rumah Aisyah, di situ Rasulullah menghabiskan sisa umurnya yang sepekan itu.
Aisyah kemudian membaca surah-surah Muawwizah, dan doa-doa lain yang dia terima dari Rasulullah ﷺ. Dia meniupkannya ke badan Rasulullah ﷺ dan mengusap dengan tangan Rasulullah untuk mendapatkan keberkatan.
Lima hari sebelum meniggal
Pada hari Rabu yaitu lima hari sebelum meninggal, panas badan Rasulullah semakin meningkat, Rasulullah ﷺ semakin bertambah sakit dan pening, menyebabkan Rasulullah meminta dengan sabdanya:
"Siramkan kepadaku tujuh gayung air dari berbagai telaga agar aku dapat keluar menemui orang banyak dan aku bisa bertemu dengan mereka".
Sahabat-sahabat yang hadir di situ membiarkan Rasuiullah duduk di atas tikar kemudian mereka mencucuri air ke seluruh badan Rasuiullah, hingga Rasuiullah ﷺ berkata: "cukup, cukup".
Pada saat itu Rasuiullah ﷺ merasa sakitnya berkurang, kemudian Rasulullah memasuki Masjid sedang kepalanya masih terbalut dengan kain, lalu Rasulullah duduk di atas mimbar dan menyampaikan kata-kata kepada orang banyak.
Ketika itu para sahabat dan khalayak pun mengerumuni, kemudian Rasulullah bersabda:
"Laknat Allah kepada kaum Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan kubur-kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah"
Dalam riwayat yang lain "Allah mengutuk bangsa Yahudi dan Nasrani yang telah menjadikan kubur-kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah"
dan sabdanya:
"Jangan sekali-kali kamu menjadikan kuburku sebagai berhala yang disembah"
Tidak lupa Rasulullah menawarkan kepada khalayak untuk menuntut bela kepada dirinya dengan berkata:
"Siapa di antara kamu yang telah aku pukul belakangnya, ini belakangku siap untuk menerima balas pemukulan, dan siapa pun yang telah aku caci maki harga dirinya, nah ini dia harga diriku siap, untuk yang menuntut balas".
Kemudian Rasulullah ﷺ turun dari minbar dan menunaikan sholat Dzuhur dan kembali duduk di atas mimbar mengulangi soal pembalasan dan yang lain-lain hingga salah seorang yang hadir berkata:
"Rasulullah ﷺ telah berhutang dari aku sebanyak tiga dirham yang belum jelas"
Maka kata Rasulullah ﷺ: "Fadhl! Jelaskan kepadanya".
Kemudian Rasulullah mewasiatkan dan berpesan kepada orang-orang Anshor dengan sabdanya:
"Aku berpesan kepada kamu sekalian, bersikap baiklah terhadap Anshor, mereka itu adalah perut dan bekal untukku, mereka telah melaksanakan kewajiban mereka, yang belum terlaksana adalah hak mereka. Untuk itu balaslah kebaikan mereka dan beri maaf kesalahan mereka"
Katanya pula: "Sesungguhnya aku ini seorang hamba Allah yang telah diberi pilihan untuk menerima kemewahan dunia secukupnya atau memilih kedudukan di sisi-Nya, di sini aku telah memilih kedudukan di sisi-Nya"
Kemudian Rasulullah pun berkata pula:
Sesungguhnya orang yang paling selamat dalam bersahabat dan juga merupakan hartaku adalah Abu Bakar, seandainya aku harus mengambil teman selain dari Allah niscaya aku memilih Abu Bakar. tetapi dia adalah saudara, dan mempunyai hubungan dekat di dalam Islam, karena itu semua pintu rumah ke masjid harus ditutup kecuali pintu rumah Abu Bakar.
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 157
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Sebelum Meninggal
Di hari Khamis yaitu empat hari sebelum meninggal, sakit Rasulullah semakin berat, Rasulullah ﷺ meminta:
"Tolong bawa ke mari alat tulis, aku akan menulis untukmu wasiat, dengan wasiat itu kamu tidak akan sesat setelah itu".
Di dalam rumah ketika itu ada beberapa sahabat di antara mereka adalah Umar Ibn Khattab, dan dia berkata:
"Kini Rasulullah mengalami kesakitan yang dahsyat, bukankah sudah ada Alquran, sudah cukup dengan kita kitab Allah itu".
Ahli keluarga Rasulullah berselisih pendapat, di antara mereka mengatakan: "Ayo berikan sesuatu untuk Rasulullah tulis".
Dan di antara mereka ada juga mengatakan sebagaimana pendapat Umar. Hingga terjadi silang pendapat di antara mereka, kemudian Rasulullah ﷺ berkata:
"Ayo! Kamu semua keluar dari sini".
Di hari itu Rasulullah ﷺ membuat tiga wasiat yaitu:
~ Rasulullah berpesan agar kaum Yahudi, Nasrani dan Musyrikin di keluarkan dari Semenanjung Tanah Arab, selanjutnya
~ Rasulullah berpesan agar membenarkan kedatangan para perwakilan sebagaimana yang pernah Rasulullah lakukan.
~ Adapun wasiat yang ketiga agar berpegang dengan kitab Allah dan sunnah
Rasulullah, meneruskan pengiriman tentara Islam pimpinan Usamah, dan perintah untuk sholat dan membuat hubungan baik dengan sesama umat.
Walaupun nabi dalam keadaan sakit namun Rasulullah ﷺ kemudian sholat, menjadi imam sholat berjamaah, Di hari itu Rasulullah ﷺ sholat maghrib dengan membaca surah "Mursalat".
Ketika waktu sholat Isya' sakit Rasulullah ﷺ bertambah berat, menyebabkan Rasulullah tidak berdaya untuk keluar ke masjid, kata Aisyah:
Rasulullah ﷺ bersabda: "Apakah orang-orang sudah sholat?". Kata kami: "Tidak wahai Rasulullah, mereka semua sedang menunggu paduka".
Kata Rasulullah lagi: "Sediakan air di dalam panci itu". Kami pun melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah, dengan air itu Rasulullah pun bersuci, dan berdiri namun Rasulullah kemudian setengah pingsan kemudian masih bertanya pula:
"Apakah orang-orang sudah sholat." Kejadian pingsan ini berulang kali terjadi seperti yang pertama yaitu setelah Rasulullah bersuci, akhirnya Rasulullah menyuruh Abu Bakar mengimami sholat orang banyak.
Abu Bakar pun melaksanakan perintah Rasulullah mengimami orang banyak untuk hari-hari itu sebanyak tujuh belas (17) waktu sholat, ketika Rasulullah ﷺ masih hidup.
Aisyah telah meminta Rasulullah memberikan petunjuknya, agar imam masjid bisa dilakukan orang lain, agar orang banyak tidak mempunyai anggapan tidak baik, namun Rasulullah tetap menolak dan berkata:
"Kamu semua adalah wanita-wanita pencinta Yusuf, banyak berdalih, ayo suruh Abu Bakar sholat menjadi imam."
Sehari Sebelum Wafat
Di hari Ahad nabi ﷺ merasa dirinya ringan sedikit, kemudian Rasulullah keluar dengan dibantu oleh dua orang untuk sholat Dzuhur, sedang Abu Bakar menjadi imam sholat untuk orang banyak. Ketika Abu Bakar menjadi imam, terlihat Rasulullah mundur ke belakang, tetapi Rasulullah ﷺ memberi isyarat agar dia jangan mundur, Rasulullah menyuruh dua orang yang membantu Rasulullah agar mendudukkan Rasulullah sebelah Abu Bakar, mereka berdua pun mendudukkan Rasulullah ﷺ di sebelah kiri Abu Bakar, dan Abu Bakar mengikuti (beriqtida') dengan Rasulullah di dalam sholatnya, di samping memperdengarkan takbir-takbir kepada para jamaah.
Pada hari Ahad yaitu sehari sebelum wafat, Rasulullah ﷺ memerdekakan semua hamba sahaya, bersedekah dengan tujuh dinar yang Rasulullah miliki pada saat itu, semua senjata-senjatanya diberikan kepada kaum muslimin. Pada malam hari Aisyah meminjam minyak untuk menghidupkan lampu dari tetangganya, baju besi Rasulullah tergadai pada seorang Yahudi sebesar tiga puluh (30) cupak.
Hari Terakhir dalam Hayat Rasulullah
Anas bin Malik meriwayatkan:
Semua kaum muslimin yang sedang sholat Subuh di belakang Abu Bakar di hari Senin itu dikejut oleh kemunculan Rasulullah dari sebelah tabir kamar Aisyah Rasulullah melihat dan memberi senyumannya, Abu Bakar pun mundur ke belakang untuk menyertai barisan di belakang, karena dia menyangka Rasulullah akan keluar sholat.
Kata Anas lagi:
Hampir-hampir para jamaah sholat terpesona, mereka gembira melihat Rasulullah ﷺ, namun Rasulullah memberi isyarat kepada mereka agar meneruskan sholat. Setelah itu Rasulullah melepaskan tabir dan masuk ke dalam. Kemudian Rasulullah ﷺ tidak memiliki kesempatan lagi untuk sholat lima waktu yang lain.
Ketika siang semakin cerah Rasulullah ﷺ menjemput Fatimah dan berbisik kepadanya, yang menyebabkan Fatimah menangis, setelah itu Rasulullah memanggil Fatimah lagi dan membisikkan sesuatu lagi kepadanya, bisikan yang kedua menyebabkan Fatimah tersenyum, kemudian Aisyah berkata: Kami pun bertanya apa ceritanya?
Jawab Fatimah:
"Rasulullah membisikkan bahwa Allah akan menjemputnya melalui sakit yang Rasulullah alami ini, itulah yang membawa aku menangis, pada kali kedua Rasulullah ﷺ membisikkan bahwa aku ahli keluarganya yang diwafatkan Allah setelah Rasulullah, itulah yang menyebabkan aku tersenyum".
Selain itu Rasulullah ﷺ juga memberi kabar gembira (tabsyir) kepada Fatimah bahwa dia adalah Nisa' 'Alamin (Penghulu Wanita Dunia).
Fatimah melihat beban kesakitan dialami oleh Rasulullah ﷺ terlalu berat. Dia berkata: "Alangkah berat cobaan bapak". Jawab Rasulullah ﷺ: "Tidak ada cobaan lagi untuk bapakmu setelah hari ini".
Di saat ini Rasulullah ﷺ memanggil Hasan dan Husain dan Rasulullah mencium keduanya sambil berwasiat kepada mereka berdua dengan kebaikan, kemudian Rasulullah menjemput isteri-isterinya, menasihati dan memperingatkan mereka.
Kesakitan semakin bertambah, dan kesan racun sebagaimana yang dirasakan Rasulullah sebagaimana di hari Khaibar, menyebabkan Rasulullah berkata: "Wahai Aisyah kini aku masih terasa sakit seperti makanan di hari Khaibar dahulu, inilah waktunya aku merasakan nafasku sesak terputus-putus karena kesan racun itu".
Rasulullah mewasiatkan orang banyak dengan sabdanya: "Sholat, sholat dan berbuat baiklah kepada hamba sahaya milik kamu". Rasulullah mengulangi ungkapan ini berkali-kali.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Di hari Khamis yaitu empat hari sebelum meninggal, sakit Rasulullah semakin berat, Rasulullah ﷺ meminta:
"Tolong bawa ke mari alat tulis, aku akan menulis untukmu wasiat, dengan wasiat itu kamu tidak akan sesat setelah itu".
Di dalam rumah ketika itu ada beberapa sahabat di antara mereka adalah Umar Ibn Khattab, dan dia berkata:
"Kini Rasulullah mengalami kesakitan yang dahsyat, bukankah sudah ada Alquran, sudah cukup dengan kita kitab Allah itu".
Ahli keluarga Rasulullah berselisih pendapat, di antara mereka mengatakan: "Ayo berikan sesuatu untuk Rasulullah tulis".
Dan di antara mereka ada juga mengatakan sebagaimana pendapat Umar. Hingga terjadi silang pendapat di antara mereka, kemudian Rasulullah ﷺ berkata:
"Ayo! Kamu semua keluar dari sini".
Di hari itu Rasulullah ﷺ membuat tiga wasiat yaitu:
~ Rasulullah berpesan agar kaum Yahudi, Nasrani dan Musyrikin di keluarkan dari Semenanjung Tanah Arab, selanjutnya
~ Rasulullah berpesan agar membenarkan kedatangan para perwakilan sebagaimana yang pernah Rasulullah lakukan.
~ Adapun wasiat yang ketiga agar berpegang dengan kitab Allah dan sunnah
Rasulullah, meneruskan pengiriman tentara Islam pimpinan Usamah, dan perintah untuk sholat dan membuat hubungan baik dengan sesama umat.
Walaupun nabi dalam keadaan sakit namun Rasulullah ﷺ kemudian sholat, menjadi imam sholat berjamaah, Di hari itu Rasulullah ﷺ sholat maghrib dengan membaca surah "Mursalat".
Ketika waktu sholat Isya' sakit Rasulullah ﷺ bertambah berat, menyebabkan Rasulullah tidak berdaya untuk keluar ke masjid, kata Aisyah:
Rasulullah ﷺ bersabda: "Apakah orang-orang sudah sholat?". Kata kami: "Tidak wahai Rasulullah, mereka semua sedang menunggu paduka".
Kata Rasulullah lagi: "Sediakan air di dalam panci itu". Kami pun melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah, dengan air itu Rasulullah pun bersuci, dan berdiri namun Rasulullah kemudian setengah pingsan kemudian masih bertanya pula:
"Apakah orang-orang sudah sholat." Kejadian pingsan ini berulang kali terjadi seperti yang pertama yaitu setelah Rasulullah bersuci, akhirnya Rasulullah menyuruh Abu Bakar mengimami sholat orang banyak.
Abu Bakar pun melaksanakan perintah Rasulullah mengimami orang banyak untuk hari-hari itu sebanyak tujuh belas (17) waktu sholat, ketika Rasulullah ﷺ masih hidup.
Aisyah telah meminta Rasulullah memberikan petunjuknya, agar imam masjid bisa dilakukan orang lain, agar orang banyak tidak mempunyai anggapan tidak baik, namun Rasulullah tetap menolak dan berkata:
"Kamu semua adalah wanita-wanita pencinta Yusuf, banyak berdalih, ayo suruh Abu Bakar sholat menjadi imam."
Sehari Sebelum Wafat
Di hari Ahad nabi ﷺ merasa dirinya ringan sedikit, kemudian Rasulullah keluar dengan dibantu oleh dua orang untuk sholat Dzuhur, sedang Abu Bakar menjadi imam sholat untuk orang banyak. Ketika Abu Bakar menjadi imam, terlihat Rasulullah mundur ke belakang, tetapi Rasulullah ﷺ memberi isyarat agar dia jangan mundur, Rasulullah menyuruh dua orang yang membantu Rasulullah agar mendudukkan Rasulullah sebelah Abu Bakar, mereka berdua pun mendudukkan Rasulullah ﷺ di sebelah kiri Abu Bakar, dan Abu Bakar mengikuti (beriqtida') dengan Rasulullah di dalam sholatnya, di samping memperdengarkan takbir-takbir kepada para jamaah.
Pada hari Ahad yaitu sehari sebelum wafat, Rasulullah ﷺ memerdekakan semua hamba sahaya, bersedekah dengan tujuh dinar yang Rasulullah miliki pada saat itu, semua senjata-senjatanya diberikan kepada kaum muslimin. Pada malam hari Aisyah meminjam minyak untuk menghidupkan lampu dari tetangganya, baju besi Rasulullah tergadai pada seorang Yahudi sebesar tiga puluh (30) cupak.
Hari Terakhir dalam Hayat Rasulullah
Anas bin Malik meriwayatkan:
Semua kaum muslimin yang sedang sholat Subuh di belakang Abu Bakar di hari Senin itu dikejut oleh kemunculan Rasulullah dari sebelah tabir kamar Aisyah Rasulullah melihat dan memberi senyumannya, Abu Bakar pun mundur ke belakang untuk menyertai barisan di belakang, karena dia menyangka Rasulullah akan keluar sholat.
Kata Anas lagi:
Hampir-hampir para jamaah sholat terpesona, mereka gembira melihat Rasulullah ﷺ, namun Rasulullah memberi isyarat kepada mereka agar meneruskan sholat. Setelah itu Rasulullah melepaskan tabir dan masuk ke dalam. Kemudian Rasulullah ﷺ tidak memiliki kesempatan lagi untuk sholat lima waktu yang lain.
Ketika siang semakin cerah Rasulullah ﷺ menjemput Fatimah dan berbisik kepadanya, yang menyebabkan Fatimah menangis, setelah itu Rasulullah memanggil Fatimah lagi dan membisikkan sesuatu lagi kepadanya, bisikan yang kedua menyebabkan Fatimah tersenyum, kemudian Aisyah berkata: Kami pun bertanya apa ceritanya?
Jawab Fatimah:
"Rasulullah membisikkan bahwa Allah akan menjemputnya melalui sakit yang Rasulullah alami ini, itulah yang membawa aku menangis, pada kali kedua Rasulullah ﷺ membisikkan bahwa aku ahli keluarganya yang diwafatkan Allah setelah Rasulullah, itulah yang menyebabkan aku tersenyum".
Selain itu Rasulullah ﷺ juga memberi kabar gembira (tabsyir) kepada Fatimah bahwa dia adalah Nisa' 'Alamin (Penghulu Wanita Dunia).
Fatimah melihat beban kesakitan dialami oleh Rasulullah ﷺ terlalu berat. Dia berkata: "Alangkah berat cobaan bapak". Jawab Rasulullah ﷺ: "Tidak ada cobaan lagi untuk bapakmu setelah hari ini".
Di saat ini Rasulullah ﷺ memanggil Hasan dan Husain dan Rasulullah mencium keduanya sambil berwasiat kepada mereka berdua dengan kebaikan, kemudian Rasulullah menjemput isteri-isterinya, menasihati dan memperingatkan mereka.
Kesakitan semakin bertambah, dan kesan racun sebagaimana yang dirasakan Rasulullah sebagaimana di hari Khaibar, menyebabkan Rasulullah berkata: "Wahai Aisyah kini aku masih terasa sakit seperti makanan di hari Khaibar dahulu, inilah waktunya aku merasakan nafasku sesak terputus-putus karena kesan racun itu".
Rasulullah mewasiatkan orang banyak dengan sabdanya: "Sholat, sholat dan berbuat baiklah kepada hamba sahaya milik kamu". Rasulullah mengulangi ungkapan ini berkali-kali.
Sejarah Rasulullah Muhammad SAW
Bagian 158
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Nazak (sakaratul maut)
Saat nazak mendatangi Rasulullah ﷺ, Aisyah membiarkan Rasulullah ﷺ bersandar di dadanya. Hal ini dia ceritakan olehnya:
"Sebenarnya di antara nikmat anugerah Allah kepadaku pada saat Rasulullah meninggal di rumahku, di hari giliranku, di antara dada dan leherku, dan menautkan antara liurku dan liur Rasulullah Ketika Rasulullah meninggal.
Sebelum itu Abdul Rahman bin Abu Bakar telah masuk ke kamar dengan memegang kayu suginya, dan aku membiarkan Rasulullah ﷺ bersandar, kulihat Rasulullah ﷺ memperhatikan ke arahnya, aku sadar bahwa Rasulullah ﷺ suka akan siwak (sugi) tersebut. Maka aku bertanya: "Maukah aku ambil untukmu Rasulullah?" Rasulullah ﷺ pun mengangguk, kemudian aku berikan siwak kepada Rasulullah, tetapi siwaknya agar keras dan aku berkata: "Biarkan aku melunakkannya?"
Rasulullah menganguk, kemudian aku pun melembutkannya, kemudian Rasulullah ﷺ pun bersugi dengannya".
Dalam satu riwayat lain diriwayatkan, Rasulullah bersugi dengan sepuas-puasnya, pada waktu itu ada sebuah bejana berisi air di depan Rasulullah, Rasulullah memasukkan
tangannya kemudian menyapukan air ke mukanya sambil berkata: "Sebenarnya kematian ini ada sakaratnya" - hadits.
Tidak berapa lama setelah Rasulullah selesai menyugi giginya, Rasulullah pun mengangkat tangannya dan jarinya menunjuk ke langit diikuti dengan renungan mata yang sayu, disusuli dengan gerakan bibirnya.
Aisyah mendengar ungkapan terakhir yang dilafazkan oleh Rasulullah ﷺ seperti berikut:
"Bersama-sama dengan mereka yang telah Engkau karuniai dan golongan para nabi, siddiqin, syuhada' dan salihin, Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah aku dan kasihanilah aku, letakkanlah aku dengan Kekasih yang Tertinggi, Ya Allah Ya Tuhanku Kekasih yang Tertinggi. "
Rasulullah mengulangi lafaz yang terakhir sebanyak tiga kali dan tangan Rasulullah pun layu turun ke bawah, maka Rasulullah pun kemudian bersama Kekasih Yang Tertinggi.
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ
inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun
"Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kita kembali". Al-Baqarah 156
Peristiwa meninggalnya Rasulullah ini terjadi pada saat pagi matahari sudah mulai naik, pada hari Senin dua belas (12) Rabiulawwal tahun kesebelas (11) Hijriah di waktu usia Rasulullah genap enam puluh tiga (63) tahun lebih empat (4) hari.
Kepiluan Menyelubungi Para Sahabat
Kini berita meninggalnya Rasulullah yang memilukan itu tersebar luas, suasana muram menyelubungi tanah Madinah, kata Anas:
"Tidak pernah aku melihat satu hari lebih ceria dan bercahaya dari hari kedatangan Rasulullah ﷺ ke Madinah dan tidak pernah pula aku lihat satu hari yang lebih buruk dan muram dari hari meninggal Rasulullah ﷺ".
Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ puteri Rasulullah, Fatimah telah mengucapkan suatu ungkapan:
"Duhai ayahku, kau menyahut seruan Tuhanmu, duhai ayahku, syurga Firdaus akhirmu, duhai ayahku, kepada Jibril jua kami bertakziah mengenai kewafatanmu"
Sikap Umar
Di hari itu Umar telah berdiri di depan khalayak dan menurut riwayat menceritakan bahwa dia telah mengigau dengan berkata:
"Sebenarnya ada beberapa orang munafiqin telah menyebut bahwa Rasulullah telah wafat, sesungguhnya Rasulullah ﷺ tidak wafat, cuma dia pergi menemui Tuhannya seperti Musa bin Amran pergi menemui Tuhannya, Musa menghilang diri untuk selama empat puluh malam, kemudian Musa pulang kembali setelah orang berkata, ya Musa telah mati. Demi Allah, Rasulullah ﷺ pasti akan pulang kembali, siapa pun yang menyangka bahwa Rasulullah ﷺ telah wafat mesti dipotong tangan dan kaki-kaki mereka.
Pendirian Abu Bakar
Abu Bakar menyambuk kudanya, berlari dari rumahnya di Sanh, sesampainya di perkarangan masjid dia kemudian masuk ke dalam masjid. Tanpa bicara sepatah kata pun dengan orang banyak, dia memasuki kamar Aisyah menuju ke tempat Rasulullah yang sedang berbaring ditutup dengan kain. Dia membuka tutup muka Rasulullah ﷺ, kemudian memeluk dan mencium muka Rasulullah sambil menangis dan berkata:
"Demi dikaulah ibu ayahku, Allah tidak akan mengenakan kau dua kematian, adapun kematian yang telah ditentukan kepada mu ini sudah kau hadapinya".
Setelah itu Abu Bakar dan Umar keluar menemui orang banyak, Abu Bakar berkata: "Wahai Umar silakan duduk" Namun Umar enggan untuk duduk. Orang banyak pun mengerumuni Abu Bakar dan membiarkan Umar di situ. Abu Bakar berkata kepada semua yang hadir:
"Setelah mengucap tahmid dan syukur maka ingin aku sampaikan di sini, siapa pun di antara kamu yang menyembah Muhammad sesungguhnya Muhammad telah meninggal dan siapa pun yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah itu hidup dan tidak akan mati ".
Kemudian dia membaca ayat Allah:
وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
{Ali 'Imran 3:144}
Kata Ibn Abas: Demi Allah, pada waktu itu manusia banyak yang tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini kecuali setelah Abu Bakar membacanya, dengan itu orang banyak pun menerima dan membacanya.
Kata Ibn Musaiyab: Umar telah menyebut:
"Demi Allah, setelah aku mendengar apa yang disampaikan oleh Abu Bakar, kakiku merasa tidak berdaya lagi untuk berdiri, kemudian aku terkulai ke tanah, karena apa yang disampaikan oleh Abu Bakar itu, telah memastikan bahwa Rasulullah meninggal".
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Saat nazak mendatangi Rasulullah ﷺ, Aisyah membiarkan Rasulullah ﷺ bersandar di dadanya. Hal ini dia ceritakan olehnya:
"Sebenarnya di antara nikmat anugerah Allah kepadaku pada saat Rasulullah meninggal di rumahku, di hari giliranku, di antara dada dan leherku, dan menautkan antara liurku dan liur Rasulullah Ketika Rasulullah meninggal.
Sebelum itu Abdul Rahman bin Abu Bakar telah masuk ke kamar dengan memegang kayu suginya, dan aku membiarkan Rasulullah ﷺ bersandar, kulihat Rasulullah ﷺ memperhatikan ke arahnya, aku sadar bahwa Rasulullah ﷺ suka akan siwak (sugi) tersebut. Maka aku bertanya: "Maukah aku ambil untukmu Rasulullah?" Rasulullah ﷺ pun mengangguk, kemudian aku berikan siwak kepada Rasulullah, tetapi siwaknya agar keras dan aku berkata: "Biarkan aku melunakkannya?"
Rasulullah menganguk, kemudian aku pun melembutkannya, kemudian Rasulullah ﷺ pun bersugi dengannya".
Dalam satu riwayat lain diriwayatkan, Rasulullah bersugi dengan sepuas-puasnya, pada waktu itu ada sebuah bejana berisi air di depan Rasulullah, Rasulullah memasukkan
tangannya kemudian menyapukan air ke mukanya sambil berkata: "Sebenarnya kematian ini ada sakaratnya" - hadits.
Tidak berapa lama setelah Rasulullah selesai menyugi giginya, Rasulullah pun mengangkat tangannya dan jarinya menunjuk ke langit diikuti dengan renungan mata yang sayu, disusuli dengan gerakan bibirnya.
Aisyah mendengar ungkapan terakhir yang dilafazkan oleh Rasulullah ﷺ seperti berikut:
"Bersama-sama dengan mereka yang telah Engkau karuniai dan golongan para nabi, siddiqin, syuhada' dan salihin, Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah aku dan kasihanilah aku, letakkanlah aku dengan Kekasih yang Tertinggi, Ya Allah Ya Tuhanku Kekasih yang Tertinggi. "
Rasulullah mengulangi lafaz yang terakhir sebanyak tiga kali dan tangan Rasulullah pun layu turun ke bawah, maka Rasulullah pun kemudian bersama Kekasih Yang Tertinggi.
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ
inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun
"Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kita kembali". Al-Baqarah 156
Peristiwa meninggalnya Rasulullah ini terjadi pada saat pagi matahari sudah mulai naik, pada hari Senin dua belas (12) Rabiulawwal tahun kesebelas (11) Hijriah di waktu usia Rasulullah genap enam puluh tiga (63) tahun lebih empat (4) hari.
Kepiluan Menyelubungi Para Sahabat
Kini berita meninggalnya Rasulullah yang memilukan itu tersebar luas, suasana muram menyelubungi tanah Madinah, kata Anas:
"Tidak pernah aku melihat satu hari lebih ceria dan bercahaya dari hari kedatangan Rasulullah ﷺ ke Madinah dan tidak pernah pula aku lihat satu hari yang lebih buruk dan muram dari hari meninggal Rasulullah ﷺ".
Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ puteri Rasulullah, Fatimah telah mengucapkan suatu ungkapan:
"Duhai ayahku, kau menyahut seruan Tuhanmu, duhai ayahku, syurga Firdaus akhirmu, duhai ayahku, kepada Jibril jua kami bertakziah mengenai kewafatanmu"
Sikap Umar
Di hari itu Umar telah berdiri di depan khalayak dan menurut riwayat menceritakan bahwa dia telah mengigau dengan berkata:
"Sebenarnya ada beberapa orang munafiqin telah menyebut bahwa Rasulullah telah wafat, sesungguhnya Rasulullah ﷺ tidak wafat, cuma dia pergi menemui Tuhannya seperti Musa bin Amran pergi menemui Tuhannya, Musa menghilang diri untuk selama empat puluh malam, kemudian Musa pulang kembali setelah orang berkata, ya Musa telah mati. Demi Allah, Rasulullah ﷺ pasti akan pulang kembali, siapa pun yang menyangka bahwa Rasulullah ﷺ telah wafat mesti dipotong tangan dan kaki-kaki mereka.
Pendirian Abu Bakar
Abu Bakar menyambuk kudanya, berlari dari rumahnya di Sanh, sesampainya di perkarangan masjid dia kemudian masuk ke dalam masjid. Tanpa bicara sepatah kata pun dengan orang banyak, dia memasuki kamar Aisyah menuju ke tempat Rasulullah yang sedang berbaring ditutup dengan kain. Dia membuka tutup muka Rasulullah ﷺ, kemudian memeluk dan mencium muka Rasulullah sambil menangis dan berkata:
"Demi dikaulah ibu ayahku, Allah tidak akan mengenakan kau dua kematian, adapun kematian yang telah ditentukan kepada mu ini sudah kau hadapinya".
Setelah itu Abu Bakar dan Umar keluar menemui orang banyak, Abu Bakar berkata: "Wahai Umar silakan duduk" Namun Umar enggan untuk duduk. Orang banyak pun mengerumuni Abu Bakar dan membiarkan Umar di situ. Abu Bakar berkata kepada semua yang hadir:
"Setelah mengucap tahmid dan syukur maka ingin aku sampaikan di sini, siapa pun di antara kamu yang menyembah Muhammad sesungguhnya Muhammad telah meninggal dan siapa pun yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah itu hidup dan tidak akan mati ".
Kemudian dia membaca ayat Allah:
وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
{Ali 'Imran 3:144}
Kata Ibn Abas: Demi Allah, pada waktu itu manusia banyak yang tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini kecuali setelah Abu Bakar membacanya, dengan itu orang banyak pun menerima dan membacanya.
Kata Ibn Musaiyab: Umar telah menyebut:
"Demi Allah, setelah aku mendengar apa yang disampaikan oleh Abu Bakar, kakiku merasa tidak berdaya lagi untuk berdiri, kemudian aku terkulai ke tanah, karena apa yang disampaikan oleh Abu Bakar itu, telah memastikan bahwa Rasulullah meninggal".
0 Komentar